Keluarga baruku

Pagi hari itu suasana toko roti milik Elizabeth terlihat ramai oleh pengunjung. Banyak diantara mereka yang memilih menikmati hidangan dengan duduk santai di dalam toko. Kota Pegunungan itu hanyalah sebuah kota kecil yang memiliki aktivitas tidak padat. Masyarakatnya hampir semuanya saling mengenal tak terkecuali Lizzy.

Namun saat musim liburan tiba, kota yang tenang itu akan berubah menjadi ramai oleh para turis dan aktivitas pun menjadi padat. Salah satunya adalah toko roti milik Elizabeth yang terkena imbasnya. Letak tokonya yang strategis, membuatnya menjadi salah satu toko makanan yang ramai dikunjungi para turis.

Hari ini, ia dibantu oleh asistennya yang bertugas melayani para pembeli didepan,sedangkan Lizzy lebih memilih untuk bekerja di dapur. Saat ia sedang ia sedang sibuk mengolesi roti-roti yang baru saja matang dengan madu, telepon toko rotinya berbunyi.

"Halo selamat pagi, toko roti Elizabeth di sini, ada yang bisa kubantu?" Lizzy menjawab dengan ramah.

"Hai Lizzy, ini aku bibimu christine. Aku ingin membeli beberapa roti manis dan gurih, terserah dengan topping apapun di atasnya. Tapi aku tidak bisa mengambil roti itu ke tempatmu, jadi bisa kah kau mengantarkannya ke tempatku? Atau jika kau dan Adelia sibuk, kau bisa menyuruh Clara dan David mengantarnya ke rumahku. Nanti biar aku yang akan mengantarkan mereka pulang. Bisakah? Maaf aku merepotkanmu Lizzy, aku sedang sibuk memasak sedangkan philip sedang mengurus pekerjaannya," Wanita itu setengah memohon kepada Lizzy.

"Tentu saja bibi, Clara dan David akan mengantarkan roti-roti itu untukmu sebentar lagi. Akan kusiapkan pesananmu terlebih dahulu."

"Baiklah, aku akan menunggu mereka. Terima kasih banyak sayang, maaf aku merepotkanmu."

"Tidak perlu sungkan bibi, bukankah sekarang kita keluarga?"

"Kau benar Lizzy, baiklah kalau begitu sampai jumpa. Dan katakan pada kedua cucuku agar mereka berhati-hati di jalan. Kututup teleponnya, sampai jumpa Lizzy."

"Sampai jumpa bibi."

Dengan segera ia melepaskan apron yang melekat di tubuhnya dan berjalan ke bagian tokonya. Ia memilih lima roti manis dan lima roti gurih dengan berbagai macam varian toping dan isian. Ia memasukkan kedalam kotak kue yang berkapasitas lima roti. Setelah membungkusnya menjadi dua kotak ia memasukkannya kedalam paper bag berlogo toko roti miliknya. Selesai dengan roti pesanannya ia memanggil anak-anaknya melalui telepon paralel ke atas tokonya yang menjadi tempat istirahat selama ia membuka toko kuenya disiang hari.

Tak lama kemudian, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan turun. Usia mereka terpaut enam tahun. Clara, anak perempuannya berusia duabelas tahun, sedangkan David anak laki-lakinya berusia enam tahun. Mereka memakai celana jeans panjang dan kaos lengan panjang. Lizzy tak pernah mengizinkan anak perempuannya memakai dress ataupun bawahan rok jika tidak sedang bersamanya. Kota Pegunungan memang hanya kota kecil, tapi kewaspadaannya sebagai orang tua tetap ia berikan kepada anak-anaknya.

"Ini Clara, tolong kau antarkan pesanan roti ini untuk nenek christine. Adikmu akan menemanimu. Kalian jalan kaki saja tidak apa-apa kan? Nenek bilang beliau akan mengantarkan kalian pulang nanti. Dan kau David, jaga kakakmu dengan baik, jangan bertingkah yang membuat kakakmu menjadi susah. Di sana kalian harus jadi anak yang baik. Tidak baik jika kalian menyusahkan mereka nanti," Lizzy menyerahkan paper bag berlogo itu pada putrinya.

"Baik ibu, kami akan berhati-hati. Kami pergi dulu bu," Clara anak gadisnya berpamitan kemudian berjalan keluar toko diikuti oleh adiknya David. Lizzy menatap kedua buah hatinya yang menjauh, perasaan sedih menyelimutinya seketika. Kedua anaknya kini susah semakin besar, tapi mereka tetaplah anak-anak yang membutuhkan kasih sayang orang tua secara lengkap. Tapi apa mau dikata, takdir berkata lain.

Setelah berjalan kaki selama lima belas menit, mereka sampai didepan sebuah rumah dua lantai dengan pagar kayu, rumahnya pun sebagian besar berdinding kayu. Clara pun memencet bel merangkap intercom yang ada dipojok kiri dinding pagar,tak lama ada suara dari dalam sana "Halo, ada yang bisa aku bantu?"

"Halo nenek christine, ini aku Clara dan David. Aku ingin mengantarkan pesanan rotimu nek," Jawab Clara.

"Akhirnya cucuku datang, tunggu sebentar, aku akan menyuruh kakekmu untuk membuka gerbang."

Tak lama keluarlah seorang pria tua berjalan kearah pintu gerbang. Meskipun usianya sudah tidak lagi muda, tapi tubuhnya masih terlihat gagah. Dengan wajah yang ramah, dia menyapa kedua anak itu. "Halo cucu-cucuku sayang, bagaimana kabar kalian hari ini?" Pria itu berkata sambil memeluk Clara dan David bergantian.

"Kami berdua baik kakek, dan bagaimana kabar kakek?" Kali ini David yang bicara.

"Seperti yang kalian lihat, aku sehat bugar, apalagi hari ini aku bertemu kalian berdua, rasanya aku akan hidup puluhan tahun lagi," Pria itu menjawab dengan senyuman lebar. Ia jatuh hati pada kedua anak itu semenjak istrinya sering mengajaknya ke toko roti langganannya. Kedua anak itu memiliki attitude yang tinggi jika dibandingkan dengan anak lainnya yang seusia mereka. Mereka juga anak-anak yang penuh dengan kasih sayang.

"Ayo kita masuk kedalam, nenek kalian pasti akan memarahiku jika menahan kalian lebih lama lagi di luar."

Mereka berjalan bersisian menuju dapur di bagian belakang rumah. Clara sangat suka jika main ke rumah itu, rumahnya nyaman, dengan taman yang indah di belakangnya, ditambah sang pemilik rumah yang begitu hangat dan menyenangkan. Satu kata di dalam benaknya, sempurna.

Begitu tiba di dapur mereka berdua langsung dipeluk oleh wanita paruh baya, yang mereka panggil nenek. Sebuah pelukan yang hangat dan sarat akan kasih sayang. "Apa kabar cucu-cucuku yang manis? bagaimana dengan perjalanan kalian tadi?" Ia berkata sambil masih memeluk kedua anak itu.

"Aku tentu saja baik nek, apalagi setelah dipeluk nenek, rasanya tubuhku semakin terasa sehat," Jawab David sambil tersenyum lebar.

Mendengar jawaban yang dilontarkan oleh David, seketika pasangan suami istri itu tertawa dengan keras

"Lihatlah phil, ia semakin mirip saja denganmu. Semakin pandai merayu," Wanita paruh baya itu tertawa sambil menunjuk suaminya.

"Dan kau Clara, bagaimana dengan kabarmu sayang?" Wanita itu kembali bertanya.

"Aku baik nenek, bagaimana denganmu? Kukira hari ini kau akan datang ke toko untuk mengunjungi kami."

"Aku tadinya memang ingin mengunjungi kalian, tapi harus aku batalkan. Tiba-tiba saja paman kalian datang tadi malam, jadi aku harus menyiapkan masakan favoritnya," Ia menjelaskan dengan lembut kepada kedua anak di hadapannya itu.

Mereka berempat bercengkrama dengan akrab, sesekali terdengar suara kedua orang tua itu tertawa mendengar celotehan David yang polos dan apa adanya. Sejak lama kedua orang tua itu mengharapkan kehadiran cucu, agar rumah mereka terasa ramai. Namun sayang, putra semata wayang mereka sampai hari ini belum bersedia untuk mengakhiri masa lajangnya. Jangankan untuk menikah, berhubungan serius dengan seorang wanita saja sepertinya enggan.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya melalui celah gorden jendela, jatuh tepat di atas wajahnya. membuat matanya silau dan refleks mengerjap. Semalam ia tiba di rumah orang tuanya menjelang pagi, kepalanya sedikit pusing, mengingat semalam ia sedikit mabuk. Untungnya ia tak kehilangan kesadarannya selama perjalanan.

Perlahan ia bangun dan duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Ia sedang mengumpulkan kesadarannya saat terdengar suara ramai orang tertawa dari luar kamarnya. Pukul berapa sekarang?, batinnya. Dengan segera ia melirik jam di atas dinding tepat di hadapannya. Dan ternyata sudah pukul sebelas siang. Ia bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandi. Ia hanya sekedar membersihkan wajahnya dan menyikat gigi.

Dengan hanya memakai setelan kaos tipis dan celana pendek bahan berpinggang karet, ia keluar menuju arah sumber suara. Dilihatnya kedua orang tuanya sedang asyik mengobrol dan bersenda gurau dengan dua anak kecil. Satu laki-laki dan satu perempuan. Ia otomatis tersenyum melihat ayah ibunya tertawa bahagia, sudah lama ia tidak melihat kedua orang tuanya tertawa dengan lepas seperti itu.

Ia pun berjalan menghampiri mereka didapur. "Selamat pagi ayah, bu," Ia menyapa kedua orang tuanya sambil, mengecup pipi mereka bergantian.

"Ini sudah siang paman, bukan pagi. Dan sepertinya paman bangun terlalu siang untuk mengucapkan selamat pagi," David refleks berkata pada pria itu.

Sontak kedua orang tuanya tertawa keras mendengar celotehan anak laki-laki itu, sedangkan pria yang disapa paman olehnya hanya memberengut.

"Benar apa yang dikatakan oleh David sayang, ini sudah terlalu siang untukmu mengucapkan selamat pagi," Ibunya menjawab sambil tertawa geli.

Pria itu melirik ayahnya untuk meminta dukungan, namun ayahnya hanya menatapnya sambil tertawa.

"Siapa mereka berdua? Baru kali ini aku melihat mereka, dan terutama kau pria muda, kenapa mulutmu tajam begitu?" Ia bertanya sambil berdiri bersandar pada island table dan melipat tangannya di dada.

"Mereka berdua adalah cucuku Daniel, pria muda itu bernama David. Dan yang perempuan itu adalah kakaknya bernama Clara. Bukankah mereka sangat lucu dan menggemaskan sayang?" Jawab ibunya.

Pria itu menatap ibunya dengan tatapan tak percaya, "Bagaimana bisa mereka menjadi cucumu bu? Bukankah anak ayah dan ibu hanya satu, dan itu aku. Bahkan aku pun belum menikah apalagi mempunyai anak."

Ayahnya yang sejak tadi hanya diam mengamati tiba-tiba tertawa lepas, "Tentu Daniel, anak kami hanya kau. Bisa kupastikan itu. Mereka adalah anak-anak dari pemilik toko roti di sisi jalan tepi danau sana. Ibunya dan ibumu bersahabat sejak toko itu buka tiga tahun yang lalu. Dan kami menganggapnya sebagai putri kami. Dan tentu saja anak-anaknya otomatis menjadi cucu kami sekarang. Benar begitu sayang?" Ayahnya memberikan penjelasan sambil menatap ibunya dengan penuh kebahagiaan.

"Benar Daniel, kami sekarang memiliki seorang putri dan dua orang cucu. Usia ibu mereka delapan tahun lebih muda darimu. Jadi ibu rasa ia bisa menjadi adik perempuanmu," Ibunya pun memberi penjelasan dengan rona bahagia pada wajahnya yang terlihat jelas.

"Halo paman, aku Clara. Dan ini adikku David. Salam kenal. Dan aku mohon, maafkan perkataan adikku yang tadi, dia memang seperti itu anaknya. Berbicara tanpa memikirkan dulu apa yang ia bicarakan. Usianya baru enam tahun, jadi yah begitulah, aku harap kau bisa memakluminya paman."

Daniel mengerjapkan matanya, terkejut dengan apa yang dikatakan oleh anak perempuan itu. Ia menaksir usia anak itu baru sekitar sebelas atau duabelas tahun. Tapi bicaranya seolah ia sudah sangat dewasa.

"Oh Clara, itu tadi sangat manis sayang. Pamanmu pasti paham, bahwa David tidak bermaksud lancang tadi. Ia pasti akan memakluminya, benarkan Daniel?" Ibunya memberikan pujian pada anak itu dan bertanya padanya.

Ia pun hanya bisa menganggukan kepala menyetujui pertanyaan ibunya. Wow, sepertinya ibu dan ayahku benar-benar jatuh cinta pada kedua anak ini. Aku jadi penasaran orang seperti apa ayah dan ibunya, pria itu membatin.

"Clara, David bagaimana kalau kalian makan siang bersama kami, setelah makan siang aku dan nenekmu akan mengantar kalian pulang ke toko. Atau kalian bisa bermain seharian di sini dan sore hari kami akan mengantar kalian pulang ke rumah."

"Maafkan aku kek, aku rasa kami tidak bisa ikut makan siang bersama kalian, aku dan kakak harus segera kembali ke toko. Kasihan ibu jika kami makan siang di sini, ia pasti akan makan siang sendirian. Karena saat jam makan siang Adelina pasti akan pulang untuk beristirahat. Dan selama Adelina belum datang, kami yang membantu ibu melayani pembeli," David menolak dengan halus.

Daniel, yang masih berdiri dengan posisi semula pun mengerutkan dahinya. Astaga, kenapa anak ini tua sekali bicaranya, padahal usianya baru enam tahun. Kemana ayah mereka? kenapa harus mereka yang membantu ibunya ditoko? kenapa bukan ayah mereka?. Lagi-lagi ia terpana dengan perkataan anak itu. Sepertinya ia tahu sekarang, kenapa ayah dan ibunya bisa jatuh cinta pada mereka berdua.

"Kalau begitu, biarkan kakek dan nenek mengantar kalian pulang, mungkin lain kali saat toko sedang tutup kita bisa makan siang bersama dengan ibu kalian, atau kita bisa makan malam bersama setelah toko tutup. Selagi paman kalian ada di sini. Bukankah keluarga harus saling mengenal?"

Wajah anak perempuan itu pun terlihat bersinar bahagia. Tanpa anak itu sadari, air matanya menetes.

"Terima kasih kakek, nenek dan juga kau paman. Terima kasih karena kalian mau menerima kami menjadi bagian dari keluarga kalian. Aku merasa sangat bahagia. Aku senang, akhirnya ibuku punya keluarga yang bisa menjaganya setelah sekian lama ia menjaga kami seorang diri." Anak perempuan itu tertawa disela isakan tangisnya.

Sepeninggal kedua orang tuanya yang sedang mengantarkan kedua anak itu, ia duduk termenung di meja makan sambil meminum kopi dan memakan roti manis yang disediakan oleh ibunya. Jadi mereka tidak punya ayah? kemana ayahnya? seperti apa ibunya? bagaimana cara wanita itu mendidik anak-anaknya sehingga mereka menjadi anak yang penuh dengan kasih sayang?. Pertanyaan bertubi-tubi datang dalam kepalanya. Sehingga tanpa ia sadari, ia melupakan masalahnya. Melupakan sosok Angeline yang telah menyakitinya dengan begitu dalam. Membuatnya merasa terhina sebagai seorang laki-laki.

Daniel Allan.

Ia pun semakin tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Menikmati kopi buatan ibunya tersayang, menghirup udara segar kota Pegunungan, dan menikmati pemandangan indah di luar sana, tepat di depan pintu dapur yang digeser, yang sengaja dibuka oleh ibunya saat siang hari. Ia menikmati ketenangan kota kecil itu sambil mengingat perkataan kedua anak tadi dan tawa bahagia dari kedua orang tuanya.

Terpopuler

Comments

Dea Ellisa

Dea Ellisa

hai thor.. aku pendatangng baru... baru baca smp bab ini tpi udh suka sekali... 😍

2020-10-26

0

Ririn Santi

Ririn Santi

syuka dg ceritanya

2020-09-05

0

Ririn Santi

Ririn Santi

syuka dg ceritanya thor

2020-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!