Pria masa lalu

Musim liburan telah datang, kota Pegunungan pun berubah dalam sekejap, kota yang biasanya terlihat lengang, kini mulai dipadati oleh para turis. Hotel dan villa pun mulai penuh, tak ketinggalan rumah-rumah warga banyak yang beralih fungsi menjadi home stay. Hari itu adalah hari kedua dipekan liburan, toko roti milik Lizzy terlihat tutup. Ia sengaja menutup tokonya. Karena ia telah berjanji pada kedua anaknya untuk membawa mereka jalan-jalan ke luar kota.

Rencananya ia akan menutup tokonya selama dua hari. Agar ia bisa menikmati waktu lebih banyak dengan kedua anaknya. Ia sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka, sambil sesekali berteriak mengingatkan anak-anaknya apa saja yang harus dibawa selama mereka pergi. Tiba-tiba, firasat itu datang, menghantam begitu cepat dalam kepalanya,membuatnya goyah seketika, dan mencari pegangan untuk berdiri.

Firasat itu semakin jelas dalam benaknya, tidak, tidak mungkin! Dan ini tidak boleh terjadi. Aku belum siap untuk bertemu dengannya. Firasat itu membuatnya takut hingga badannya gemetar. Entah kenapa dia merasa di Kota yang akan dia datangi, dia akan bertemu dengan pria itu. Pria masa lalunya. Firasatnya mengatakan pria itu mencoba memaksanya untuk pergi bersama, memaksakan kehendaknya untuk bisa terus bersamanya dan kedua anaknya.

"Ibu, apa kau baik-baik saja?" Anak perempuannya menghampirinya dan mengusap pundaknya dengan lembut.

Ia hanya mampu memberikan gelengan lemah untuk jawaban atas pertanyaan putrinya.

"Tapi wajahmu terlihat pucat bu, kau juga seperti...orang yang linglung. Kita batalkan saja rencana hari ini ya, bagaimana? Kau tidak perlu memaksakan diri bu, aku mengerti kau pasti lelah begitu juga David, aku yakin dia akan mengerti alasan kita membatalkan rencana ini. Aku yang akan bicara pada David, ibu tenang saja ya," Putrinya mengelus bahunya dengan lembut.

Lizzy tak mampu berkata apa-apa saat mendengar ucapan putrinya yang begitu bijaksana. Lagi-lagi, ia hanya mampu tersenyum dan membelai rambut putrinya dengan sayang "Kau memang anak yang baik Clara, ibu bangga padamu. Tapi aku tidak apa-apa nak, aku baik-baik saja. Mungkin wajahku pucat karena tadi sedang melamun dan tiba-tiba teringat sesuatu yang penting dan aku lupakan. Kita akan tetap pergi sayang, ini adalah saatnya aku memanjakan kau dan adikmu. Jadi mari kita bersenang-senang untuk dua hari kedepan."

Ia memutuskan untuk tetap pergi, ia tidak bisa mengorbankan perasaan anak-anaknya. Biarlah semua yang terjadi harus terjadi, ia memang bisa merasakan apa yang akan terjadi dimasa depan. Tapi ia bukanlah Tuhan. Jadi segala sesuatunya masih belum pasti. Dan kalau pun benar terjadi, maka biarlah terjadi karena itu adalah apa yang digariskan oleh Tuhan dalam hidupnya.

Tiga puluh menit kemudian mereka pun berangkat dengan menaiki mobil pribadi, ia sendiri yang mengendarai mobilnya. Mobilnya bukan lah sebuah mobil mewah, hanya sebuah SUV dengan brand kelas menengah kebawah. Sepanjang perjalanan mereka bernyanyi bersama, bercanda, dan tertawa. Sungguh saat-saat yang langka untuk mereka, dimana sehari-hari, Lizzy harus membagi waktunya antara pekerjaan di toko rotinya dan anak-anak.

Setelah hampir dua jam perjalanan, mereka tiba di sebuah kota besar, berbeda dengan aktivitas tempat mereka tinggal yang selalu nampak tenang, di kota ini semua orang terlihat berjalan dengan tergesa-gesa. Tidak ada sapaan hangat di antara mereka saat berpapasan. Akhirnya, mereka pun tiba di sebuah bangunan hotel yang lumayan tinggi, mereka berencana untuk menginap selama satu malam di sana. Setelah melakukan proses check in, mereka naik ke lantai atas menuju kamar mereka.

"Wow...kamar ini benar-benar nyaman bu, persis seperti kamar tidur di rumah, bukan di hotel. Kurasa aku akan nyaman berada di sini bu, meskipun untuk satu bulan," David, anak lelakinya memberikan komentar saat mereka baru saja memasuki kamar hotel.

"Kau selalu saja begitu David, hampir semua hotel yang kita datangi kau akan berkata seperti itu, seakan kau tidak pernah menginap di hotel saja," Kakaknya Clara menggerutu melihat kelakuan adiknya.

"Tapi itu memang benar kan? hampir semua hotel yang menjadi pilihan ibu, pasti akan terasa nyaman. Seperti di rumah, apalagi para pegawai hotelnya, mereka semua ramah-ramah."

Anak perempuannya itu memutar bola matanya jengah, ia paham betul dengan apa yang dimaksud oleh adiknya itu. "Dengar David, tentu saja mereka semua ramah kepada kita, karena kita adalah tamu mereka. Orang yang memberikan uang kepada mereka. Itu adalah sesuatu yang wajar bukan, jika mereka bersikap manis pada kita? Dan kau pasti paham itu. Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kau bisa bicara langsung pada ibu tanpa bertele-tele."

Adiknya pun langsung menatap ibunya dengan senyuman khasnya jika sedang merayu ibunya, untuk menuruti kemauannya. "Ibu, bolehkah kita tinggal di sini lebih lama? Satu minggu misalnya?"

Kali ini ibunya dan kakaknya terlihat shock mendengar permintaan anak lelaki tersebut, "Apa kau punya tabungan yang menggunung David? Jika iya, maka ayo ikut ibu kebawah untuk membayar biaya sewa kamar hotel ini selama satu minggu ke depan," Lizzy berbicara pada anak lelakinya, sedangkan anak perempuannya menyeringai tersenyum mengejek pada adiknya.

"Kau benar-benar tega bu, aku kan masih kecil, dan aku juga masih tanggung jawab ibu. Bagaimana bisa ibu meminta tabunganku untuk membayar sewa kamar hotel? Apa kau mau aku melaporkanmu pada komisi perlindungan anak? Kau nanti bisa masuk penjara, dan toko rotimu pasti akan sepi pembeli. Kau tidak mau itu terjadi kan bu?"

"Wah tuan David morris, sekarang kau sudah bisa mengancamku ya? Baiklah jika kau berniat melaporkanku ke komisi perlindungan anak, maka aku akan melaporkanmu ke komisi perlindungan wanita, dengan laporan kau melakukan pemerasan kepadaku," Ibuunya berkata sambil melipat tangannya di depan dada dan duduk di atas ranjang besar kamar hotel.

"Ibu aku akan mendukungmu secara penuh, aku akan selalu berada di pihakmu. Kita akan melawan tuan sombong ini bersama," Anak perempuannya ikut berkomentar.

"Jika kakak berada di pihak ibu, maka siapa yang akan mendukungku? Kalian para wanita benar-benar membuat kepalaku pusing. Lebih baik aku mengalah dan ikut pulang besok bersama kalian. Aku rasa begitu lebih baik, lagipula jika tidak ada aku, siapa yang akan menjaga kalian nanti," Anak lekaki itu mencoba mengalah karena ia tahu, jika pembicaraan ini diteruskan maka ia lah yang akan kalah.

"Akhirnya kau mengaku kalah tuan kecil yang sombong? tak kusangka kekuatanmu hanya sampai di sini saja..." jawaban ibunya terhenti, ketika suara dering ponsel milik ibunya terdengar. Lizzy mengambil ponselnya yang berada didalam tas diatas meja rias kecil, dan melihat ke layar siapa yang meneleponnya.

"Halo bibi Christine, apa kabar? Ada yang bisa kubantu?"

"Halo nak, mengapa tokomu tutup hari ini?" Bibinya menjawab di seberang sana.

" Iya bibi, maafkan aku tidak memberitahumu. Aku berjanji pada Clara dan David untuk mengajak mereka liburan ke luar kota. Dan tokoku baru akan buka kembali besok lusa."

"Oh baiklah, aku mengerti, kau memang butuh liburan bersama mereka. Tidak apa-apa Lizzy, hanya saja tadi anakku Daniel datang ke tokomu, dan ternyata tokomu tutup. Ia sepertinya menyukai pemandangan dari tokomu, dan juga roti dan kopi buatanmu nak. Apakah kau akan kembali pada siang hari besok? Jika iya, ayo kita makan malam bersama di rumahku. Karena jarang sekali kan tokomu tutup, jadi ini kesempatan yang langka."

"Baiklah bibi, jika kami kembali disiang hari kami akan makan malam di rumahmu. Tapi maaf bibi aku tidak bisa memastikan bahwa kami akan datang, semua tergantung situasi dan kondisi nanti. Nanti aku akan memberikanmu kabar tentang masalah ini. Dan tolong sampaikan permintaan maafku pada anakmu, maaf karena aku mengecewakannya."

"Tak apa Lizzy, itu bukan salahmu. Seharusnya aku menanyakannya terlebih dahulu kepadamu. Aku lupa ini awal musim liburan, dan kau pasti pergi berlibur selama beberapa hari bersama Clara dan David. Nanti akan kusampaikan pesanmu pada Daniel. Dan aku akan menunggu kabar darimu besok, kuharap kau bisa datang bersama kedua cucuku. Baiklah, aku tutup teleponnya Lizzy dan selamat bersenang-senang. Sampaikan salam sayangku untuk kedua cucuku."

" Baik bibi, sampai jumpa."

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Setelah istirahat sejenak, mereka memutuskan untuk makan siang di luar di sekitaran hotel. Baru setelah itu mereka akan berpetualang menjelajahi kota ini. Mereka memutuskan untuk makan siang di restoran Itali. David dan Clara begitu menyukai pasta dan pizza. Meskipun ibu mereka sering membuat pasta dan pizza di rumah, tapi tetap saja, begitu ada kesempatan untuk makan di restoran Itali, mereka tidak akan menyia-nyiakannya.

Mereka makan dengan sesekali saling melemparkan candaan, hubungan mereka yang sangat terbuka membuat mereka bertiga terlihat seperti sahabat, jika saja Clara dan David sudah besar. Lizzy memang tidak hanya memperlakukan mereka sebagai anak, tapi sekaligus juga sebagai sahabatnya. Ia percaya, dengan begitu, anak-anaknya akan lebih bersikap terbuka kepadanya. Ia tidak mau kehilangan momen sedikitpun dalam masa tumbuh kembang anaknya.

Saat mereka tengah menikmati makan siangnya tiba-tiba datang seorang pria dari arah belakang Lizzy "Hai kalian semua disini?" Sapa pria itu.

Tubuh Lizzy seketika menegang, ia mengenali suara itu. Ia langsung menatap kedua anaknya, mereka pun sama shocknya dengan sang ibu.

"Ayah..." Putrinya yang pertama kali menyapa.

"Halo anak-anak ayah, apa kabar?" Pria itu berjalan untuk ikut duduk di bangku di samping anak perempuannya, dan persis berhadapan dengan Lizzy.

"Kau sendiri, bagaimana kabarmu sayang?" Pria itu menyapa Lizzy dengan hangat.

"Kami semua baik ayah. Bagaimana dengan kabar ayah? Apa yang ayah lakukan disini? Apa ayah juga sedang berlibur sama seperti kami?" Anak laki-lakinya menjawab dengan penuh antusias. Sedangkan Lizzy masih shock karena kemunculan mantan suaminya di sana.

"Iya sayang, ayah sedang berlibur sama seperti kalian. Ayah sedang istirahat di Kota ini dan ketika melihat restoran Itali, ayah jadi teringat pada kalian. Dan ayah ingin mengingat kebersamaan kita dulu, saat kita sering makan di restoran Itali bersama-sama."

"Kalau begitu, sekarang keinginan ayah bisa terwujud. Ayah harus ikut makan bersama kami, dan ikut kami berkeliling kota ini. Ayah mau kan?" Clara bertanya dengan antusias.

Sebelum menjawab pertanyaan putrinya, sekilas pria itu melirik ke arah Lizzy untuk meminta persetujuan. Dengan sangat perlahan, Lizzy menganggukan kepalanya tanda setuju.

Kemudian dengan tersenyum bahagia pria itu menjawab pertanyaan anak perempuannya "Tentu saja, ayah akan ikut makan bersama kalian dan setelah itu kita akan berkeliling menjelajah kota ini. Ayah akan membatalkan rencana ayah untuk berkeliling pulau ini. Dimana kalian menginap? Ayah akan ikut menyewa kamar di sana."

Kedua anaknya bersorak gembira, "Kami menginap di hotel dekat sini Jacob, kau bisa menyewa kamar di sana dan kurasa kau harus menyewa kamar terlebih dahulu sebelum kita berkeliling, ini musim liburan, telat sedikit saja semua kamar bisa terisi penuh," Kali ini Lizzy yang berbicara.

Tentu saja kau sudah tahu dimana kami menginap kan Jacob? Kau juga selalu membuntuti kami kemanapun kami pergi. Kau selalu menempatkan orang-orangmu di sekitar kami. Tapi aku benar-benar tidak menyangka kau akan muncul di hadapan kami di Kota ini. Dan bisa kupastikan kau sudah memesan kamar tadi saat kami baru saja masuk ke dalam kamar hotel. Kau tidak pernah memberikan kami ruang untuk bernapas Jacob, terutama untukku, batin Lizzy.

Kedua anaknya dan ayah mereka terlihat asik dengan dunia mereka sendiri, sedangkan Lizzy lebih memilih menghabiskan makanannya dalam diam. Ia pun merasa ada yang sedang memperhatikan mereka. Dengan perlahan ia menatap sekeliling, memperhatikan orang di sekelilingnya satu persatu, dan dia mendapatkan orang itu. Orang itu duduk di sudut restoran di sebelah kanan mejanya. Pakaian orang itu terlihat biasa saja sekilas, tapi orang itu jelas membawa senjata.

Ada dua orang pria di sana, yang satunya Lizzy tidak bisa melihat wajahnya karena posisi duduk pria itu yang membelakangi Lizzy. Ia pun menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia merasa kesal karena Jacob masih belum berubah. Selalu membawa pengawal kemanapun ia pergi. Lizzy tak pernah merasa nyaman sama sekali dengan itu semua, baginya itu terasa konyol.

Jacob bukanlah tipe orang yang mempunyai banyak musuh, ia adalah tipe pria yang ramah dan menyenangkan, juga flamboyan tentu saja. Pekerjaannya pun tidak pernah membahayakan nyawanya, tapi entah kenapa pria itu selalu membawa pengawal kemanapun ia pergi. Bahkan kurasa saat ini pun ia selalu mengawasi kami bertiga melalui orang-orangnya itu, Lizzy menggerutu dalam hati.

Lagi-lagi ia lebih memilih diam sambil menikmati hidangan di depannya. Suara tawa bahagia kedua anaknya terus terdengar sepanjang acara makan siang mereka. Lizzy tersenyum kecut dalam hati. Ia bahagia jika melihat anak-anaknya bahagia, tapi untuk kembali bersama dengan mantan suaminya itu adalah hal yang tidak mungkin.

Setelah menghabiskan makan siang mereka, Jacob memutuskan untuk pergi ke hotel tempat mereka menginap dan memarkirkan mobilnya di sana. Mereka sepakat untuk membawa satu mobil, yaitu mobil milik Lizzy. Mereka mengikuti mobil Jacob dibelakang, dan menunggu pria itu keluar dari hotel.

Hari itu mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah peternakan sapi dan kuda. Di sana mereka bisa menyewa kostum ala cow boy dan menaiki kuda poni. Kedua anaknya terlihat sungguh bahagia, setelah puas naik kuda poni, mereka berempat menuju kandang sapi untuk mencoba memerah susu sapi. Di situ, hanya bisa dua orang yang masuk, dengan didampingi petugas. Akhirnya Jacob dan Lizzy memilih untuk menunggu mereka di luar.

Jacob Morris.

Kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh Jacob

"Kau belum menjawab pertanyaanku sejak tadi ssyang, bagaimana kabarmu? Sudah dua tahun aku tak melihatmu, dan kau terlihat semakin memukau."

Lizzy menoleh dan tersenyum sinis pada pria di hadapannya, "Berhenti memanggilku dengan sebutan itu Jacob. Kau murahan sekali, mengumbar panggilan sayangmu itu untuk semua wanita yang kau temui. Dan aku tidak sudi kau sama ratakan dengan mereka. Kau benar-benar konyol Jacob, tak pernah berhenti membuntuti kami. Kami ini bukan tahananmu. Jadi berhentilah mengikuti kami. Dan kuingatkan kau, suruh dua pengawalmu itu jauh-jauh dari anakku kalau tidak aku akan memukulmu dan menembak mereka menggunakan senjata yang mereka bawa." Lizzy menunjuk dua orang pria yang sedang berpura-pura duduk sambil menikmati segelas susu hangat di kursi panjang di belakang mereka.

Dengan enggan pria itu menyuruh kedua pengawalnya untuk pergi, ia menghela napas frustasi. "Kau memang belum berubah Lizzy, kau masih sama seperti dulu. Selalu mengobservasi sekelilingmu sampai hal yang terkecil. Instingmu masih setajam dulu. Tapi ada yang salah sekarang, sejak kita berpisah, aku tidak lagi menemui wanita manapun di luar sana. Karena aku sadar, aku hanya menginginkanmu. Bukan yang lain. Maafkan aku Lizzy butuh waktu lama bagiku bahkan sampai membuatmu pergi dariku dulu, untuk menyadari kesalahanku. Ku akui aku memang menyuruh orang untuk selalu mengikuti kalian, itu semua kulakukan untuk memastikan keselamatan kalian. Tidak lebih. Aku menyayangi kalian bertiga Lizzy. Ku mohon, berikan aku kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki semuanya. Kita mulai semuanya dari awal, aku berjanji dengan segenap hatiku, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu. Nyawaku jaminannya. Kau bisa menembakku tepat di jantungku jika aku berani melakukan kesalahan yang sama. Aku...tidak bisa hidup tanpa kalian. Hidupku terasa hampa Lizzy. Kumohon, kembalilah padaku sayang," Wajah pria itu terlihat sendu.

Lizzy hanya diam tanpa berkata apapun. Tiba-tiba ia berbalik dan pergi menjauh. Hatinya sakit. Air mata yang sejak tiga tahun lalu ditahannya kini jatuh tak terbendung. Tubuhnya gemetar menahan isak yang tak bisa lagi ia tahan. Ia pergi mencari kamar kecil, dan menangis pilu dengan isak yang tertahan.

Terpopuler

Comments

Amyamore

Amyamore

Ceritanya bagus Thor 🤗

2020-10-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!