Infinity

Infinity

Life must go on

Hujan deras turun membasahi kota Pegunungan sejak tadi pagi, matahari pun seolah enggan menampakkan diri hari itu. Padahal ini baru pertengahan musim panas. Tapi entah kenapa justru hujan dengan deras. Hari itu seorang wanita duduk termenung sambil meminum secangkir coffelatte panas, sambil memandangi hujan dari balik kaca, tempat ia duduk, sebuah meja kecil dengan dua tempat duduk saling berhadapan, persis di sudut toko roti. Toko roti yang tidak terlalu besar, tapi cukup menampung sepuluh orang untuk duduk sambil menikmati berbagai sajian roti hangat buatan toko itu dan juga segelas minuman.

Toko roti itu terletak persis di pinggir jalan raya utama, dengan tempat parkir yang cukup luas. Di seberang jalan raya orang-orang bisa melihat pemandangan danau yang memiliki air berwarna hijau kebiruan. Sungguh sebuah pemandangan yang memanjakan mata, ditambah dengan latar pegunungan yang membentang hampir di sekeliling danau. Kota pegunungan akan ramai kedatangan turis turis lokal maupun mancanegara diawal dan pertengahan tahun. Yang mana membuat toko roti itu pun semakin ramai oleh pengunjung.

Ketika wanita itu semakin tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba suara lonceng di pintu terdengar, menandakan ada tamu yang datang. Seketika wanita itu menoleh ke arah sumber suara, melihat siapa orang yang nekat menerobos hujan dan masuk ke dalam toko rotinya. Saat ia tahu siapa yang datang senyumnya pun terkembang, "Halo nyonya Christine, ada yang bisa kubantu?"

Wanita yang disapa olehnya pun mengembangkan senyumnya dengan manis, "Hai Lizzy, tolong berikan aku secangkir coklat panas dan juga dua potong roti manis. Dan aku ingin memakan kudapanku disini." Setelah mengibaskan mantel dan melipat payungnya yang basah, wanita itu pun duduk di tempat yang juga menjadi tempat duduk Lizzy. "Baiklah nyonya, tolong tunggu sebentar, aku akan menyiapkan pesananmu." Ia dengan segera meracik coklat panas pesanan wanita yang menjadi pelanggan di toko roti miliknya. Sudah sejak toko roti itu buka, wanita itu menjadi pelanggan setia dan sekaligus teman dekat Lizzy. Usia mereka memang terpaut jauh bagaikan ibu dan anak. Tapi itu tak mengurangi keakraban mereka.

Lizzy berjalan sambil membawa nampan berisi secangkir coklat panas dan kudapan untuk tamunya, hari ini ia memakai pakaian dua potong, dengan atasan berkerah turtle neck berwarna putih, dan bawahan celana bahan sepanjang lutut berwarna navy. Rambutnya ia ikat tinggi seperti ekor kuda, sekilas penampilannya terlihat seperti anak remaja belasan tahun. Dengan wajah asia dan kulit putih gading.

Lizzy ( Elizabeth Stuart )

Ia meletakkan pesanan di atas meja, dan ikut duduk di hadapan wanita itu. "Kau tidak punya pekerjaan untuk diselesaikan bukan Lizzy? Karena aku ingin kau menemaniku mengobrol sejenak," Wanita itu bertanya.

"Tidak nyonya, pelanggan sedang sepi. Aku ada waktu untuk mengobrol denganmu," Lizzy tersenyum.

"Oh ayolah Lizzy, kau tahu dengan baik, aku tidak suka dipanggil nyonya, itu membuatku merasa sangat tua. Padahal anakku saja belum menikah. Kau bisa memanggilku bibi, atau bahkan ibu. Kau tahu bukan, aku selalu ingin punya anak perempuan," Wanita itu berkata dengan jengah sambil menatap Lizzy.

Lizzy hanya bisa tersenyum dan kemudian tertawa pelan." Baiklah aku akan memanggilmu bibi christine. Bagaimana?"

"Itu terdengar lebih menyenangkan, yah meskipun aku berharap kau memanggilku dengan sebutan ibu."

Lagi-lagi Lizzy tertawa pelan menanggapi komentar wanita paruh baya yang sekarang akan ia anggap sebagai bibinya. "Apa kau tau bibi, semakin hari aku semakin menyukaimu. Kau membuat hidupku tidak merasa sepi. Kau selalu datang, untuk membuatku tertawa bahagia. Sungguh bibi, aku bahagia bisa mengenalmu."

"Oh Lizzy, betapa bahagianya aku jika kau benar menjadi putriku."

"Kau bisa menganggapku sebagai anakmu bibi, aku akan senang bisa punya ibu sepertimu," Lizzy tersenyum sambil mengelus tangan wanita paruh baya dihadapannya.

"Sayangku, aku akan selalu ada untukmu, kau adalah putriku sekarang, aku harus tahu apapun yang terjadi padamu. Jadi jangan sungkan untuk bercerita apapun kepadaku sayang," Wanita itu balas menggenggam tangan Lizzy. "Dimana kedua cucuku Lizzy, aku tidak melihat mereka sejak tiba tadi?"

"Mereka ada diatas, sedang melakukan panggilan video dengan ayahnya."

"Kau tidak ikut mengobrol dengan mantan suamimu?"

"Tidak bibi, aku enggan berbicara dengannya. Entahlah, aku sudah memaafkan dia, tapi rasanya masih sulit untuk berdamai dan berteman seperti sebelum kami menikah dulu."

"Maaf Lizzy, tapi aku sungguh penasaran, apa kau tidak ingin kembali bersama dengan mantan suamimu?"

"Tidak bibi, bagiku dia hanya bagian dari masa laluku. Aku bukan tipe orang yang suka kembali ke masa lalu. Bagiku, masa lalu cukup untuk dijadikan pelajaran, dan tidak perlu ditarik dan dibawa ke masa depan. Dulu mungkin, aku sempat berharap dia akan meminta maaf dan memohon aku untuk kembali padanya, tapi kemudian aku sadar, hidupku harus tetap berjalan dan maju ke depan. Aku tidak akan mendapatkan apapun jika terus terjebak dengan masa lalu."

"Kau tahu Lizzy, terkadang aku bingung denganmu. Dengan usiamu yang masih terbilang sangat muda, pikiranmu terlalu dewasa, beban di pundakmu pun terlalu berat. Kau harus bisa berbagi dengan orang lain, carilah laki-laki baik, yang bisa membahagiakanmu dan anak-anak. Satu pria buruk, bukan berarti semuanya buruk. Kau hanya belum bertemu dengan pria itu. Kau lihat suamiku philip? Dia adalah salah satu contoh pria baik di dunia ini," Wanita paruh baya itu mengelus lengan Lizzy dengan sayang.

"Entahlah bibi, aku belum siap untuk memulai sebuah hubungan baru yang spesial. Aku hanya ingin memiliki banyak teman, pada saatnya nanti, jika aku bertemu dengan Mr. right ini, maka aku akan mengetahuinya saat aku melihatnya. Mungkin itu terdengar konyol, tapi begitulah aku. Itu semacam insting. Seperti aku denganmu bibi. Saat aku pertama kali melihatmu, aku tahu, kau akan membuatku bahagia," Lizzy memberikan seulas senyum tulus.

"Lizzy kau benar-benar harus menjadi keluargaku, menjadi putriku," Wanita paruh baya itu menggenggam tangan Lizzy dengan erat.

Ia pun hanya bisa tersenyum hangat, mendengar perkataan teman sekaligus keluarga barunya itu.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Suara hingar bingar terasa mengganggu telinganya. Malam ini entah mengapa, dia seperti merasa jenuh, dengan segala hiruk pikuk ini. Biasanya ia merasa senang sekaligus bergairah jika berada di club. Tapi tidak dengan malam ini. Pikirannya jauh melayang ke tempat lain, tempat ibu dan ayahnya tinggal. Sebuah kota kecil dengan hamparan luas pegunungan, tempat ia selalu merasa aman dan nyaman. Ia merindukan ibunya. Sangat. Dia memang seorang pria yang terlihat gagah, dan manly. Tapi ia tetaplah seorang anak dari seorang ibu.

Bertahun-tahun yang lalu orang tua nya memutuskan untuk membeli sebuah rumah di Kota kecil, dengan pemandangan alamnya yang luar biasa indah. Sedangkan ia memilih untuk tetap tinggal di tempatnya sekarang, meneruskan karirnya.

Dan menghabiskan malam yang kosong dari pekerjaan dengan duduk di club, sambil minum adalah salah satu rutinitasnya. Berganti wanita, adalah salah satu hobinya. Tapi itu dulu. Sekarang hatinya hanya terpaku pada satu wanita. Angeline. Wanita yang sempurna, cantik, terkenal, berpendidikan, dan memiliki attitude yang tinggi. Yang sekarang seolah sedang menghindarinya. Padahal mereka berjanji jika malam ini mereka akan menghabiskan malam bersama. Merayakan hari jadi mereka yang ketiga tahun. Dan malam ini pria itu berniat untuk melamarnya, memintanya untuk menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya kelak.

Tapi entah kenapa seolah Angeline melupakan janji mereka dengan sengaja, dan membuatnya berakhir di club ini seorang diri. Dia minum banyak malam itu, berniat sedikit mabuk untuk melupakan kegundahan di hatinya.

Saat ia sedang meneguk gelasnya yang ketiga, pundaknya ditepuk oleh seseorang, "Hallo Daniel sayang, apa yang kau lakukan disini seorang diri?" Pria itu pun memutar kepalanya dan melihat siapa yang bicara dengannya. Seorang wanita dengan perawakan yang tinggi semampai, rambut coklat bergelombang, cantik, dan memakai gaun ketat selutut berwarna hitam dengan pundak terbuka. Penampilannya persis seperti wanitanya Angeline, yang selalu mengutamakan sisi feminisme dan sexy.

"Siapa kau?" Pria itu bertanya kepada si wanita.

"Astaga Daniel, kau melupakanku? Sungguh ironis. Aku adalah Rachel, sahabat Angeline," Wanita itu menjawab.

Seketika tubuh pria itu pun menegang ketika mendengar nama kekasihnya disebutkan. Ada apa ini sebenarnya? Aku menunggu Angeline, kenapa malah bertemu dengan wanita ini? Tunggu, apa terjadi sesuatu pada Angeline ku?, batin pria itu.

"Apakah terjadi sesuatu pada Angeline?" Ia bertanya pada sababat kekasihnya.

Dia memang tidak begitu mengenal lingkaran pertemanan Angeline, karena baginya itu tidaklah penting. Baginya, Angeline sendiri adalah ratunya. Hanya wanita itu yang perlu dia perhatikan, yang lainnya tidak. Apalagi jika itu menyangkut wanita lain.

Wanita itu mengerjapkan matanya karena terkejut. "Apa maksudmu dengan terjadi sesuatu pada Angeline? Bukankah kalian seharusnya bersama malam ini? Angeline tadi siang mengatakan padaku kalau kalian akan makan malam bersama. Dan kenapa kau malah di sini seorang sendiri dalam keadaan setengah mabuk?"

"Seharusnya kami memang bersama malam ini, tapi entah kenapa Angeline tidak datang ke tempat yang sudah kami tentukan. Dia bahkan tidak memberiku kabar. Telepon genggamnya pun tidak bisa dihubungi. Seolah dia sengaja melakukan semua ini."

Wanita itu terdiam mendengar penjelasan dr pria di hadapannya. Sejenak ia sepertinya sedang memikirkan sesuatu, kemudian ia mengeluarkan telepon genggamnya, dan seperti mencari sesuatu. Setelah ia mendapatkan apa yang dicarinya, ia menunjukkannya pada pria itu. "Sepertinya dugaanku selama ini benar dia sudah mendapatkan mangsanya yang baru. Kau perhatikanlah foto ini, kau akan mendapatkan jawabannya."

Pria itu dengan cepat mengambil benda kotak pipih itu dan melihat foto yang ada di dalamnya. Foto seorang pria yang sedang mencium mesra seorang wanita di sebuah restoran yang mewah, mereka duduk saling bersisian, sehingga ia sedikit sulit mengenali wajah si wanita. Dia memperhatikan dengan seksama, dan seketika rahangnya mengeras, wanita itu adalah Angeline. Kekasihnya. "Apa maksudmu dengan foto ini? Siapa pria itu? Dan kenapa kau menunjukkannya padaku nona?" Ia bertanya dengan suara yang tertahan karena menahan emosi sekaligus nyeri di hatinya.

"Wow, satu-satu tuan. Sabarlah aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Ternyata benar apa kata orang, cinta membuat kita menjadi orang yang bodoh," Wanita itu tertawa geli saat mengetahui reaksi pria di hadapannya. Kemudian ia melanjutkan kata-katanya "Dengarkan aku baik-baik, kami adalah para penambang emas. Kami pasti akan mencari pria-pria kaya untuk bisa membiayai hidup kami, dengan gaya kelas atas tanpa kami harus bekerja dengan keras. Dan ketika kami mendapatkan pria yang lebih kaya dari kekasih kami sebelumnya, maka kami akan meninggalkan kekasih kami dengan senang hati. Dan itu termasuk kau. Itu artinya kau tidak cukup kaya untuk Angeline. Kenapa aku menceritakan ini kepadamu? Karena mangsaku pernah diambil oleh wanitamu itu tuan. Kami semua pasti mengikuti setiap gerak gerik mangsa baru kami sebelum menggigitnya. Bisa dikatakan, kami mencari titik kelemahan kalian para pria kaya. Dan itu juga dilakukan oleh Angeline kepadamu dulu. Kurasa sampai disini kau paham maksudku Daniel."

Pria itu terlihat semakin emosi, tapi ia berusaha untuk menahannya. "Apa selama berhubungan denganku, dia juga berhubungan dengan pria lain?"

"Kurasa tidak, dia cukup totalitas ketika berhubungan dengan seorang pria, kecuali ketika dia sudah mendapatkan mangsa baru. Dia sepertinya baru dua bulan ini berhubungan dengan Alex, dan ya pria itu bernama Alexander Stuart. Kurasa kau pun mengenalnya. Foto itu dikirimkan oleh temanku yang juga mengincar Alex beberapa hari lalu. Kau tahu? Dia bukanlah wanita baik seperti apa yang kau pikirkan, karena dia juga selalu merebut calon mangsa teman-temannya."

"Apa kau tahu sekarang mereka ada dimana? Mengingat sekarang dia tidak bersamaku, maka kemungkinan mereka sedang bersama bukan?"

Wanita itu kembali terlihat sedang memikirkan sesuatu. Kali ini kau tidak akan lolos Angeline, meskipun pada akhirnya kau yang mendapatkan Alex tapi aku tidak akan membuat jalanmu mudah, dan kau Daniel kau cukup naif untuk ukuran playboy sekelasmu. Sekali tepuk, dua lalat akan mati di tanganku. Angeline, bersiaplah menerima amukan beruang di hadapanku. Dan kau Daniel, bersiaplah untuk hancur karena kau telah menyakiti hati adikku demi Angeline, batin wanita itu.

"Sebentar, aku akan bertanya pada temanku yang sedang mengawasi Alex," Kemudian wanita itu terlihat menghubungi seseorang. "Baiklah Kim, terima kasih untuk informasimu," Wanita itu pun berbalik menatap Daniel dengan sorot mata yang sulit untuk ditebak.

"Mereka sedang berada di rumah peristirahatan milik Alex, di sebelah utara kota, akan kuantar kau kesana."

Tanpa berkata apapun pria itu berdiri, setelah membayar tagihannya, dia menatap ke arah wanita itu "Kau membawa mobil bukan? Karena aku tidak berniat mengantarkanmu pulang nona."

"Tentu saja Daniel, aku membawa mobilku sendiri. Dan aku pun sudah ada janji temu dengan temanku malam ini."

Mereka pun berjalan keluar dari club menuju mobil masing-masing. Setelah berkendara selama tigapuluh menit, mereka pun sampai di tempat tujuan. Sebuah rumah bergaya minimalis tropical tanpa pagar di tengah hutan, berdiri kokoh. Pemandangan di dalam rumah pun terlihat jelas dari luar karena kaca-kaca besar yang menjadi dindingnya tidak tertutup. Pria itu menatap bangunan di hadapannya dari dalam mobil, tatapannya mencari-cari petunjuk keberadaan wanitanya. Ketika tatapannya menangkap sosok seorang pria yang sedang berjalan keluar rumah sambil menggandeng tangan seorang wanita rahangnya mengeras, pegangan tangannya pada stir mobil pun mengencang, hingga membuat jari-jarinya memutih. Tanpa diduga, si pria pun berbalik memeluk dan mencium wanitanya dengan ganas, si wanita pun menyambut ciuman pria itu dengan meremas rambut si pria, hal yang selanjutnya terjadi sungguh membuat emosi pria yang sedang mengamati itu memuncak, pasangan itu beradegan panas di teras rumah dengan posisi tubuh wanita yang menempel pada dinding kaca. Mereka tidak sadar sedang diawasi.

Dengan emosi yang memuncak, pria itu keluar dari mobil dan berjalan menghampiri pasangan itu. Tangannya mengepal kuat. "Wow di sini kau rupanya sayang," Pria itu berkata dengan nada menyindir.

Pasangan itu pun terkejut dan si wanita refleks mendorong si pria, wajahnya seketika pucat pasi karena tertangkap basah. Pasangannya pun tak kalah terkejut mendengar suara pria lain di rumahnya.

Ia pun menatap pasangan itu dengan tatapan nanar, kemudian berkata. "Kurasa cukup sampai disini hubungan kita Angeline. Dan aku tidak mau melihat wajahmu lagi," Kemudian pria itu berbalik melangkah menuju mobilnya. Ia pun segera pergi dari tempat itu, melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Hatinya remuk seketika. Dan egonya sebagai seorang lelaki jelas terluka. Disaat ia mencoba untuk hidup lebih baik, berhenti menjadi seorang pemain wanita dan hanya berhubungan dengan seorang wanita saja, justru ia mendapatkan luka yang menyakitkan. Cukup sudah aku dibodohi oleh seorang wanita, tidak akan ada kedua kalinya, batin pria itu.

Ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi yang tanpa dia sadari jalan yang ia ambil sudah tidak lagi mengarah ke rumahnya. Tetapi mengarah ke kota lain, kota tempat orang tuanya tinggal. Tempat ternyaman dalam hidupnya. Tempat dia untuk pulang dari segala perjalanan hidup yang melelahkan, seperti hari ini.

Terpopuler

Comments

wndr

wndr

Alex saudaranya lizzy? sepertinya cukup rumidd

2020-10-01

0

wndr

wndr

Alex saudaranya lizzy? sepertinya cukup rumidd

2020-10-01

0

Jeng Anna

Jeng Anna

Suka klo ada novel dikasih visual pemandangan dan pemainnya gini.

2020-09-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!