Seperti yang telah dijanjikan, Jacob segera menyelesaikan urusan pembelian rumah yang dia inginkan, meskipun sebenarnya ia menginginkan untuk tinggal bersama dengan Lizzy dan kedua anaknya, tapi ia tahu, itu tidak mungkin. Ia harus bergerak dengan perlahan jika ingin mendapatkan hati Lizzy kembali. Ia tak boleh sampai salah langkah.
Dua hari setelah ia membayar lunas rumahnya, ia langsung pindah untuk menempati rumah barunya. Meskipun secara persuratan masih dalam proses, tapi setidaknya rumah itu sudah bisa ditempati. Ia dengan segera mengajak kedua anaknya untuk menginap di rumahnya dalam rangka merayakan kepindahannya ke kota itu. Ia mengadakan pesta barbeque di belakang rumahnya, di samping kolam renang. Meskipun yang menghadiri acara tersebut hanyalah keluarga mereka dan Adelina asisten Lizzy tapi acara itu terlihat meriah.
Hari itu, Lizzy membuat kentang tumbuk, dan sayuran rebus untuk melengkapi makan malam mereka, juga salad buah sebagai hidangan penutup. Malam itu terasa menyenangkan di kediaman baru milik Jacob, ia merasa bahagia, keinginannya selama ini untuk hidup berdekatan dengan kedua anaknya serta wanita yang dicintainya bisa terwujud.
Beberapa kali ia kedapatan menatap Lizzy dengan pancaran kebahagiaan yang terlihat jelas. Adelina yang melihat perilaku mantan suami atasannya itu hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum, wanita itu tak habis pikir apa yang membuat atasan dan mantan suaminya itu berpisah, padahal bisa dilihat dengan jelas bahwa sang pria sangat memuja wanitanya.
Setelah selesai makan malam, Jacob dan kedua anaknya bermain kembang api, mereka terlihat sangat bahagia malam itu. Awalnya Lizzy ingin meminta Jacob dan David berlatih bersama, tapi ia merasa tak tega begitu melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah kedua pria beda generasi itu.
"Lizzy kalau boleh aku tahu, kenapa kau tidak kembali lagi saja bersama mantan suamimu? Dia terlihat sangat memujamu," Adelina akhirnya menyerah dan mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya sejak tadi.
Lizzy tersenyum mendengar pertanyaan Adelina, asistennya itu berusia lebih tua darinya, tapi ia baru memiliki satu orang anak yang berusia lima tahun. Adelina adalah orang yang menyenangkan dan bertanggung jawab, hanya saja terkadang ia terlalu cerewet dan selalu memaksa untuk ikut campur urusan orang lain. Lizzy hanya tersenyum menanggapi pertanyaan asistennya itu "Apa kau tahu Adel? Terkadang rasa ingin tahumu yang berlebihan itu bisa membunuhmu," Adelina terkesiap saat mendengar jawaban dari Lizzy.
"Ucapanmu benar-benar seperti seorang psikopat Lizzy, kau menakutiku," Adelina terdengar menggerutu. "Sepertinya hari sudah larut Lizzy, aku harus pamit pulang, anak dan suamiku juga pasti sudah pulang dari perjalanan mereka."
"Baiklah, aku juga akan pulang kalau begitu, aku akan mengantarmu terlebih dahulu setelah itu baru aku akan pulang," Lizzy berjalan menghampiri Jacob dan kedua anaknya untuk berpamitan.
"Jacob, aku harus pulang, karena Adelina juga akan pulang, Aku akan menegantarnya terlebih dulu, baru setelah itu aku akan pulang ke rumahku. Besok pagi-pagi aku akan kembali kesini untuk membereskan sisa-sisa makanan dan piring kotor. Dan besok sudah waktunya kau dan David memulai sesi latihan kalian."
"Mengapa kau tidak menginap di sini Lizzy, ayolah kau harus ikut merayakan kepindahanku ke sini. Biarkan supirku yang mengantar Adelina pulang."
"Benar bu, ibu menginap saja di sini, ibu bisa tidur bersamaku, dan David bersama ayah, atau bahkan kita bisa membangun tenda di luar dan berkemah, bagaimana ayah?," kali ini anak perempuannya memberi ide.
"Betul, aku memiliki tenda dengan kapasitas empat orang di tempat penyimpananku. Aku akan mengambilnya dan kita bisa membangun tendanya bersama-sama."
"Hore...malam ini kita akan berkemah, ayolah bu, sudah lama kita tidak berkemah bersama-sama," David bersorak girang, karena sang ayah menyetujui ide kakaknya.
"Baiklah, kita akan berkemah malam ini," Pada akhirnya Lizzy hanya mampu menyetujui permintaan kedua anaknya. Baginya jika anak-anaknya merasa bahagia, maka ia pun akan ikut bahagia. Jacob pun mengajaknya untuk menghampiri Adelina dan memberitahu bahwa ia tidak jadi pulang.
"Adel, kurasa kau harus pulang diantar oleh supir Jacob, maafkan aku karena tidak bisa mengantarmu. Anak-anak memintaku untuk tetap tinggal dan berkemah di sini. Jadi aku akan menginap dan mendirikan tenda bersama anak-anak dan Jacob," Lizzy terlihat merasa tak enak hati pada Adelina, karena tadi ia lah yang memaksanya untuk ikut ke acara makan malam di rumah Jacob.
"Tidak apa-apa Lizzy, aku bisa mengerti. Aku akan pulang bersama supir tuan Morris, kau tidak perlu khawatir dan merasa tak enak hati padaku. Nikmatilah waktu kalian, bersenang-senanglah. Baiklah tuan Morris, aku pamit dulu, sampai berjumpa lagi dan terima kasih untuk makan malamnya yang enak," Adelina berjalan ke arah pintu dan segera pulang.
Keesokan harinya, Lizzy bangun pagi- pagi sekali, ia membantu Jacob untuk membereskan sisa-sisa makanan dan piring kotor, seharusnya itu ia lakukan semalam tapi ternyata membangun tenda itu memakan waktu yang cukup lama, sehingga ketika mereka selesai, rasa kantuk pun sudah menggelayuti anak-anaknya.
Ia sudah menyiapkan sarapan untuk mereka semua di meja panjang di halaman belakang, persis di sebelah tenda yang mereka dirikan. Jacob terlihat sedang berlari pagi di sekitaran halaman belakang rumahnya yang luas, sedangkan ia masih sibuk menyusun makanan di meja.
"Jacob, kemarilah sarapan dan jus jerukmu sudah siap," Lizzy memanggil pria itu sambil menuangkan jus jeruk untuknya dan mengambilkan sepotong roti lapis isi irisan daging sapi, kesukaan pria itu sejak dulu.
Jacob menghampiri Lizzy dengan rasa bahagia yang membuncah, ini seperti mimpi baginya, bisa merasakan lagi sarapan buatan wanita yang dicintainya itu, diambilkan makanan, dan ditemani mengobrol di meja makan.
" Apa anak-anak belum bangun Lizzy?"
"Belum, mereka sepertinya sangat lelah, padahal aku ingin hari ini kau dan David mulai berlatih. Karena acara puncak akan dilaksanakan tiga hari lagi dari sekarang, aku ingin melihat penampilan kalian, sungguh aku sudah tidak sabar melihatmu dan David berduet di atas panggung. Dua tahun belakangan ini ia berlatih dengan tekun, ia selau bilang padaku, ia ingin tampil bersama denganmu suatu hari nanti, kau bermain piano dan dia bermain biola. Tidak kusangka hari itu akan segera datang," Ia menyeruput lemon tea hangatnya.
"Apa kau bahagia?," pria itu duduk sambil mengunyah roti lapis miliknya. Ia tersenyum tipis sambil menatap Lizzy.
"Tentu saja aku bahagia, karena aku bisa mewujudkan cita-cita David dalam waktu dekat. Rasanya seperti aku mendapatkan jackpot, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata."
"Aku berterima kasih karena kau mau memaafkan aku dan memberiku kesempatan untuk lebih banyak terlibat dalam kehidupan anak-anakku, kau tahu Lizzy? Aku tidak akan mengecewakanmu lagi, percayalah. Bagiku cukup sekali aku melakukan kesalahan yang sangat fatal, itu menjadi pelajaran hidup yang paling berharga untukku, oh iya, lagu apa yang akan kami mainkan nanti saat pertunjukkan?"
"A whole new world, original soundtrack film Aladdin. Kau tahu lagu itu bukan?."
"Ya aku tahu, itu juga adalah salah satu lagu favoritmu kan?."
"Kau masih mengingatnya dengan baik Jacob, aku merasa tersanjung," Lizzy tersenyum hangat kepada pria di hadapannya.
"Aku tak pernah melupakan segala sesuatu tentangmu Lizzy, aku masih mengingat semuanya dengan jelas,"
Entah kenapa mukanya terasa sangat panas sekarang, ia tak menyangka jika Jacob masih mengingat segala sesuatu tentangnya. Ia tidak tahu apakah harus merasa tersanjung atau marah, karena pria itu ternyata belum juga menyerah.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Lizzy sudah terlihat sibuk, ia menyiapkan kotak-kotak besar berisikan kue-kue yang akan ia jual di Festival. Kedua anaknya juga terlihat sudah rapih dan siap untuk berangkat. Hari ini mereka berdua bertugas menemani Adelina di toko, sedangkan Lizzy akan ditemani oleh Jacob. Pria itu bersikeras untuk membantu Lizzy berjualan kue di festival. Selagi aku masih bisa membantumu kenapa tidak kulakukan? itulah yang Jacob katakan.
Tak lama kemudian Jacob datang dengan mengendarai mobil SUV miliknya, mereka berencana untuk mengantarkan kedua anak mereka terlebih dulu ke toko roti, baru kemudian mereka akan berangkat menuju ke pusat kota, tempat festival rakyat diadakan.
Dengan sigap dan cekatan Jacob membantu Lizzy menurunkan barang dan menatanya di meja stand. Stand miliknya belum dibuka, tapi para pembeli sudah antusias untuk mengantri. Ia hanya bisa menggeleng pasrah melihat panjangnya antrian di depan stand miliknya, ia menatap ke arah antrian dan mencoba menghitung ada berapa pembeli yang sudah ada di sana. Ia mengamati sambil meringis, karena ternyata para pembeli itu hampir semuanya berjenis kelamin wanita dan berusia antara duapuluh sampai tigapuluh tahun.
Mereka tampak antusias melihat Jacob yang terlihat sedang menurunkan barang-barang mereka dari mobil dan menatanya di meja stand. Tak dapat dipungkiri, Jacob memang terlihat memukau. Dengan mata berwarna biru dan rambut berwarna coklat, hidung mancung, dan wajahnya yang terlihat bak dewa yunani, ditambah postur tubuh yang tinggi dan juga tegap, ia terlihat begitu menawan. Hari itu Jacob memakai atasan berbahan rajut lengan panjang dengan kerah v-neck berwarna olive ditambah celana jeans yang sudah sobek dibagian kedua lututnya. Atasannya memperlihatkan bentuk otot-otot tubuhnya dengan jelas, membuat para kaum hawa akan menatapnya dengan tatapan lapar.
Namun, Jacob hanya acuh, ia tak memperhatikan bahwa banyak pasang mata yang sedang menatapnya. Baginya, yang terpenting hanyalah Lizzy. Semenjak kejadian tiga tahun silam, ia sudah tak lagi berminat menjadi seorang pria flamboyan. Masa-masa itu telah berakhir. Dan ia tak berminat untuk kembali ke masa-masa suram itu.
Lizzy tersenyum sekaligus merasa risih, karena banyaknya wanita yang menatap Jacob dengan tatapan seperti itu.
"Jacob, apa kau yakin akan membantuku di sini?"
"Tentu saja, apa ada masalah?"
"Tidak, hanya saja bisa kah kau mengganti atasanmu atau setidaknya kau memakai jacket yang terlihat longgar?"
"Ada apa Lizzy? Apa kau merasa tidak nyaman melihatku berpakaian seperti ini?" Jacob tersenyum miring melihat wajah Lizzy yang canggung.
Lizzy berdeham sebelum menjawab pertanyaan dari pria itu, "Tidakkah kau sadar? Sedari tadi kumpulan para wanita di depan standku menatapmu dengan penuh rasa penasaran? bahkan mereka ada yang terang-terangan menatapmu dengan tatapan mesum, aku di sini untuk berjualan kue Jacob, bukan untuk menjadi seorang mucikari," Lizzy melirik sekilas ke arah para wanita itu, memberi isyarat pada Jacob untuk menyadari tatapan para wanita itu untuknya.
Jacob pun mengikuti arah lirikan mata Lizzy sambil mengangkat sebelah alisnya, ia kemudian tersenyum dan berkata "Baiklah, aku akan mengambil jacketku di mobil, jika itu bisa membuatmu merasa nyaman, sungguh Lizzy, aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa seperti itu, tunggulah sebentar di sini, aku akan segera kembali," Ia mengacak puncak kepala Lizzy dengan penuh sayang dan berjalan menuju mobilnya.
Tak sampai sepuluh menit Jacob sudah kembali, dan mereka pun segera membuka stand kue itu. Lizzy bertugas melayani para pembeli, dan Jacob memasukan pesanan kue-kue itu ke dalam kotak. Tanpa terasa mereka sudah membuka stand kue mereka selama dua jam, dan stok kue hari itu hanya tersisa lima untuk masing-masing varian.
"Kau sungguh membawa keberuntungan tersendiri Jacob, lihatlah ini bahkan belum tengah hari tapi kue-kue ku hampir habis semuanya terjual. Kurasa mereka semua hanya ingin melihatmu dari dekat, mereka lebih tertarik padamu daripada kue ku. Tapi aku senang, dengan begini kita bisa cepat pulang untuk berlatih."
"Benarkah? jadi aku merupakan sebuah keberuntungan bagimu? Kalau memang benar seperti itu, kau harus membawaku lagi besok, karena aku yakin, besok antrian pembeli pasti akan lebih panjang dari hari ini."
"Apa kau masih senang menjadi pusat perhatian para wanita Jacob?"
Pria itu terkejut mendengar pertanyaan Lizzy, sungguh bukan itu maksudnya. "Tidak Lizzy, aku senang karena dengan begitu aku punya alasan untuk pergi bersamamu lagi besok, tidak lebih."
Tiba-tiba Lizzy tertawa kencang melihat ekspresi Jacob yang terlihat lucu baginya "Kau tahu Jacob, kau harus melihat ekspresi wajahmu sekarang, wajahmu mirip sekali dengan wajah David, jika aku sedang mengerjainya."
"Kau ini benar-benar ya."
Tangan Jacob terlihat bergerak ke arah pinggang Lizzy, ia berniat untuk menggelitik wanita yang ada di hadapannya itu, ia merasa gemas sekaligus bahagia karena Lizzy nya telah kembali, tidak lagi menjaga jarak dengannya, bahkan sudah mulai berani untuk meledeknya seperti dulu.
Belum tangannya mencapai pinggang Lizzy, tiba- tiba suara seseorang menginterupsi tawa mereka "Apa kau sudah mendapatkan mangsa barumu nona?"
Pria itu berkata sambil melipat kedua tangannya di dada. Pria itu menggunakan kaca mata hitam dan topi, sehingga jika hanya melihat sekilas orang tidak akan mengenali siapa pria itu. Tapi berbeda dengan Lizzy, ia dengan segera mengetahui siapa pria itu.
Jacob terkejut mendengar pertanyaan pria asing itu, ia terlihat tidak suka mendengar perkataan pria asing itu.
Rasanya ia ingin sekali memukul pria itu, ia tidak terima dibilang sebagai mangsa Lizzy. Dari dulu sampai sekarang Lizzy adalah wanita baik-baik dan berasal dari keluarga baik-baik, sedikitpun wanita itu tidak pernah berubah. Namun saat ia hendak maju untuk melawan pria itu, Lizzy menahan lengannya dengan kencang.
Kamudian menggelengkan kepalanya tanda tidak menyetujui apa yang akan dilakukan oleh Jacob.
Akhirnya ia hanya bisa bertanya sambil menahan marah "Siapa pria itu Lizzy?," Jacob memandang pria itu dengan penuh kebencian.
Bukannya menjawab pertanyaan Jacob ia malah balik menyapa pria itu "Halo tuan Daniel Allan, ada yang bisa kubantu? Bagaimana kabar paman Philip dan bibi Christine?" Ia sengaja menyebut nama lengkap pria itu dan juga menyebut nama paman dan bibinya.
Jacob paham apa yang sedang dilakukan oleh Lizzy, ia pun hanya tersenyum miring mendengar nama Daniel Allan disebut. Siapa yang tidak kenal dengan pria itu? Seorang aktor kelas menengah yang sedang naik daun. Tapi jelas ia tidak selevel dengan Jacob, lingkaran pertemanan mereka pun jauh berbeda.
"Kau tidak berhasil mendapatkanku, jadi sekarang kau mencoba peruntungan dengan mendekati pria ini? Benar-benar menjijikan sekali, kau benar-benar serigala berbulu domba, kemarin kau mendekati kedua orang tuaku untuk mendekatiku, sekarang kau mendekati pria itu, rupanya kau sungguh licin, kau tidak mendapatkan celah untuk mendapatkanku, justru kau mencari pria yang jauh lebih kaya dariku, dan kau tuan Jacob Morris, berhati-hatilah pada wanita itu, ia adalah seorang Pengeruk harta, kau hanya akan diperas olehnya untuk memenuhi kebutuhan hidup kedua anaknya dan juga dirinya sendiri," Alih-alih menjawab pertanyaan Lizzy pria itu justru mencoba memprovokasi mereka.
Jacob yang sudah sejak tadi menahan emosinya, semakin tidak terima, melihat wanita yang dicintainya dihina seperti itu tanpa aba-aba ia melepaskan pegangan tangan Lizzy di lengannya dengan lembut dan maju mendekati pria itu, dan dengan sekali gerak, ia memukul Daniel tepat di rahang kirinya.
Lizzy terkejut melihat apa yang baru saja dilakukan oleh Jacob, tidak biasanya pria itu memakai kekerasan, apalagi sampai memukul orang lain. Lizzy langsung menarik lengan Jacob dan memeluknya dari depan, ia harus segera menenangkan pria itu agar tidak bertindak lebih jauh. Ia mengelus punggung pria itu dengan lembut, berusaha menurunkan emosinya.
" Jacob, sudah hentikan, jangan kotori tanganmu hanya untuk memukul pria itu. Sungguh itu tak berarti apa-apa untukku, pria itu bahkan tidak berarti sama sekali bagiku, ia hanya sedang frustasi menghadapi keinginan orang tuanya, kau tenanglah, jangan sampai reputasimu rusak hanya karena terprovokasi olehnya."
Jacob membalas pelukan Lizzy dengan erat, hal yang selalu dilakukan oleh wanita itu jika ia sedang merasa marah dan kesal. Dan rasanya masih sama seperti dulu, hangat dan menenangkan.
Lizzy sama sekali tidak berminat untuk membantu Daniel, ia hanya menatapnya dengan tatapan enggan kemudian berkata "Lebih baik kau pergi tuan Daniel, kurasa kau tidak mau menjadi bahan pergunjingan bukan? Kau harus ingat dengan karirmu yang kau bangun dengan susah payah itu. Pergilah dan kuharap kita tidak pernah bertemu lagi," Ia masih berada dalam pelukan Jacob.
Melihat hal itu, Daniel merasa bertambah kesal. Ia segera bangkit dan beranjak dari sana dengan penuh rasa amarah karena merasa diabaikan. Tadinya ia berencana untuk membeli kue-kue Lizzy di stand karena ibunya yang memintanya, ia pun berharap untuk bisa mengenal wanita itu lebih jauh seperti yang diinginkan kedua orang tuanya. Tapi begitu ia sampai di stand kue milik Lizzy, ia justru melihat wanita itu sedang tertawa bahagia bersama seorang pria, dan pria itu bukanlah pria sembarangan.
Jacob Morris. Siapa yang tidak mengenalnya? Seorang pengacara terkenal dengan bayaran termahal di Negara itu. Bahkan Jacob juga seorang pengusaha sukses. Kekayaan seolah menjadi nama tengah dari seorang Jacob Morris.
Kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan wanita licik, setelah kau mendekati ayah dan ibuku, sekarang kau akan menyakiti mereka. Kau tidak akan bisa mendapatkan pria itu, aku akan memastikannya. Dengan penuh amarah ia masuk ke dalam mobilnya dan beranjak dari sana, mengendarai mobilnya ke arah rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Aini Kenik
ehm cerita yang sangat menarik... sukaa
2020-10-28
0