Tidak sama sekali Elleina kira jika Grexyn bisa juga merasakan sakit biasa. Setelah mendengar laporan dari pelayan muda yang datang kedalam kamarnya, tanpa basa-basi lagi Elleina langsung menuju kamar Grexyn dan bertemu dengan Leon disana.
“Kenapa bisa seperti ini?” tanya Elleina ketika melihat Grexyn yang sedang terlelap karena demam tingginya belum turun juga.
“Maafkan saya nyonya, saya tidak bisa menjaga tuan dengan baik. Dokter mengatakan beliau kelelahan karena bekerja dan terlalu memaksakan diri di musim dingin ini.” Leon benar-benar tidak dapat menatap wajah Elleina.
Sebagai seorang sekretaris yang selalu bersama Grexyn, kejadian ini merupakan hal buruk yang pernah ada. Karena tidak optimal dalam membantu Grexyn dalam bekerja dan lalai, akibatnya Grexyn terlalu bekerja berlebihan.
Elleina benar-benar tidak habis pikir. Perayaan festival tinggal beberapa jam lagi dan Elleina juga merancang acara ulang tahun Grexyn. Bahkan segala hal yang terkait sudah dipesan.
“Saya pantas dihukum nyonya! ini mutlak kesalahan saya.” sesal Leon.
Di satu sisi Elleina tidak ingin sepenuhnya menyalahkan Leon. Ini juga karena Grexyn yang terlalu memaksakan diri.
“Tenanglah Leon keadaan tidak seburuk itu, kita bahkan telah melalui hal yang lebih buruk dari demam.” ujar Elleina sembari menggenggam kedua tangan Leon dan menatap mata pria yang sedang frustasi itu.
“Lalu nyonya, bagaimana dengan perayaan hari ini?” tanya Leon bingung.
Jarang-jarang Elleina melihat ketenangan seorang Leon goyah seperti ini.
Elleina juga bingung akan hal itu.
Mereka tidak mungkin bersenang-senang ketika tuan rumah sedang sakit.
Elleina pikir, itu sangat tidak sopan.
Namun, Elleina juga tidak ingin mengecewakan siapapun disini.
“Semua pasti ada jalan keluarnya dan Leon, saya butuh bantuanmu terkait hal ini.” ujar Elleina sembari tersenyum tenang seperti biasa.
Memang, keadaan Grexyn tidak pernah diduga akan jadi seperti sekarang. Namun, Elleina tidak ingin memusingkan hal itu, selama penyakitnya masih bisa disembuhkan. Elleina bahkan pernah menjalani hari-hari berat ketika Grexyn keracunan dulu.
Akhirnya, ia meminta bantuan Tulipe untuk mempersiapkan perayaan festival musim dingin di aula rumah yang agak jauh dari kamar Grexyn. Perayaan diharapkan tidak terlalu riuh, namun tetap menyenangkan. Seperti itu lah rencana Elleina tentang festival musim dingin.
Elleina juga meminta Leon untuk melanjutkan pekerjaan Grexyn seperti biasa karena Leon lah yang paling mengerti terkait pekerjaan yang Grexyn lakukan. Terlebih, Elleina tidak ingin mengambil alih pekerjaan begitu saja.
Sementara Grexyn istirahat total di dalam kamarnya, Elleina yang mengontrol segala pekerjaan dengan dibantu oleh Leon dan yang lainnya.
*
*
*
*
Setidaknya segala hal sudah rampung.
Pekerjaan Grexyn dilakukan dengan baik.
Persiapan festival juga.
Bahkan ketika melihat para pekerja keluarga Whitterdern dari luar kota datang dan menyambut kedatangan mereka, Elleina sangat senang bisa melakukannya.
Lalu, ulang tahun?
Rasanya kata-kata itu hanya ilusi, Elleina hanya bisa mendengarnya namun sulit untuk merealisasikannya.
“Saya kecewa.” ujar Elleina ketika sedang mengecek makanan yang akan dihidangkan itu.
Leon dan Tulipe terlihat bingung satu sama lain. masalahnya Elleina mengucapkannya tepat di depan makanan.
Apa ada yang salah dengan menu makanan yang sudah Elleina atur sendiri itu?
“Nyonya? Apa ada masalah?” tanya Tulipe.
Elleina hanya menggeleng pelan.
“Saya hanya sedikit kecewa dengan diri saya karena acaranya jadi tidak meriah.”
Entah siapa yang harus salah ketika keadaan sedang tidak baik seperti ini.
“Nyonya jangan khawatir, semua berjalan dengan lancar bahkan para prajurit di perbatasan juga hadir malam nanti.” hibur Tulipe.
Elleina mengerti, ia tidak ingin terlalu memikirkan perkara yang membuat dirinya menjadi berpikir buruk. Segala hal telah disiapkan sebaik mungkin. Ia tidak ingin mengecewakan orang-orang.
“Ah, Leon kamu bisa pergi ke Grexyn. Saya pikir, kamu lebih baik ada di sisinya saat ini.” ujar Elleina pada Leon.
Leon agak nampak bingung dengan ucapan Elleina barusan dan menatap Tulipe yang sepertinya mengerti dengan tatapan bingung Leon.
Tentang siapa yang seharusnya ada di sisi Grexyn.
“Ehem! nyonya, bukankah terbalik?” ujar Leon.
“eh? Apanya?” Elleina bingung.
“Anda di sini sebagai istrinya, kenapa meminta orang lain yang harus ada disisinya? Bagaimana jika seandainya Leon adalah perempuan? Apa anda akan tetap meminta Leon yang terus bersama tuan?” tanya Tulipe menjelaskan kejanggalan perasaan Leon terhadap ucapan Elleina.
“Tapi, Leon adalah pria di sini.” Elleina menatap Leon dengan tatapan polosnya.
Ucapan Elleina memang tidak salah.
Tulipe dan Leon benar-benar tidak bisa mengajak Elleina untuk berandai sebentar saja dan akhirnya Leon pergi karena itu merupakan perintah langsung sang nyonya.
*
*
*
*
Perayaan festival musim dingin di kediaman Whitterdern berlangsung ramai dengan kehadiran tamu undangan yang mana adalah para pekerja Whitterdern, baik di kediaman, keamanan, hingga pada bisnis. Semua orang menikmati acaranya, menikmati makanan yang disediakan. Hingga menikmati obrolan ringan dengan Elleina sebagai pemilik acara.
“Nyonya, perkenalkan saya adalah komandan tertinggi prajurit keluarga Whitterdern, Key Waxer.” Seorang pria paruh baya menyapa Elleina yang tengah menikmati pemandangan pesta dengan Leon dan Tulipe di sisi aula.
“Salam kenal tuan Key, senang bertemu dengan anda. Terima kasih telah menyempatkan waktu kesini.” jawab Elleina sembari tersenyum ramah.
“Nyonya jika anda bersedia ini merupakan hadiah dari kami prajurit di perbatasan wilayah untuk tuan yang sedang berulang tahun.” Key menyerahkan sebuah bingkisan kotak berukuran sedang dengan dilapisi oleh kertas kado pada Elleina.
Dari hal ini Elleina bisa mengerti jika Grexyn sebenarnya sangat disayangi oleh semua bawahannya. Itu terlihat dari para pekerja yang tidak melupakan ulang tahun Grexyn dan tetap memberikan hadiah walaupun sang pemilik tidak hadir sama sekali.
“Terima kasih tuan Key, saya akan memberikannya pada Grexyn.” ujar Elleina senang.
“Kami juga berterima kasih pada tuan yang selalu memperlakukan kami dengan baik dan tidak pernah membiarkan kami kelaparan. Saya berharap beliau lekas sembuh.”
Semua orang juga berharap demikian, termasuk Elleina sendiri. Walaupun tidak seperti pasangan lain yang selalu perhatian satu sama lain, kesehatan Grexyn juga sesuatu yang serius. Tanpanya kediaman akan terasa tidak berarti apa-apa.
Selama perayaan masih berjalan Leon terus menemani Elleina menyambut para tamu dan mengenal mereka.
Elleina dapat menangani seperti biasa dan mungkin lebih banyak berekspresi dibanding menghadiri acara bersama Grexyn. Walaupun terlihat seperti Elleina menikmati acara ini, wanita itu terlihat janggal.
Senyuman ramahnya, membuat Leon merasa tidak nyaman. Bukan karena hal lain, namun pikirannya terus mengarah ke Grexyn.
“Nyonya, saya akan menangani hal ini. Anda bisa pergi jika ingin.” ujar Elleina yang tiba-tiba melamun menatap gelas sampanye yang sedari awal ia genggam itu belum tersentuh sama sekali.
Elleina menatap Leon bingung.
“Saya tidak apa-apa.” ujar Elleina.
“Haah, anda sudah seharian penuh ini bekerja tanpa henti. Saya tidak ingin membiarkan anda jatuh sakit juga karena kelelahan, jika itu terjadi saya akan merasa benar-benar gagal melayani anda dan tuan Grexyn.” ucap Leon pasrah dan penuh rasa bersalahnya.
“aa~ Tidak-tidak! Leon saya tidak ingin kamu menyalahkan diri sendiri seperti ini tolong jangan seperti ini.” Elleina langsung panik sendiri ketika melihat raut wajah sedih Leon dihadapannya.
"Jika anda berpikir seperti itu, saya mohon anda istirahat saja dulu. Biar saya yang mengurus para tamu.”
Elleina pun menyerahkan gelas sampanye nya pada Leon.
“Haah, baiklah saya akan keluar sebentar, tolong perhatikan pesta ini.” ujar Elleina lalu pamit pergi mencari udara segar.
Seperti yang dikatakan Leon, itu benar-benar sedang Elleina alami saat ini. nampaknya ia terlalu lelah karena terus bekerja tanpa henti untuk satu hari ini dengan segala beban pikiran yang ada.
Tapi, dalam hati ia tidak ingin meninggalkan pesta begitu saja. Karena itu tanggung jawabnya.
Namun langkah Elleina tiba-tiba berhenti ketika bertemu dengan lorong persimpangan antara kamar nya dan Grexyn.
Jika kearah kanan adalah kamar Grexyn, dan arah kiri adalah miliknya.
Kenapa ia memikirkan hal sepele seperti ini?
Elleina baru ingat jika ia sama sekali belum menjenguk pria yang berstatus suaminya.
Ia lupa segala hal jika sudah menyangkut pekerjaan.
Namun tanpa berpikir lebih panjang, Elleina langsung pergi ke lorong sebelah kiri tempat kamarnya berada.
*
*
*
*
Grexyn benar-benar merutuki dirinya sendiri yang bisa jatuh sakit seperti ini. tiba-tiba saja tubuhnya oleng ketika sedang memeriksa laporan akhir bulan dari Elleina.
Grexyn juga baru menyesal setelah meminta cangkir kopi untuk menemaninya bekerja tanpa memberi tubuhnya istirahat sebentar.
Rasanya semua seperti berhamburan dan tidak tersusun rapi. Nampak sangat hancur berantakan.
Apanya?
Hidupnya.
Kenapa Grexyn berpikir sedemikian rupa?
Apa karena luka lama yang tidak kunjung membaik? Kehidupan baru? Seseorang yang baru?
Kepalanya menjadi pusing ketika memikirkannya.
Rasa sakit ketika kehilangan seseorang berharga itu, lagi-lagi membuka penyesalan yang tidak pernah ada akhirnya.
Di sisi lain, Grexyn merindukan sosok yang dicintainya.
Wanita yang selalu menemaninya ketika kedua orang tuanya tiada, di saat senang dan ketika ia sakit seperti ini. sosok lembut yang selalu ada disisinya tanpa mengenal lelah yang selalu tersenyum lembut meski kadang harus menghadapi amarahnya.
Telapak tangannya dengan lembut selalu mengusap pelan surai Grexyn.
Kepala Grexyn masih terasa berat meski sudah meminum obat dari dokter pribadinya. Ia hanya merasakan samar-sama sebuah telapak tangan sejuk dan halus mendarat pelan di dahinya. Kemudian tergantikan oleh sebuah kain lembut dan basah serta hangat menutup dahinya.
Entah kenapa, Grexyn merasa nyaman.
Apa ini mimpi dan Alice bersamanya?
“Dokter macam apa yang tidak bisa menurunkan panas dengan resep obatnya.” guman Elleina pelan ketika baru saja menaruh kompres handuk hangat di dahi Grexyn setelah memeriksa suhu tubuh Grexyn yang masih sangat panas itu.
Elleina sempat mengganti pakaian pestanya menjadi gaun tidurnya. Baru saja ingin naik ke atas ranjangnya untuk berbaring, Elleina jadi sedikit merasa janggal. Ia berpikir, ia sendiri yang menyuruh seluruh pelayan untuk hadir dalam pesta. Itu berarti, tidak ada yang bersama Grexyn.
Menuruti insting manusiawinya, Elleina mengurungkan niatnya untuk merebahkan diri.
Pintu kamar Grexyn tidak dikunci dan jika Elleina pikir, ini pertama kalinya ia masuk kedalam kamar Grexyn yang selalu identik dengan warna putih dan hampir seluruh ornamennya berwarna putih. Elleina bahkan tidak sengaja menabrak kaki meja karena tersamarkan dan hampir mengumpat jika tidak memikirkan orang di dalam kamar itu.
Raut wajahnya begitu gelisah. Namun ia tidak membuka matanya. Apa ia sedang bermimpi sesuatu yang tidak menyenangkan? Elleina memberanikan diri untuk menyentuh dahi pria itu.
Hampir saja ia mengumpat untuk kedua kali ketika merasa suhu tubuh Grexyn sama sekali tidak menurun bahkan pria itu tidak berkeringat seperti kebanyakan orang sakit ketika sedang menurunkan suhu tubuh.
Sekali lagi Elleina bersyukur karena memiliki sifat manusiawi yaitu simpati.
Tanpa meminta bantuan seorang pun, Elleina mengambil air hangat dan handuk kecil.
*
*
*
*
Sinar mentari pagi tembus begitu saja melalui jendela dengan gorden berwarna putih di kamar Grexyn. Ia tidak begitu ingat apa yang telah terjadi, ia hanya merasa terlalu lelah. Namun, suhu tubuhnya setidaknya banyak turun dan membuat dirinya merasa lebih baik dari yang sebelumnya.
Aroma ini, aroma dari obat-obatan begitu kuat di sekitar tubuhnya. Nampaknya ada yang mencekokinya obat selagi ia tidak sadar. Lalu, handuk yang ada di dahinya yang telah mengering itu.
Seseorang ada bersamanya tadi malam bahkan hingga pagi ini.
Nampaknya sedang bergelut dengan mimpinya dalam tidur yang nampak tenang itu. Bahkan sinar matahari yang biasanya sangat mengusiknya, tidak dapat membangunkannya pagi ini.
“Permisi, ya ampun! Kenapa anda sudah keluar dari tempat tidur?!” Leon yang baru masuk membawa sarapan langsung berseru panik ketika melihat Grexyn sudah berdiri dan berpakaian kerja padahal wajahnya masih pucat seperti itu.
“Leon, kau berisik sekali.” ujar Grexyn risih.
Leon pun mengalihkan pandangannya pada objek yang cukup menarik perhatian.
“Tu-tuan! Apa nyonya tidur di sini semalaman?” Leon berbisik pada Grexyn sembari menunjuk wanita yang sama sekali tidak terusik dengan seruan nyaring Leon.
Sama sekali terduga bagi Leon melihat Elleina tidur di sofa di kamar Grexyn dengan nyenyak dan tenang itu.
“Bukankah kau yang memintanya kesini?” tanya Grexyn seolah menunjuk Leon sebagai pelaku utama dari semua ini.
“saya?? Saya hanya meminta beliau istirahat… ah… mungkin saja hati nyonya tergerak dan merawat anda semalaman… manisnya.”
“Hentikan omong kosong mu. Perintahkan seseorang untuk memindahkannya ke kamarnya.” ujar Grexyn sembari melanjutkan memasang pakaiannya.
“Ehem! Anda ingin kemana? Dengan keadaan sakit begini, anda tidak boleh kemana-mana.” ujar Leon tiba-tiba saja menjadi tegas dan langsung membawa Grexyn untuk kembali ke tempat tidur tanpa menerima satupun protes dari Grexyn.
“Leon, kau keterlaluan.” ujar Grexyn pasrah dan memilih mengalah dibanding harus mendengar Leon mengomel seharian.
“Anda tidak memperhatikan kesehatan anda akhir-akhir ini. Saya merasa sangat bersalah ketika anda jatuh sakit. Namun nyonya selalu mengatakan bahwa sakitnya anda bukan sepenuhnya kelalaian saya. Dengan begitu saya sangat merasa bersalah pada nyonya yang sudah membela saya maka anda harus istirahat.”
Grexyn cukup dibuat bungkam karena ucapan Leon.
“Terlebih, jika anda sakit lagi anda hanya akan membuat hal yang dilakukan nyonya sia-sia.” ujar Leon sembari menghampiri Elleina yang masih tidur itu.
Grexyn tidak tahu apa yang Elleina lakukan semalaman padanya, namun ketika tidak terusik oleh apapun saat ini. bukankah wanita itu tidak tidur semalaman?
“Maaf tuan, saya minta ijin untuk mengantar nyonya ke kamar beliau.” ujar Leon sembari mengangkat tubuh Elleina.
“Lakukan semaumu.”
Ah, Leon sudah tahu jika Grexyn tidak akan peduli mau siapa yang mengantar Elleina.
“Ugh~”
Gyut.
Namun, tiba-tiba saja kedua lengan Elleina memeluk leher Leon tepat di depan Grexyn. Nampaknya perempuan itu sedang berpikir bahwa guling yang ia peluk, bukannya laki-laki.
Leon dan Grexyn sama-sama terlihat kaget dan canggung karena tingkah Elleina yang tidak dapat diduga ini.
Leon bahkan berkeringat dingin.
“Tu-tuan! Maafkan saya!! Say-.”
“Cepat bawa wanita itu ke kamarnya.” Grexyn cukup lelah melihat pemandangan ini dan memilih kembali berbaring menatap jendela besar yang menampakkan musim dingin diluar sana.
Sementara itu, Leon berhasil mengantar Elleina ke kamarnya dengan bantuan Rose dan Monica.
“Nyonya benar-benar sangat nyenyak dan tidak sadar apa-apa, wajah lelahnya seolah mengatakan segala hal.” ujar Rose ketika melihat wajah lelah Elleina ketika tidur.
Monica dan Leon nampak setuju dengan ucapan Rose.
“Kalau begitu saya titip nyonya pada kalian. Jagalah beliau dengan baik.” ujar Leon pada kedua pelayan Elleina.
“Itu sudah tugas kami.” ujar keduanya pelan karena takut membangunkan Elleina.
Setelah mengantar Elleina, Leon langsung memastikan Grexyn beristirahat dikamar.
“Permisi tuan jika ada yang anda inginkan katakan saja pada saya.” ujar Leon sembari masuk kedalam kamar Grexyn.
“Leon apa-apaan ini?! bukankah sudah ku katakan jika menaruh hadiah jangan di kamarku. Bukannya kau sudah tahu akan hal itu.” Grexyn menunjuk sebuah kotak kado berwarna putih di meja yang tidak jauh dari kasurnya pada Leon.
Leon paham itu, semua kado yang diberikan juga sudah ia taruh di ruang kerja Grexyn. Tidak mungkin ada yang tertinggal dan menyelinap kekamar Grexyn untuk memberi kado. Lagi pula yang masuk kekamarnya semalam tidak lain dan tidak bukan.
“Ah, maafkan saya tuan. Saya ceroboh kali ini.” ujar Leon sembari mengambil kotak itu untuk dipindahkan.
Sepertinya tebakan Leon benar, karena jelas-jelas tulisan tangan ucapan ulang tahun itu milik Elleina seorang.
“Leon, kenapa kau senyum-senyum aneh seperti itu.” ujar Grexyn heran ketika wajah Leon begitu berseri ketika memegang kotak kado itu.
“Jika kau suka kau dapat mengambilnya, lagipula aku tidak tertarik.” ujar Grexyn tidak peduli.
Senyuman Leon tiba-tiba saja luntur dan lansung menatap lurus Grexyn seolah tidak menyukai ucapan Grexyn barusan. Tidak mungkin ia dapat menerima kado yang dibuat oleh Elleina begitu saja, terlebih ini bukan hak miliknya, biarpun Grexyn yang mengijinkan.
“Tu-tuan! jangan marah. Saya tidak berniat mengambil kado ini.” ujar Leon tidak enak.
“Leon saya tidak marah, saya lihat kau begitu senang melihatnya, saya pikir kau menyukai kado itu. lagi pula saya tidak membutuhkannya.”
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments