Bertahan Tanpa Alasan

Hari-hari terasa begitu damai di kediaman Whitterdern hari ini. semua anggota rumah mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Rumah dalam keadaan tenang. Mungkin sedikit dikecualikan dengan Elleina yang masih dalam tahap belajar dalam merajut sampai ditemankan oleh Beille Gazebo taman bunga, tempat kesukaan Elleina di kediaman.

“Haaah, kenapa sulit sekali? Memasukkan benang ke benang lainnya, lalu membuat simpul dan mengaturnya!! Merajut itu!! kenapa harus sefrustasi ini.” keluhan Elleina mungkin sudah didengarkan ratusan kali oleh Beille yang selalu setia mengajarkan Elleina teknik merajut.

“Hahaha Elleina, kamu tidak akan selesai jika terus mengeluh. Lanjutkan dengan simpul yang sama. Lihat, rapi kan? Dengan begini, dapat menjadi kaus kaki.” ujar Beille sembari menunjukkan hasil rajutan yang rapi pada Elleina yang mungkin sudah kehabisan air mata karena menangisi hasil kerjanya.

Elleina menyandarkan kepalanya kebelakang dan menatap Beille pasrah.

“Bayimu pasti senang diberikan benda sebagus itu. sedangkan aku, membuat sebuah benda dari gulungan benang ini saja sudah susah payah.” Elleina menatap gulungan benang berwarna biru yang masih dirajut pada tahap awal.

“Ketekunan, kamu memerlukan ketekunan dalam mengerjakannya. Tidak ada kerja yang baik selain ketekunan. Ngomong-ngomong, kenapa tiba-tiba sekali ingin belajar merajut? Bukannya kamu cukup sibuk dengan mengurus kediaman?” tanya Beille sembari istirahat karena tangannya sudah cukup lelah.

Elleina tersenyum tipis dan memberbaiki cara duduknya.

“Aku sedang mencari hobi baru. Jika aku bisa membuat sesuatu dengan benang serta jarum ini, aku rasa tidak ada yang perlu aku takutkan jika aku sudah bosan. Juga, jika aku bisa aku juga ingin menghadiahi keponakanku sesuatu yang hangat di musim dingin yang akan datang.” jelas Elleina.

“Oh! Apa kamu berniat membuat kado festival musim dingin untuk suamimu?” tanya Beille.

“Hahahah!!! Apa aku terlihat memiliki niat untuk melakukannya?” Elleina tertawa tanpa emosi.

Beille sedikit kaget awalnya, namun menyadari posisi Elleina saat ini, ia tersenyum sembari meraih tangan Elleina dengan lembut.

“Tidak ada yang harus kamu pikirkan. Elleina yang kukenal adalah seorang yang hangat dan tidak peduli. Apapun itu, Elleina kamu pasti bisa melakukan hal yang baik.” ujar Beille lembut.

Elleina tidak pernah menyangka jika harus bertemu dengan Beille yang selalu baik dan hangat dengannya seperti ini. salah satu sumber kekuatannya, Elleina pun tersenyum manis.

“Kalau begitu, tidak ada alasan untuk tidak memberikannya. Bukan begitu Elleina?”

Dan senyum manis Elleina tiba-tiba saja pudar ketika Beille dengan aura gelap terpancar begitu saja membuat Elleina sedikit segan dengan wanita yang selalu berpakaian cerah seperti mentari ini.

"Akan kupikirkan Beille.”

Sudah lama Elleina tidak menghadiri pesta kalangan atas, sejak luka yang ia dapatkan ia selalu dikurung di dalam kediaman demi keamanan. Namun malam ini Elleina berkesempatan menghadiri lagi pesta dansa di salah satu rumah bangsawan terkenal di kotanya yang merupakan kolega penting Whitterdern.

Elleina bukan tipe yang suka berbicara, ia hanya menemani Grexyn dari satu obrolan ke obrolan lain hingga secara alami terpisah kelompok obrolan dengan Grexyn. Elleina tengah mendengar para nyonya bangsawan lain mengobrol tentang hal yang terjadi di kehidupan bangsawan.

Harta, hiburan, cela, pakaian, penampilan, wajah. Semua dijadikan bahan pembicaraan dan Elleina tidak terlalu masuk kedalam pembicaraan dan tentu yang paling Elleina ingin hindari.

“Apa kalian sudah dengar? Keluarga Jons akan menyambut cucu ketiga pada musim dingin nanti.”

“Benarkah? Pasangan muda sekarang cepat mendapat keturunan.”

“Bukankah itu bagus? Dengan begitu pengaturan dalam penerus keluarga akan mudah diatur. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Kedamaian tidak selamanya ada.”

Elleina mungkin menjadi golongan yang termuda di dalam lingkaran obrolan ini, hal itu yang sulit ia sesuaikan. Bagaimana bisa ia bergabung begitu saja didalam obrolan.

“Bagaimana dengan anda nyonya Whitterdern?”

Elleina tersentak dan kenyataan membawanya kembali dari lamunan.

“Itu benar, nyonya Whitterdern juga merupakan pasangan muda.”

“Keturunan merupakan hal penting di dalam keluarga. Apalagi kalian ingin membangun kembali keluarga besar Whitterdern.”

Membangun kembali keluarga besar? Elleina tidak pernah mendengarkan hal seperti itu.

“Haa, kami masih belum siap untuk saat ini jika dilihat dari pekerjaan yang sibuk.”

Hanya itu yang dapat Elleina jawab. Masalah membangun kembali keluarga Whitterdern mungkin akan Elleina pikirkan nanti.

“Sayang sekali, keluarga Whitterdern merupakan keluarga yang berpengaruh. Sampai-sampai dibantai habis oleh pemberontak, itu keterlaluan.”

Kalimat barusan hampir saja membuat Elleina menjatuhkan gelas anggur yang ia pegang. Tidak pernah ia mendengar berita itu, apa sudah ditelan masa? Apa waktu sudah menghapus berita itu. bahkan waktu Elleina mencari informasi tentang keluarga Whitterdern di surat kabar lama pun ia tidak menemukan informasi yang barusan ia dapatkan.

Dibantai oleh pemberontak?

“Kenapa?” tanya Elleina tidak percaya. Tentu saja pertanyaan Elleina menjadi sesuatu yang aneh jika sang nyonya muda Whitterdern itu tidak tahu sejarah kelam keluarga suaminya.

“Anda tidak tahu?”

“Sayang sekali”

“Apa tuan Whitterdern menyembunyikannya?”

“Padahal anda adalah istrinya.”

Iya, Elleina tahu jika ia adalah istri Grexyn Whitterdern dan menjadi salah satu bagian dari keluarga itu. tapi ada batas dimana ia tidak bisa tahu segalanya tentang Whitterdern.

Elleina memilih keluar sebentar dan menyegarkan pikirannya di kursi taman di luar ballroom yang masih ramai dengan orang menari. Bahkan Grexyn tidak ia temukan dimana-mana. Elleina tidak tahu, tapi ia pulang bersama siapa jika bukan Grexyn?

Bintang saat ini begitu banyak seperti hamparan permata di atas langit.  Cahaya germelapnya dapat menenangkan hati dan perasaan Elleina yang sedikit kebingungan. Apa ia sudah mabuk hanya dengan secawan anggur ditangannya? Elleina tidak berpikir sedemikian rupa.

“Biasanya jika langit malam cerah seperti ini, akan hujan nantinya.”

Tiba-tiba saja wajah Simon muncul dihadapan Elleina dan mengejutkan wanita yang selalu berpakaian hitam itu. Elleina mungkin hampir serangan jantung dengan pria tampan dengan setelan jas berwarna hitam itu.

“Kamu mengejutkan saya.” ujar Elleina lalu memperbaiki duduknya yang agak sedikit kacau karena terkejut dengan kehadiran Simon yang tiba-tiba.

“Dan juga, tidak mungkin hujan. Langit penuh bintang begini mustahil akan hujan.” ujar Elleina sembari menatap kembali langit yang penuh bintang.

“Alam biasanya tidak terduga Elleina. Kau akan tahu ketika terjun langsung menghampirinya. Juga, sosok indahmu sangat disayangkan jika terus terkurung.”

“Ingin merayuku lagi agar ikut dengan mu, Simon?”

Simon terkekeh geli karena Elleina menebak dengan benar maksud ia berbicara sedemikian rupa. Wanita dengan intuisi cukup tajam.

“Kalau aku bisa membahagiakanmu, kenapa tidak?”

“Aku tidak bisa bahagia lagi. Semua sudah berakhir sejak hari pernikahan. Hidupku berakhir di sini.” Elleina memutar pelan gelas anggur yang sudah berisi seperempat lagi. Ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghabiskan segelas anggur.

Simon melihat sosok Elleina yang duduk di sampingnya, wanita itu tersenyum namun terasa hambar, menatap pasrah pada langit malam dan bintang di atasnya. Surai hitamnya ia biarkan menyapu wajahnya karena belaian angin malam yang dingin dan lembut itu. suaranya lembut namun terasa begitu dingin dan hampa. Tentu berbeda dengan Elleina yang ceria dan ambisius seperti biasanya.

Simon melihat sosok disampingnya seperti manusia yang berjiwa hampa.

“Jika begitu!! Berikan aku kesempatan! Jika kau pergi bersamaku, aku.”

Simon ingin melihat senyum lembut dan tatapan ambisius Elleina ketika ingin mengetahui sesuatu. Di balik wajah hampa wanita itu, Simon sangat yakin Elleina memiliki sesuatu yang berharga, yang patut dijaga.

Simon sudah lama mencari informasi tentang Elleina ketika mengetahui sepupunya akan menikahi wanita itu. senyum manis Elleina ketika bersama orang lain, terlihat tulus dan hangat, sifat ceria dan penuh warnanya, ketekunan ketika membaca buku dan mengekspresikan dirinya, Simon telah melihat itu semua dari informasi yang ia dapatkan.

Tapi, Grexyn seolah menyia-nyiakan sesuatu yang berharga itu. sibuk dengan keegoisan dan ambisi membalas dendamnya, membuat Elleina terlihat sesak di kediaman Whitterdern. Harus memasang topeng pada setiap orang demi Grexyn, Elleina melakukan segalanya tanpa mengharapkan apa-apa. Bahkan untuk cinta, Elleina tidak mengharapkannya sama sekali.

Simon masih tidak mengerti kenapa wanita itu tetap bertahan.

“Simon, tidak baik bagi istri yang meninggalkan suaminya dan pergi bersama pria lain.” Elleina mengalihkan pandangannya dan menatap Simon lembut dengan senyum hangatnya seperti yang biasa Simon lihat.

Simon berdiri dari duduknya menatap lurus kedepan. Ia tahu, dari suara Elleina. Wanita itu, walaupun mengatakan alasan dengan suara lembutnya, Simon masih merasakan kehampaan dalam Elleina.

Tidak ada cinta di sana, perasaan yang seharusnya membuat orang sampai bertindak bodoh untuk bertahan. Tidak ada perasaan khusus di dalam Elleina. Memikirkannya membuat Simon geram, sampai buku jarinya memutih karena ia mengepal begitu kuat.

“Aku pergi.” Simon tidak mengerti lagi kenapa ia begitu bersikeras ingin mengajak Elleina pergi. Perasaannya bergejolak geram dengan Elleina yang tidak terpengaruh sedikitpun. Simon tahu batasnya dimana dan memilih pergi.

Sejak di taman, Elleina tidak melihat lagi Simon di ballroom. Ia berpikir mungkin sudah pulang duluan. Elleina dan Grexyn tidak lama setelah itu pun memutuskan untuk kembali ke rumah yang Simon selalu anggap penjara untuk Elleina.

Karena seperti biasa sunyi itu sudah tidak dipusingkan Elleina. Matanya hanya tertarik dengan pemandangan luar kereta kuda yang tengah ditumpangi sembari menyembunyikan jemari-jemari di sela gaun malam yang dikenakan. Cuaca sedikit menjadi lebih dingin, Elleina tidak menyangka ucapan Simon ditaman menjadi kenyataan. Langit yang awalnya berbintang terang menjadi gelap karena awan tebal menutupi. Angin yang lembut berganti dengan angin kencang yang mampu menerbangkan dedaunan kering pada pepohonan dan rintik-rintik kecil mulai membasahi jendela kereta perlahan menjadi sangat deras.

Elleina benar-benar tidak percaya bahwa ucapan Simon terkait cuaca bisa benar-benar terjadi. Cuaca malam terang berbintang menjadi malam yang penuh dengan rintik hujan yang cukup deras.

Tidak baik bagi Elleina yang hanya mengenakan gaun tipis seperti ini. Elleina menjadi merindukan selimut hangat nya di rumah dan perjalanan masih sedikit lambat karena hujan. Ia tidak bisa mengharapkan siapapun kecuali diri sendiri. Tetap hangat dengan menggosok kedua telapak tangannya, meniup pelan kedua tangannya agar tetap pada suhu yang hangat.

“Pakailah.”

Sedikit terperanjat dengan uluran jas berwarna putih telah ada di hadapannya, terulurkan begitu saja dari pria dihadapannya. Sorot mata dingin pria itu menatap Elleina agar cepat mengambil apa yang telah di tawarkan.

Apa yang Elleina harapkan ketika memilih untuk tetap tinggal? Cinta? Kekayaan? Ketenaran? Tidak, Elleina tidak mengharapkan apa-apa dari Grexyn.

Untuk saat ini, keinginan itu masih belum tumbuh.

“Terima kasih.” Elleina tidak menutupi apa yang ada pada dirinya. Ia merasa dingin, ia butuh sesuatu yang bisa membuatnya bertahan. Tidak peduli dari uluran tangan siapa, bahkan dari orang yang tidak menganggap nya ada sekalipun, Elleina tetap menerima. Tanpa ragu ia langsung menutupi tubuhnya dengan jas putih milik Grexyn.

Kebesaran dan hampir menutupi seluruh tubuh Elleina. Aroma Grexyn yang langsung tiba di hidung Elleina ketika mengenakannya, sama sekali bukanlah aroma yang asing. Aroma yang sering ia rasakan namun tidak tersentuh oleh jemarinya karena tidak memiliki ijin atas itu.

“Kenapa kau tidak pergi dengan Simon?”

Akhir-akhir ini mungkin Elleina menjadi cukup sering mendengar Grexyn mengobrol dengan dirinya. Elleina tidak pernah berani untuk membuka pembicaraan dan selalu Grexyn yang memulai. Pria itu tidak menatap Elleina dan lebih memilih melihat rintik hujan diluar yang cukup deras.

“Itu tidak pantas dilakukan.” jawaban logis dari Elleina membuat Grexyn melirik wanita yang duduk dihadapannya.

“Baiklah jika kamu memintanya. Tapi, aku tidak akan ikut bersama Simon.”

Apa yang harus Elleina pertahanankan jika suatu hari Grexyn lah yang menyuruhnya pergi? Elleina selalu mengingatkan dirinya bahwa ia hanya menjalankan formalitas sebagai pendamping Grexyn. Entah sampai kapan.

“Begitukah?”

“Apa kamu membenciku?” sebenarnya Elleina tidak ingin mengatakan itu, tapi Grexyn sudah terlanjur membuka pembicaraan dan Elleina dari dulu sangat ingin menanyakannya.

Grexyn menatap Elleina dengan tatapan yang bisa dibilang sedikit kaget dengan pertanyaan istrinya. Wanita itu hanya tersenyum tipis, mengeratkan genggaman pada jas yang menyelimuti tubuhnya. Menguatkan hati agar segala frustasinya tidak tumpah pada saat ini.

Bagi Grexyn, apa yang harus ia katakan pada wanita yang sudah mengorbankan segalanya untuk dirinya? Mimpi bahkan sampai nyawa, Grexyn tahu bahwa Elleina memberikannya segalanya secara cuma-cuma pada Grexyn tanpa memikirkan diri sendiri. Wanita seperti apa Elleina sebenarnya? Apa benar ia manusia? Bahkan tatapan nanar Elleina tidak menyiratkan satupun perasaan, tapi kenapa sampai hidupnya ia pertaruhkan untuk menyelamatkan nyawa Grexyn?

“Maaf. Sepertinya aku mabuk. Maafkan aku.” ujar Elleina lalu menyandarkan kepalanya pada dinding kereta. Memejamkan matanya menikmati keheningan dan rintik air diluar.

“Sebutkan apa yang kau inginkan.” Grexyn bertanya.

Elleina membuka perlahan kedua matanya dan menatap gaun malam hitamnya yang dibalut dengan jas putih kebesaran milik Grexyn.

“Keinginan itu sudah mati. Semuanya hanya formalitas saat ini. jadi tidak ada apa-apa yang ingin saya harapkan.”

Apa sudah terlambat bagi wanita ini untuk benar-benar menikmati hidupnya?

Grak!

Tiba-tiba kereta terguncang sesuatu dan membuat perjalanan berhenti. Perasaan Elleina dan Grexyn sudah merasa tidak beres ketika tidak ada respon dari kusir ketika Grexyn memanggil.

Hujan di luar masih deras dan Grexyn memutuskan untuk melihat keluar.

“Jangan kemana-mana, tetaplah di sini.” ujar Grexyn sembari memakai mantelnya dan melangkah keluar kereta dengan menangkap pedangnya.

“Berhati-hatilah.” ucap Elleina.

Entah kenapa Elleina merasa ada yang tidak beres di kesunyian ini. Elleina tidak bisa melepas pandangannya pada Grexyn yang sudah di luar kereta dan merasa sesuatu sedang mengancam. Perasaan Elleina semakin kalut ketika melihat bayang-bayang pergerakan sesuatu di semak-semak.

“Grexyn, ada apa?” seru Elleina sembari ingin melangkah keluar.

Namun Grexyn tak begitu jelas mendengar dan perlahan melangkah melihat kusir mereka yang sudah tertunduk tak sadarkan diri itu karena panah yang tertancap pada dada sang kusir.

“GYAA!!!”

Elleina yang masih menunggu Grexyn di depan pintu kereta langsung berteriak ketika sekelompok orang menarik nya dan membawanya kabur dengan dibopong. Mendengar teriakan Elleina dan melihat wanita itu dengan cepat dibawa kabur oleh sekelompok orang membuat Grexyn langsung mengejarnya dan tentu saja beberapa orang misterius bercadar menghadangnya dengan menodong pedang kepadanya.

“Siapa kalian!!!” seru Grexyn emosi sembari ingin ancang-ancang menarik pedang peraknya dari sarungnya dan bersiap menyerang.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Grexyn, sementara teriakan Elleina sudah tidak terdengar lagi.

Banyak yang menjadi pertanyaan Grexyn saat ini. Kenapa ada yang menyerang mereka dan kenapa Elleina yang dibawa?

Belum ada jawaban melainkan serangan tiba-tiba pada Grexyn.

Baiklah, jika begitu Grexyn meladeni dengan keahliannya selama bertahun-tahun. Menebas semua orang misterius itu dengan sadis dan tanpa ampun dan tentu saja.

Tidak ada yang hidup.

“Mhhmm!!!mmmhh!!!”

Sementara itu Elleina masih meronta-ronta ketika dibopong oleh orang tidak dikenalnya dan kepalannya ditutupi oleh kantong sehingga membuatnya sulit untuk melihat dan berbicara. Ia hanya bisa mendengar derap kaki orang berlari dan hujan deras yang terus turun membasahinya.

Tentang Grexyn? Tentu Elleina memikirkan tentang apa yang dialami pria itu saat ini. terakhir Elleina lihat bahwa Grexyn dikepung oleh sekelompok orang gila yang misterius sambil menodong pedang pada pria putih itu.

Grexyn terus berlari menyusuri hutan yang dimasuki oleh orang-orang yang membawa Elleina pergi, sulit menemukan jejak kaki karena hujan lebat masih mengguyur. Hari yang masih gelap sangat menyulitkan Grexyn untuk mencari wanita itu.

“Arrggghh!!!” Grexyn meninju batang pohon frustasi karena sulit mendapatkan apa yang ia cari.

Nafasnya terengah-engah karena harus mencari dalam keadaan sulit seperti ini. terlebih tidak ada tanda-tanda keberadaan orang di tengah hutan lebat. Kepalanya terus dihantam dengan banyak pertanyaan yang memusingkan.

Kenapa bisa Elleina  yang dibawa?

Apa arti dari penyerangan ini?

Dan yang paling dipertanyakan olehnya adalah

Sesulit itu kah menjaga satu wanita?

Grexyn tidak bisa membayangkan jika terjadi apa-apa pada Elleina.

Di tengah rasa frustasinya, Grexyn melihat siluet cahaya terus berlari kehadapannya.

“Tuan Grexyn!!!! Apa yang terjadi pada anda??!! Dimana nyonya!!” seru Leon saat berhasil menemukan Grexyn yang masih bersandar di batang pohon.

“Elleina mana!!! Apa yang terjadi pada kalian!!” bahkan Simon sepupunya juga datang mencari.

Grexyn tidak tahu, kemana wanita itu dibawa.

“Kenapa kau diam saja!! Kemana Elleina!! Apa yang terjadi padanya!!” ujar Simon geram sembari meraih kerah baju Grexyn yang diam tanpa menjawab apa-apa.

Leon langsung menengahi agar tidak terjadi hal yang lebih buruk. Dilihat dari ekspresi kosong Grexyn seolah membuat Leon mengerti jika situasi yang Grexyn alami tidak lah main-main, tidak ada nya Elleina disini itu berarti sesuatu telah terjadi sebelum mereka menyusul Grexyn.

“Jika terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu, Grexyn kau benar-benar Argghh!!” Simon langsung melempar tinju nya pada batang pohon sasaran Grexyn tadi untuk melampiaskan kemarahannya.

“Kita harus kembali dan memikirkan cara untuk menyelamatkan nyonya… tuan, semua keputusan ditanganmu.” ujar Leon.

Itu benar, semua keputusan ada ditangan Grexyn. Selamat atau tidak nyawa wanita itu, ada ditangan Grexyn jika tidak, ia benar-benar seorang yang kurang ajar.

“Bahkan jika kau tidak berniat mencarinya, biar aku yang cari dia.” ujar Simon geram.

Elleina sama sekali tidak tahu ia dimana saat ini. ujung jemarinya hanya merasakan jerami yang ada di sekitarnya. Namun, sayup-sayup terdengar tak jauh beberapa orang mengobrol. Kedua tangannya yang diikat membuatnya sulit untuk membuka kantong di kepalannya. Jantungnya terus berdebar ketakutan dan tubuhnya menggigil akibat kehujanan semalaman.

Elleina bisa tahu jika hari sudah terang lewat cahaya yang masuk kedalam matanya, tapi ia masih belum tahu ia dimana dan siapa yang membuatnya seperti ini. jika memikirkan nasibnya, Elleina merasa sudah buruk… entah sejak kapan.

Apa kali ini ia akan mati? Elleina tidak tahu itu dan berdiam diri saja.

“Cepat buka kantong itu.”

Seketika kantong kain yang menutupi kepalanya langsung terbuka dan silau dari cahaya matahari langsung menemui pandangannya. Elleina langsung melihat beberapa pria asing yang tidak pernah ia temui berdiri mengelilinginya.

“Kalian siapa?!” tanya Elleina panik.

Sekitar lima orang menatap Elleina diam dan semakin membuat Elleina bingung kenapa ia diperlakukan seperti ini.

“Hoo, sudah sadar rupanya.” tiba-tiba seorang pria bertopeng maju lalu jongkok menghadap Elleina.

“Siapapun anda? apa yang anda inginkan dari saya?” tanya Elleina.

Tiba-tiba pria bertopeng itu terkekeh lalu melayangkan tangannya meraih dagu Elleina dan mencengkram kuat.

“Tidak ada melainkan dari Grexyn Whitterdern, sesuatu darinya ada hal yang ku inginkan.”

Elleina sudah menduga hal ini. tindakan seperti ini tentu akan berkaitan dengan Grexyn.

“Apa Grexyn telah melakukan sesuatu yang buruk padamu?”

“Aahh!! itu tentu saja.”

Elleina jadi memikirkan betapa banyaknya musuh Grexyn di luar.

“Karena dia membuat Alice menolak lamaranku dan Grexyn menjadi alasannya.”

Lagi-lagi? Karena mediang Alice? Elleina tidak habis pikir jika ia begini karena wanita yang sudah mati dan dendam lama.

“Tunggu! Apa anda yang membunuh nona Alice?” tanya Elleina penasaran ketika pria itu ingin pergi dari ruangannya.

Pria itu hanya diam sembari menampakkan seringaiannya dibalik topengnya. Bahkan Elleina hampir merinding ketika melihatnya.

“Entahlah, rasanya tidak masuk akal ketika membunuh orang yang dicintai, iyakan?”

To Be Continued

Terpopuler

Comments

🌹Milea 🖤

🌹Milea 🖤

makin seru lanjut thor

2020-08-03

3

lihat semua
Episodes
1 Menikah dan Impian
2 BLACK AND WHITE
3 Entah Apa yang Dipikirannya
4 So I Choose Different Thing
5 Hurt Again and I Do Not Care
6 Hunt Camp
7 Flower Festival
8 Never Give Up (Rose in Ice)
9 I Just... I Do Not Know
10 Can I Stand Forever?
11 Test...
12 Bertahan Tanpa Alasan
13 Kidnapped By...
14 Awal(?)
15 Her Twin
16 The Reason
17 Rencana Pesta?
18 Tentang Pilihan dan Pengorbanan
19 Terjadi Begitu Saja
20 Colder Than Winter
21 Better Be A Friend Than A Wife
22 Date With My Friend
23 Kesan Pertama Kita
24 Another Love Story
25 Berakhirnya Sebuah Perasaan Lama
26 Setengah Hati
27 Penyelesaian
28 One Thing About 7 Years Ago
29 Masalah Yang Berbeda
30 Perjalanan Bisnis dan Pencarian
31 First Time Meet Her
32 Canggung, Lalu Lupakan
33 Masa Lalu Orang Lain
34 Pangeran Lain
35 Spesial : Karakter Utama
36 Malam Di Perkemahan
37 Secret Plan
38 Kepingan Misteri
39 Kunci Jawaban
40 The Truth
41 Mr. N
42 Empty Soul
43 Arti Dari Rasa Sakit
44 Jalan Baru
45 Holiday With You
46 Bukan Masalah Siapa Yang Salah, Tetapi...
47 Bukan Kencan
48 Senyuman Grexyn
49 Meja Terbalik
50 Permainan Dimulai
51 Permainan Dimulai 2
52 Hal Tidak Terduga
53 Saudara Perempuan
54 First Step
55 Memulai Kepercayaan Satu Sama Lain
56 Sumpah Setia
57 Our First Kiss
58 Lelah Dengan Diri Sendiri
59 Dia Bukan Barang
60 Perasaan Asing
61 Welcome New Problem
62 Menjadi Satu-satunya
63 Pembuktian
64 Selamat Tinggal
65 Jangan Merubah Masa Lalu
66 Kisah Pondok Ajaib dan Gadis Muda
67 Alasan Untuk Tinggal
68 Permainan Ilusi
69 Di Ambang
70 Arti Dari Kesetiaan Seorang Ksatria
71 Bukan Pesan Terakhir
72 Di Balik Identitas Baru
73 Perjalanan Wisata Ekstrim
74 Di Balik Dinding Es
75 Apakah Bisa Dikatakan Takdir?
76 Kembali Dengan Pribadi Yang Berbeda
77 Welcome Back
78 Terasa Seperti Hari Pertama
79 Wajah Yang Tak Pernah Diperlihatkan
80 Menapaki Jalan Baru
81 Batas Sabar
82 Tidak Ada Yang Tidak Melukai
83 Musim Dingin Itu Dingin
84 The Truth About Someone
85 Buat Itu Menjadi Masalah Bagimu
86 Terlalu Awal Untuk Musim Semi
87 Harapan Hidup
88 Ucapan Terima Kasih
89 Bonus Story
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Menikah dan Impian
2
BLACK AND WHITE
3
Entah Apa yang Dipikirannya
4
So I Choose Different Thing
5
Hurt Again and I Do Not Care
6
Hunt Camp
7
Flower Festival
8
Never Give Up (Rose in Ice)
9
I Just... I Do Not Know
10
Can I Stand Forever?
11
Test...
12
Bertahan Tanpa Alasan
13
Kidnapped By...
14
Awal(?)
15
Her Twin
16
The Reason
17
Rencana Pesta?
18
Tentang Pilihan dan Pengorbanan
19
Terjadi Begitu Saja
20
Colder Than Winter
21
Better Be A Friend Than A Wife
22
Date With My Friend
23
Kesan Pertama Kita
24
Another Love Story
25
Berakhirnya Sebuah Perasaan Lama
26
Setengah Hati
27
Penyelesaian
28
One Thing About 7 Years Ago
29
Masalah Yang Berbeda
30
Perjalanan Bisnis dan Pencarian
31
First Time Meet Her
32
Canggung, Lalu Lupakan
33
Masa Lalu Orang Lain
34
Pangeran Lain
35
Spesial : Karakter Utama
36
Malam Di Perkemahan
37
Secret Plan
38
Kepingan Misteri
39
Kunci Jawaban
40
The Truth
41
Mr. N
42
Empty Soul
43
Arti Dari Rasa Sakit
44
Jalan Baru
45
Holiday With You
46
Bukan Masalah Siapa Yang Salah, Tetapi...
47
Bukan Kencan
48
Senyuman Grexyn
49
Meja Terbalik
50
Permainan Dimulai
51
Permainan Dimulai 2
52
Hal Tidak Terduga
53
Saudara Perempuan
54
First Step
55
Memulai Kepercayaan Satu Sama Lain
56
Sumpah Setia
57
Our First Kiss
58
Lelah Dengan Diri Sendiri
59
Dia Bukan Barang
60
Perasaan Asing
61
Welcome New Problem
62
Menjadi Satu-satunya
63
Pembuktian
64
Selamat Tinggal
65
Jangan Merubah Masa Lalu
66
Kisah Pondok Ajaib dan Gadis Muda
67
Alasan Untuk Tinggal
68
Permainan Ilusi
69
Di Ambang
70
Arti Dari Kesetiaan Seorang Ksatria
71
Bukan Pesan Terakhir
72
Di Balik Identitas Baru
73
Perjalanan Wisata Ekstrim
74
Di Balik Dinding Es
75
Apakah Bisa Dikatakan Takdir?
76
Kembali Dengan Pribadi Yang Berbeda
77
Welcome Back
78
Terasa Seperti Hari Pertama
79
Wajah Yang Tak Pernah Diperlihatkan
80
Menapaki Jalan Baru
81
Batas Sabar
82
Tidak Ada Yang Tidak Melukai
83
Musim Dingin Itu Dingin
84
The Truth About Someone
85
Buat Itu Menjadi Masalah Bagimu
86
Terlalu Awal Untuk Musim Semi
87
Harapan Hidup
88
Ucapan Terima Kasih
89
Bonus Story

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!