Kehilangan nyonya besar merupakan hal terburuk yang dialami kediaman Whitterdern. Semua orang didalamnya tentu resah tentang apa yang baru saja menimpa tuan dan nyonya mereka. Grexyn bahkan tidak sempat berganti pakaian dan terus memikirkan segala rencana untuk menemukan Elleina entah bagaimana pun caranya. Semua prajurit dikerahkan dan keamanan kediaman ditingkatkan. Satu hal yang Grexyn yakini adalah ia pasti mendapatkan apa yang memang sudah miliknya.
Elleina adalah miliknya, mau tidak mau ia mengakui hal yang sudah pasti seperti itu… dan wanita itu adalah tanggung jawabnya.
“Tuan! Saya mendapat sebuah surat misterius!” tiba-tiba Leon datang sembari membawa segulung surat dan kemudian diserahkan pada Grexyn untuk melihat isinya.
Simon yang mendengar seruan Leon pun langsung menghampiri Grexyn untuk melihat isi surat itu.
*
*
*
Tuan Whitterdern yang terhormat.
Bagaimana rasanya ketika istri anda diambil?
Menyenangkan bukan, rasa berdebar yang anda rasakan ketika melihat wanita milik anda dibawa pergi.
Begitu juga yang anda lakukan pada saya.
Jika anda tidak serakah pada Alice, mungkin sampai hari ini Alice bisa menikmati indahnya dunia.
Seharusnya anda melepas Alice yang tidak mungkin bisa bahagia bersama anda.
Ia malah menjadi korban dan mati.
Saya tahu anda pasti dendam dengan orang yang membunuhnya, tapi apa anda tidak memikirkan perasaannya ketika ditinggal dengan urusan pribadi anda?
Saya tidak akan bertele-tele.
Serahkan benda berharga tentang Alice yang ada di kediaman anda.
Atau memilih tidak melihat istri anda untuk selama-lamanya.
Saya tunggu di hutan selatan di sungai X bersama dengan istri anda sebelum tengah malam.
Lewat dari itu?
Mayat wanita ini mungkin akan sampai sebelum pagi.
Tuan N
*
*
*
Grexyn langsung meremukkan surat itu geram lalu melempar kertas itu sembarangan untuk melampiaskan emosinya yang tertahan. Lagi-lagi Elleina harus menjadi korban masalah masa lalunya. Tentu saja Grexyn tahu apa yang dimaksud. Jika benda berharga yang ada di rumahnya, itu berarti lukisan wajah Alice di ruang bawah tanah. Satu-satunya kenangan Alice yang ia simpan sampai saat ini dan benda berharga itu harus ia tukar dengan nyawa Elleina.
“Tuan, semua keputusan ada di tangan anda.” ujar Leon.
Leon sangat mengerti betapa beratnya keputusan yang harus Grexyn ambil saat ini. jika ingin Elleina selamat, maka ia harus merelakan benda peninggalan wanita yang ia cintai.
“Pasti ia minta lukisan itu kan? Grexyn, jika kau memutuskan hal bodoh aku sendiri yang akan turun menyelamatkan Elleina.” ujar Simon seolah tahu apa yang di perdebatkan Grexyn didalam benaknya saat ini.
Sementara itu, wanita yang sedang menjadi sandera oleh orang-orang yang tidak ia kenali sedang menyandarkan tubuhnya pada jerami dan menatap kosong roti dan air yang ada dihadapannya. Perutnya tentu lapar, namun ia tidak dapat mempercayai siapapun saat ini.
“Hey, kenapa kau tidak makan? Apa kau takut makanan itu diracuni? Tenang saja, aku tidak melakukan hal seburuk itu.” tiba-tiba pria bertopeng yang memperkenalkan diri sebagai N masuk menghampiri Elleina.
“Menculik saya seperti ini sudah termasuk hal yang buruk, anda ingin apa dari Grexyn? Uang?” tanya Elleina heran.
“Hmm, kurasa lebih berharga dibanding uang.” ujar N sembari mengusap dagunya.
Elleina nampak bingung, sesuatu yang berharga bagi Grexyn? Pekerjaan? Keluarga? Nampaknya bukan, hingga pikirannya sampai kepada.
“Alice.” nama itu pun tercetus dari mulut Elleina.
Tiba-tiba N tertawa keras karena Elleina dengan cepat menebak hal yang dimaksud. Tentu Elleina tahu seberapa berharganya Alice bagi kehidupan Grexyn, itu mengingatkannya kenapa ia bisa masuk penjara bawah tanah di kediaman hanya karena menerobos masuk ruangan sacral itu.
Tiba-tiba Elleina terkekeh akan sesuatu yang lucu.
“Kenapa kau tertawa?”
“Heheheh. Maaf tuan, sepertinya anda salah jika ingin membuat kesepakatan. Grexyn tidak mungkin akan datang, sekalipun ancaman anda akan membunuh saya.” ujar Elleina sembari menatap datar pada pria dihadapannya.
“Huh, jangan omong kosong! tidak mungkin ia tidak datang untuk menyelamatkan istrinya.”
“Haah, saya tidak berpikir seperti itu. Saya sangat tahu jika Grexyn mencintai Alice, satu-satunya peninggalan Alice tidak mungkin ia akan serahkan.”
Tiba-tiba Elleina sudah harus melihat ujung sarung pedang di hadapan matanya karena N menodongnya untuk berhenti bicara.
“Jka saja tidak terjadi kesalahan pada masa lalu, Alice tidak akan berakhir dan hidup bersamaku.” geram N.
Elleina sempat kaget karena tiba-tiba saja ditodong seperti ini sementara kedua tangan dan kakinya masih terikat dan sulit untuk bergerak menghindar jika sewaktu-waktu ia dipukul.
“Anda melakukannya?? Anda yang membunuh Alice?” tanya Elleina penasaran tentang kalimat N yang diucapkan tiba-tiba itu.
Kesalahan? Kesalahan apa yang bisa membunuh Alice?
Tiba-tiba N tertawa keras seperti orang gila dan sulit untuk Elleina pahami pola pikir pria aneh didepannya ini. tawanya terdengar mengerikan dan seperti seorang yang menderita juga.
“Bukan aku! tapi Grexyn sendirilah yang membunuhnya!!”
“Haahh!!?? Tidak mungkin!!” refleks Elleina langsung tidak percaya dengan apa yang diucapkan N barusan.
Sungguh, bagi Elleina itu seperti omong kosong belaka. Tidak mungkin Grexyn yang membunuh Alice. jelas-jelas Elleina melihat jika Alice merupakan satu-satunya bagi pria itu.
“Saya tidak mengerti masalah kalian, hanya saja kurasa anda hanya mengatakan omong kosong. Tidak mungkin bagi Grexyn untuk membunuh Alice.” ujar Elleina setelah menggunakan logika untuk mencerna ucapan N.
“Aku tahu jika kau tidak akan mudah percaya dengan apa yang kuucapkan, hey! apa kau tidak tahu jika mereka berdua adalah pasangan yang membuat iri dulunya?!” tanya N heran dengan Elleina yang nampak tidak tahu apa-apa.
Seperti yang dipikirkan N, Elleina menggeleng tanda ia tidak tahu.
“Maaf saya tidak memperhatikan hal semacam itu.” jawab Elleina polos.
“Tuan N, mungkin anda bisa menceritakan saya tentang masa lalu dan kenapa anda bisa menuduh Grexyn yang membunuh Alice?”
N nampak memperbaiki duduknya agar senyaman mungkin berinteraksi dengan Elleina. Menatap heran wanita yang disanderanya saat ini malah menjadi teman mengobrol.
“Kau sama sekali tidak merasa takut ya.” ujar N heran.
Elleina tersenyum tipis.
“Percuma takut, aku pun tidak dilepaskan semudah itu dan juga, anda mengungkit sesuatu yang menarik untuk dibicarakan.” Jawab Elleina terlihat santai.
Tiba-tiba N tertawa lepas dan membuat Elleina semakin bingung.
“Sepertinya aku harus memperkenalkan namaku yang sebenarnya padamu.”
“Tunggu, kenapa anda harus mengatakannya?” tanya Elleina heran.
Tiba-tiba N melepaskan topeng yang menutupi wajahnya hingga membuat Elleina hampir menjatuhkan dagunya karena melihat sesuatu diluar ekspetasi.
Elleina sama sekali tidak pernah menyangka ia akan kembali melihat surai emas berkilau serta mata biru yang mirip dengan milik Grexyn setelah sekian lama.
“maaf, nampaknya anda terkejut dengan apa yang dihadapan anda.”
“Yang mulia pangeran.” guman Elleina tak percaya.
*
*
*
*
Hari sudah semakin gelap dikediaman Whitterdern, namun Grexyn masih berdiam di ruang kerjanya memikirkan segala hal yang mungkin terjadi jika ia salah melakukan sesuatu.
Seharian ini, kepalanya hampir pecah ketika memikirkan hal yang belum pernah ia perkirakan akan terjadi. Tentang Elleina yang harus masuk kedalam masalah Alice. awalnya ia tidak terlalu memusingkan keberadaan Elleina yang mungkin tidak akan terjadi hal-hal yang berbahaya. Namun kini, diluar dugaan Elleina yang menjadi sasaran para musuhnya diluar sana.
Tiba-tiba pintu ruang kerja Grexyn dibuka dan menampakkan Simon yang masuk kedalam dengan wajah tak menyenangkan.
“Mau sampai kapan kau berada disini? Hari sudah gelap. Apa kau tidak memikirkan Elleina?!” ujar Simon geram.
Sepupu Grexyn itu masih bisa bersabar karena Elleina adalah istri Grexyn. Namun entah sampai kapan Grexyn akan terus berdiam diri tanpa memutuskan sesuatu.
Kemungkinan terburuk pasti akan ada. Memikirkan betapa baiknya Elleina padanya membuat Simon geram terhadap tindakan sepupunya itu.
“Simon, kuharap kau diam.”
Bukannya mundur, Simon malah maju menghadap meja kerja Grexyn dan menggebrak keras permukaan meja dan menatap tajam Grexyn. Emosinya kian memuncak karena ucapan Grexyn yang sama sekali tidak terdengar mengkhawatirkan.
“Beginikah sikapmu terhadap bahaya yang sedang istrimu sendiri alami?? Padahal dia sama-sama wanita seperti Alice!”
Grexyn tiba-tiba bangkit meraih kerah baju Simon seolah menantang pria itu untuk berduel.
“Jangan pernah samakan dia dengan Alice.” ucap Grexyn dingin dan penuh penekanan tidak suka.
Simon menarik seringaiannya seolah mengerti dengan situasi ini.
“Haahh, baiklah. Aku sendiri yang akan membawanya.” ujar Simon sembari melepas cengkraman kuat Grexyn pada bajunya.
“Tapi aku tidak akan membawanya kembali ke tempat yang tidak pernah menganggap dia ada!” Simon pun pergi meninggalkan Grexyn dengan emosi yang bisa meledak kapan saja akibat sikap ketidakpedulian Grexyn itu.
Setelah keluar dari ruangan Grexyn, Simon pun menghantam dinding koridor keras sebagai pelampiasan emosinya yang tertahan. Berulang kali mulutnya mengatakan caci maki hanya untuk Grexyn. Kepalanya terus memikirkan segala hal yang bisa terjadi jika Elleina tidak cepat di selamatkan. Simon peduli pada wanita itu, segala potensi positif yang ada pada Elleina membuatnya tertarik walau sudah berkali-kali Elleina menolak tawarannya untuk pergi bersamanya mengembangkan mimpi wanita itu. namun, Elleina tetap pada pendiriannya untuk tinggal bersama Grexyn.
Memilih untuk tetap bersama orang yang bahkan tidak memikirkan sesuatu untuk datang menyelamatkan nyawanya.
*
*
*
*
Mungkin sudah kesekian kalinya Elleina menghela napas karena keadaan gila yang menimpa nya saat ini. Tangannya terikat dan dikelilingi oleh orang asing yang mengawasi.
Kini Elleina sudah dibawa ke tengah hutan yang dijanjikan oleh pelaku penculikan untuk bersepakat dengan Grexyn.
“Sudah saya katakan, tidak akan ada yang datang untuk menyelamatkan saya.”
Pelaku penculikan yang sudah mengenakan kembali topengnya menatap Elleina yang disandera di sampingnya.
“Bukannya hal itu terlalu kejam untuk seorang wanita seperti mu?”
Elleina menatap pangeran Lothair datar.
“Maaf, tapi siapa yang lebih dulu kejam memperlakukan saya seperti ini?”
Pangeran Lothair tertawa. Jarang sekali bertemu dengan wanita yang tidak ingin diselamatkan seperti Elleina ini.
“Lalu, apa kamu tidak takut di apa-apa kan jika tidak ada yang datang?” tanya Lothair.
Elleina sempat tertegun dan memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
“….”
“Diam berarti mengatakan kamu takut mati. Iya kan?”
“Haahh jika mati, apa ada yang bersedih ketika saya tinggali?” ujar Elleina pasrah sembari tengadah menatap hamparan bintang dilangit malam. Elleina pikir, setidaknya jika ia dibunuh langit malam indah lah yang menjadi pemandangan terakhir yang ia lihat.
Tiba-tiba Lothair menarik tubuh Elleina untuk menghadapnya. Elleina dapat merasakan jika putra mahkota negerinya itu sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk Elleina artikan. Menatapnya seolah sambil bertanya dan heran. Elleina seringkali menghadapi tatapan ini… semua orang yang baru ia temui akan menatapnya aneh… namun hanya ada satu yang tidak akan menatapnya seperti itu melainkan tatapan dingin dan tidak peduli.
Satu-satunya yaitu Grexyn.
“Elleina, kamu bahkan tidak menangis saat ini.” ujar Lothair.
“Saya ingin tapi, tidak ada yang peduli jika saya seperti itu.” Elleina tersenyum namun arti dari senyumnya menggambarkan semua kesedihan yang ia alami saat ini.
Ia tidak ingin menangis, karena keluarganya jauh darinya dan tidak ada yang dapat menenangkannya ketika menangis, ayah ibunya, dan saudaranya mereka tidak tahu apa yang Elleina alami dan tentu Elleina tidak ingin mereka tahu jika ia sudah seperti manusia tanpa jiwa.
Mendengar ucapan Elleina barusan Lothair bisa menyadari satu hal jika wanita dihadapannya benar-benar tidak peduli jika harus mati saat ini juga.
“Apa?? Kenapa??” tanya Elleina ketika tiba-tiba saja Lothair melepas ikatan pada tangannya.
Namun Lothair diam sembari memastikan tidak ada luka pada pergelangan tangan wanita itu.
“Aku mengatakan sekali lagi, bahwa bukan aku yang membunuh Alice.” tiba-tiba saja Lothair kembali membicarakan itu dan membuat Elleina bingung.
“Lantas siapa?? Apa kamu masih ingin mengatakan bahwa Grexyn yang membunuh nya?” ujar Elleina sembari memijit pergelangan tangan yang sudah seharian lebih diikat kuat itu. Elleina bahkan yakin jika ia tidak mampu untuk menggenggam apapun saat ini.
“Kukatakan hal yang sebenarnya pun kau tidak akan percaya, Grexyn lebih kejam dibanding yang biasanya kau lihat itu.”
Elleina menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Apa yang ada pada Grexyn? Sekejam apa orangnya? kenapa Elleina merasa semuanya seolah omong kosong.
“Cukup dengan aktingmu sebagai istrinya, pergilah selagi aku masih memberimu kesempatan untuk memperbaiki hidupmu.” ujar Lothair pada Elleina sembari melepas wanita itu dari dekapannya agar Elleina bisa pergi.
Namun, wanita itu masih ditempat dan menatap Lothair bingung.
“Aku tidak berakting, aku adalah istri sahnya.”
“Iya aku tahu itu tapi, dengan keadaanmu yang aku lihat ini kau sama sekali tidak dianggap. Pergilah, jika orang suruhan Grexyn ada datang, aku akan mengurusnya aku akan mengatakan dirimu telah dibunuh dan mati.” ujar Lothair.
Elleina merasa segalanya tidak masuk akal. Pada awalnya ia tiba-tiba saja diculik dan dibawa kesini setelah mengobrol berbagai macam cerita, tiba-tiba saja ia dilepas dan disuruh pergi.
“Pangeran, apa anda mengasihani saya?” tanya Elleina.
Lothair cukup dibuat kalut dengan wanita yang tidak mau di suruh pergi ini. ia kembali menghadap Elleina yang menatapnya untuk mencari jawaban dari semua tingkah gila yang dialaminya seharian lebih ini.
“Jika aku menjawab iya, apa kau mau pergi Elleina?” jawab Lothair jengah.
“Anda melepas saya seperti ini setelah segala hal yang saya alami?”
Tiba-tiba Lothair menodong pedang yang masih disarungnya pada Elleina.
Tak!
Tiba-tiba sebuah anak panah menengahi pembicaraan Elleina dan Lothair.
“Jauhkan ujung pedangmu atau kau tidak akan bisa menggunakannya lagi.”
Suara dingin Grexyn langsung menginterupsi keheningan dan membuat Elleina menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya sementara Lothair memasang seringaian dibalik topengnya dan langsung menangkap Elleina ke dekapannya.
Grexyn tidak sendirian melainkan bersama Leon dan Simon datang membawa sebuah bungkusan besar yang Elleina yakini benda untuk bertukar itu.
“Kupikir aku akan membunuhnya tuan Whitterdern, nampaknya anda sangat menyayangi istri anda ya.” ujar Lothair.
“Jangan bicara omong kosong.” bisik Elleina nyaris tidak terdengar.
“Leon serahkan benda itu.” titah Grexyn.
“Baik tuan.”
“Jangan!” seruan Elleina langsung menghentikan Leon untuk menyerahkan bungkusan besar yang dibawa itu kepada penculiknya.
“Itu satu-satunya bukan? Jika satu-satunya dan berharga maka,”
“Leon! Cepat serahkan!”
Selalu, Elleina tidak pernah didengarkan…
“Nampaknya kau tidak pernah dihargai disana.” ujar Lothair cukup keras hingga semua orang dapat mendengar sindiran itu dengan jelas.
Elleina tahu betul itu, ia tidak mempermasalahkan jika ia tidak dianggap karena ia juga sudah bertekad untuk tidak menganggap siapapun berharga bahkan dirinya sendiri.
Lukisan itu pun sampai di tangan pihak Lothair, namun Elleina masih belum dilepaskan oleh Lothair.
“Lepaskan Elleina! Sialan!” ujar Simon.
“Bukankah aku harus memastikan kebenaran benda yang kalian bawa ini? kalian! Buka bungkusannya.”
Anak buah Lothair pun langsung membuka bungkusan lukisan itu dan tentu saja yang dibawa Grexyn merupakan lukisan asli wajah Alice yang selalu dirawat dan dijaga dengan ketat itu. lukisan yang membuat Elleina dimasukkan kepenjara oleh suami sendiri. Lothair memasang wajah senang dibalik topengnya.
“Kalau begitu.”
Lothair menyeret Elleina untuk mundur menjauh dari Grexyn dan membawa wanita itu ke pinggir sungai yang cukup deras.
“Lepaskan Elleina! Bukankah kami sudah membawa apa yang kau minta!” ujar Simon geram.
"Nyonya!!” seruan Leon membuat Elleina tersenyum bahwa ia tidak apa-apa dan tidak ada yang sakit.
Tapi, bagaimana bisa Simon biarkan Elleina tersiksa di dekapan orang asing itu.
“Tapi tidak ada raut wajah sedih dari tuan Whitterdern, nampaknya anda masih menyimpan hal lain.” ujar Lothair.
Keduanya sudah semakin dekat dengan ujung pinggir sungai yang cukup tinggi itu.
“Berhenti omong kosong, lepaskan tanganmu darinya.” ujar Grexyn sembari ancang-ancang menarik pedang dari sarungnya.
Elleina ingin meronta namun ia juga tidak ingin terjun ke sungai bersama Lothair. Elleina tahu jika kemungkinan terburuk akan terjadi, walau beribu kali ia menyangkal, Elleina juga bisa merasa takut ketika riak air cukup deras sudah terdengar di belakangnya.
“Seperti yang anda katakan.”
“Gyyyaaa!!!!”
Byuuurrr!!!!
“Elleina!!!!/Nyonyaa!!!!”
Tiba-tiba saja Lothair melepas genggamannya dan mendorong Elleina ke arus sungai yang deras. Terakhir yang Elleina dapat dengar adalah namanya diserukan oleh orang-orang yang ia kenal dan semua menjadi gelap karena air menutupi matanya. Deras air terus membawa tubuhnya yang terkejut karena dilempar membuatnya sulit bergerak. Ia sulit untuk bernapas karena gaun pesta yang belum diganti dari kemarin membuatnya sulit bergerak dan terus membawa tubuhnya hanyut.
Apa ia akan berakhir disini?
Setelah semua hal yang ia lalui?
Elleina rasa hal ini buruk seperti ia tertusuk belati waktu itu.
Namun, adakah yang menyelamatkannya?
Dirinya? Atau orang lain kah?
Tubuhnya terlalu lelah terombang ambing dan dibawa arus…
Grep!!
“Elleina!!!”
Lagi-lagi Elleina mendengar namanya dipanggil berulang kali namun kali ini oleh satu suara yang memanggilnya.
Suara dingin yang selalu ia dengar, kali ini seruannya lebih keras dibanding sebelumnya.
Sebuah tangan terulur berusaha menggapainya dan mendekap tubuhnya agar tidak terbawa arus lebih jauh lagi. Suhu tubuh hangatnya Elleina bisa rasakan ketika tubuhnya dipeluk erat.
Elleina tahu siapa ini, aroma tubuh ini.
Seseorang yang Elleina tidak percayai akan datang.
“Elleina!!”
Melihat Elleina langsung dilempar ke sungai membuat langkah Grexyn langsung mengikuti untuk masuk ke arus deras itu. gelapnya malam menyulitkan ia mencari wanita yang suka mengenakan pakaian berwarna hitam. Namun, Grexyn langsung bisa melihat Elleina yang terus berusaha berenang mencari udara dan langsung mengejarnya.
Grexyn pun langsung mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Elleina lalu menarik tubuh wanita itu ke dekapannya. Grexyn tahu jika wanita ini tidak ada lagi tenaganya karena tidak mampu berpegang pada Grexyn.
Tanpa pikir panjang, Grexyn langsung menuju pinggir sungai untuk meletakkan Elleina disana. Jujur saja, jarak hanyutnya cukup jauh membuat Grexyn pun hampir kehilangan tenaga karena melawan arus yang cukup deras itu. namun, melihat wajah wanita yang tidak mampu membuka mata itu membuat Grexyn lupa dengan rasa lelahnya dan langsung melihat apa yang terjadi pada Elleina.
Elleina ingin tertawa, namun tidak mungkin tertawa setelah apa yang ia hadapi. Ia ingin tertawa dengan ketidakpercayaannya dan pada Grexyn yang malah menyelamatkannya saat ini.
Namun, air matanya malah meleleh dan tubuhnya tiba-tiba bergetar.
Tiba-tiba Elleina terisak.
Tentu saja sedikit mengejutkan Grexyn setelah apa yang terjadi.
Ia tidak pernah melihat Elleina menangis.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
💕Zoya💚
othor naruh banyak bawang disinii 🤧
2021-05-31
1
Vera Tambunan
hidup segan mati pun tak segan
2020-08-21
1
🌹Milea 🖤
uh mewek lagi 😭😭
2020-08-03
2