Klek!
Elleina sedikit terperanjat ketika seseorang yang ia tunggu membuka pintu kamarnya. Terakhir kali Grexyn masuk kedalam kamarnya ketika Elleina baru menjadi istri dari pria dingin itu.
“Se-selamat malam."
Elleina bahkan mengutuk dirinya sendiri yang tiba-tiba menyapa Grexyn yang baru masuk itu. nampak dari surai panjangnya yang basah bahwa pria itu baru saja mandi lalu kesini dan mengenakan jubah tidur berwarna putih persis seperti yang Elleina kenakan.
Tanpa menjawab pria itu langsung pergi ke sofa samping Elleina dan merebahkan diri disana tanpa melihat Elleina sedikitpun.
Hal ini tentu Elleina tahu dan mengerti, mau didandani secantik apapun dirinya untuk menarik perhatian Grexyn, semua nya sia-sia.
Elleina menghela napas pelan. Perlahan beranjak dari duduknya dan pergi menuju lemari pakaiannya. Di ambil nya sebuah selimut cadangan dan bantal dari kasurnya lalu meletakkan di meja samping Grexyn membaringkan diri. Elleina pikir, ia cukup memperlakukan Grexyn secara manusiawi dan memaklumi pria itu.
Tidak semua pria dapat menolak wanita yang akan tidur bersama, namun jika memikirkan tentang perasaan, Elleina pun dapat paham. Ini tentang hati seseorang bukan tentang nafsu dan lainnya.
Wanita itu meraih sebuah buku dari meja kecilnya. Buku yang ia baca saat menunggu Grexyn datang ke kamarnya. Kembali ia buka buku itu dan membaca dalam dia sembari duduk di tepi kasur dengan di temani cahaya kecil dari lilin yang satu-satunya menyala dalam ruangan itu. Elleina tidak terbiasa ada orang lain menginap dikamarnya membuat matanya sulit untuk tertidur bahkan ia tidak tahu, apa malam ini ia dapat tidur.
Sementara itu, dalam kesunyian di ruang yang sama. Grexyn perlahan membuka matanya, menatap kosong terhadap selimut dan bantal yang Elleina taruh di samping nya itu. Ujung matanya menangkap bayangan Elleina yang belum tidur dan masih membaca buku dalam diam. Wanita itu terlihat tenang walau tidak bisa tertidur, ia seperti berjaga malam. Tindakannya memang menyalahi tradisi dan menyakiti wanita yang menjadi istrinya itu. Entah, sampai kapan ini semua akan berlanjut.
*
*
*
“Grexyn… aku merindukanmu… kapan kamu akan kembali? Tiada hari tanpa aku merindukan waktu ku bersamamu.”
Suara manis itu terdengar jelas di telinga Grexyn. Seseorang memanggilnya dan merindukannya. Namun ia begitu jauh dan sulit untuk dijangkau. Semakin Grexyn mendekati Alice, semakin sosok itu menjauhinya akan tetapi terus memanggil namanya dan mengatakan “rindu”
“aku kesepian disini Grexyn… semua orang meninggalkanku…” isaknya terdengar dan membuat Grexyn terus berlari kearah suara.
“Alice!! aku akan bersamamu!!! Alice!!! Alice!!!”
Srrraaakkkk!!!!!!!
*
*
*
“Haaaahhh!!!!!”
Grexyn terbangun dari tidurnya dengan keringat bercucuran membasahi tubuhnya. Tangannya serta tubuhnya bergetar, nafasnya tersengal seperti orang yang sedang berlatih pedang.
Sunyi,
Gelap.
Grexyn mengira sudah siang, namun nampaknya masih tengah malam. Kepalanya begitu sakit. Bayang-bayang masa lalu bersama Alice muncul begitu saja dan membuat dada sebelah kirinya terasa tertusuk dan membuatnya sulit bernapas.
“Kamu tidak apa-apa??”
Ternyata Elleina belum tertidur. Ia baru saja dari balkon untuk menghirup udara segar dan merasa sedikit mengantuk baru ia akan tidur, pikirnya awal. Akan tetapi, setelah melihat Grexyn yang tiba-tiba saja terbangun seperti orang yang habis berlari membuat Elleina kaget dan merinding. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Saya akan kembali ke kamar saya.”
Tanpa menjawab pertanyaan Elleina, Grexyn pun bangkit namun tenaganya benar-benar terkuras habis akibat mimpi singkat itu, sedikit tergopoh ia berjalan menuju pintu keluar. Elleina hanya bisa menahan diri untuk tidak terlalu ikut campur dengan Grexyn.
Klek
Klek
Klek…???
Grexyn dan Elleina terdiam satu sama lain. beberapa kali Grexyn memutar gagang untuk keluar, tak kunjung pintu besar berwarna putih itu terbuka. Jelas sekali jika ada yang mengunci dari luar.
“Ah, terkunci.” ujar Elleina polos dan menatap datar Grexyn.
“Jika kamu benar-benar ingin keluar, saya-”
“Tidak usah, ini pasti ulah Leon."
Grexyn pun duduk di sofa tempat ia tertidur tadi.
“Saya minta maaf, seharusnya anda tidur saja di kasur. Biar saya yang tidur di sofa.” ujar Elleina.
Grexyn menatap Elleina sebentar. Tatapan khas yang dingin seperti biasa dan tidak pernah berubah. Penuh intimidasi dan penolakan. Namun, Elleina tak getir dan menyambutnya dengan senyum tipis.
“Urus saja urusanmu.”
Selalu, ucapan menusuk dan tajam selalu diarahkan pada Elleina dan selalu juga, Elleina harus menahan hati dengan semua itu.
“Urusan saya? Apa yang menjadi urusan saya setelah menyandang nama Whitterdern…??”
Dan, tidak mungkin jika Elleina mau terdiam menahan semua rasa sakit itu. Ia tidak selemah dan sediam itu terhadap Grexyn.
Namun yang di katakan Elleina benar adanya. Grexyn lah yang menyeretnya menjadi seorang Whitterdern. Grexyn lah yang membawa wanita itu menjadi nyonya dirumah ini. setiap hari bahkan setiap waktu, walaupun ia memiliki seorang istri, namun tidak pernah sekalipun ia memikirkannya.
Lalu apa yang menjadi urusan Elleina saat datang kerumah ini?
“Saat saya pergi ke balkon, udaranya sangat menyegarkan dan menenangkan. Semua terasa damai dan bebas bagi saya. Setiap malam saya terus melakukan itu karena sulit bagi saya untuk terlelap. Berbeda setelah saya kembali masuk kedalam kamar. Saya merasa pengap di ruangan seluas ini, begitu sesak dan sulit. Saya bahkan tidak mengerti nyatanya diluar begitu nyaman sementara didalam ini saya tidak menemukan kehidupan sama sekali, maaf jika saya mengucapkan kata kasar.” ujar Elleina sembari menutup kembali jendela besar kamarnya.
Grexyn hanya diam sembari menatap punggung lawan bicaranya itu. ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Elleina hanya mengucapkan pendapatnya tentang rumah yang ia tempati saat ini. Grexyn paham, punggung Elleina pasti sudah banyak tertancap pedang yang mungkin setiap hari hampir membunuhnya. Pedang kehidupan nyatanya memberi sakit yang berbeda dan penikamnya adalah Grexyn sendiri. Hati Grexyn tidaklah sekeras ini, namun kenapa Elleina yang menjadi sasaran pelampiasan luka nya?? Grexyn terdiam dengan wajah datarnya sembari menatap kedua jemarinya yang saling bertautan.
“Sakit memang setiap hari, saya harus merasakan hampa dan seperti orang mati. walau saya tidak mengetahui kenapa saya harus menjalani hidup seperti ini tapi saya tidak peduli.”
“Kamu ingin menyelesaikan urusanmu sebagai nyonya Whitterdern bukan??”
Elleina terkejut ketika mendengar suara Grexyn tepat berada di belakang telinganya. Ia bahkan tidak mendengar suara pria itu bergerak dari duduknya. Elleina tidak berani memutar tubuhnya dan lebih memilih menatap kearah jendela.
“Gyyaaa!!!”
Bruk!
Grexyn langsung menarik tubuh Elleina dan menindih wanita itu ke atas kasur. Memberi tatapan tajam dan dinginnya di atas wanita itu. tentu saja sekujur tubuh Elleina merinding dan sulit untuk bergerak. Bola mata sapphire itu menghinoptisnya dan membuatnya bungkam.
Kedua mata itu indah, namun sorot matanya mengerikan.
Elleina ingin menangis, namun melihat wajah Grexyn seperti merendahkan nya membuat air matanya seperti kering. Ia gagal untuk menangis, ia mencoba menguatkan hatinya. Menghadapi siapa didepannya, bahkan jika itu adalah Grexyn yang gila dari biasanya. Ia siap menghadapi rasa sakitnya.
Nafas Elleina tersengal serta sulit untuk menarik oksigen. Grexyn yang menindihnya mulai melakukan sesuatu seperti melepas jubah tidurnya dan melucuti secara perlahan pakaian yang dikenakan Elleina.
“Makadari itu, malam ini akan kuselesaikan semuanya.” bisik Grexyn.
Elleina tidak bisa berpikir apa-apa. Ia hanya memejamkan mata ketika Grexyn mulai melakukan tindakan selanjutnya. Sekujur tubuhnya terasa merinding dan hati nya begitu takut. Tatapan pria itu sangat kosong seperti seseorang yang sudah mati.
Tidak ada komunikasi di antara keduanya, hanya deru napas yang begitu berat mengisi ruang sunyi itu dari satu sama lain.
Sakit? tentu saja, hanya Elleina yang mengalami sakit fisik serta hati di situ. Dalam detik-detik menyakitkan itu, Elleina hanya berpikir satu hal.
Mati.
Malam itu lah, pengalaman pertama Elleina berlalu dengan cara menyakitkan serta menyedihkan, tidak satupun memori yang dapat ia ingat selain sakit hatinya.
*
*
*
Kantor Elleina.
“haaahhh...aku tidak yakin akan menikmati sisa hidup ku.” ucap Elleina setelah menyelesaikan pekerjaan kantornya.
Hari ini baru ia bisa beraktivitas ketika kemarin ia sama sekali tidak bisa bergerak dari kasurnya karena rasa sakit pada tubuhnya. Elleina tidak tahu bagaimana anggapan para pelayannya. Hanya saja baginya itu benar-benar menyebalkan terlebih tradisi ini di lakukan sebulan sekali.
Dan yang paling parah Grexyn sama sekali tidak mengunjunginya. Padahal ia sakit gara-gara perbuatan pria gila berhati kejam serta dingin itu.
Rasanya Elleina ingin membenturkan kepalanya sekarang.
Klek
“nyonya, saya membawakan camilan untuk anda serta surat dari istana ratu.”
Rose masuk sembari mendorong troli berisi kudapan Elleina serta sebuah amplop untuk Elleina.
Segera Elleina mengambil surat itu dan membukanya. Raut wajahnya begitu serius ketika membaca selembar kertas itu.
“Baiklah masalah baru kembali datang.” ujar Elleina setelah selesai membaca surat dari istana ratu.
Rose benar-benar tidak mengerti tentang apa yang dipikiran Elleina, wanita itu selalu mengatakan hal baik adalah masalah. Surat itu berisi undangan ratu mengajak Elleina dan Grexyn untuk berkemah bersama anggota kerajaan lainnya serta para bangsawan yang ada di kerajaan mereka selama 3 hari di gunung untuk memperingati ulang tahun raja, sekaligus tradisi berburu hewan buas.
Elleina memijat kepalanya. Ia baru saja bertekad untuk tidak bertemu dengan wajah menyebalkan itu malah dihadapkan dengan hal begini. Kapankah ia bisa hidup dan bernafas tenang walau menyandang nama seorang Whitterdern?
“Rose, siapkan apa yang harus di bawa.”
Ruang kerja Grexyn,
“Leon.”
Leon yang memang berada di ruang yang sama dengan Grexyn saat itu langsung menghentikan pekerjaannya dan menatap Grexyn yang masih berkutat dengan tumpukkan kertas di atas meja.
“Ada yang bisa saya bantu tuan?”
“karena ini undangan raja, persiapkan apa yang perlu di bawa besok.” jelas Grexyn.
“Apa nyonya juga akan dibawa? saya dengar dari pelayan, ratu juga mengundang nyonya.”
Sudah beberapa hari semenjak kejadian malam itu, Grexyn tidak pernah lagi berpapasan dengan Elleina selain di meja makan pada pagi hari. Matanya menatap Leon lurus dan hampa.
“Akal tidak merepotkan aku pun tidak bisa membiarkan wanita itu di rumah sendirian mengingat ia pernah masuk ke ruangan bawah tanah.”
Leon menutup pintu ruang kerja Grexyn sambil menghela napasnya pelan. Pria itu mengira Grexyn memiliki sedikit rasa khawatir jika Elleina di tinggal sendiri didalam rumah. Rupanya kekhawatiran pria itu sedikit berbeda dari ekspetasi Leon.
“Tuan Leon selalu menghela napas jika keluar dari ruang kerja tuan Grexyn.” tegur Monica yang kebetulan berpapasan dengan Leon.
“Ahaha!! itu karena kupikir akan ada sedikit kemajuan dengan hubungan nyonya dan tuan dirumah ini.” ujar Leon sembari mengambil langkah yang sama dengan Monica.
“Nyonya juga begitu, beliau tipikal wanita yang santai dan tidak memusingkan perlakuan tuan terhadapnya. Beliau hanya mengurung diri di ruang kerja dan menulis serta membaca buku, kadang berkirim surat dengan teman-teman sosialitanya.” Jelas Monica.
“Ngomong-ngomong, apa yang kau bawa itu?” tanya Leon.
“Oni adalah perlengkapan menulis nyonya yang baru dan beberapa barang-barang untuk berangkat besok.” ujar Monica.
“nyonya benar-benar suka menulis ya
" ujar Leon.
Monica tersenyum,
“begitulah, selain pekerjaan rumah nyonya terlihat seringkali menulis. Wajahnya begitu bersemangat dan mengeluarkan berbagai macam ekspresi.”
Leon benar-benar takjub dengan kemampuan Monica mengenal nyonya yang ia layani kurang lebih hampir tiga bulan ini.
Seseorang yang mengeluarkan berbagai macam emosi serta ekspresi hanya dengan menggoreskan tintanya pada lembaran kertas serta membaca buku dan tidak peduli dengan sekelilingnya.
Wanita itu lah yang sedang diperhatikan Grexyn dari jendela kantor nya. Elleina yang terlihat sedang menulis di sebuah buku tebal miliknya ditemani dengan tumpukkan beberapa buku di samping tempat ia duduk hanya dengan beralaskan kain kecil dan kaca mata baca yang bertengger di hidung mancungnya.
Ekspresi wanita itu awalnya terlihat senang dan menikmati keadaannya, namun tidak sampai sepuluh detik kemudian berubah menjadi kebingungan, tak lama tiba-tiba nampak murung dan bersedih namun tersenyum kembali. Grexyn menjadi ingat apa yang dikatakan Elleina padanya pada malam itu,
“Saat saya pergi ke balkon, udaranya sangat menyegarkan dan menenangkan. Semua terasa damai dan bebas bagi saya, setiap malam saya terus melakukan itu karena sulit bagi saya untuk terlelap. Berbeda setelah saya kembali masuk ke dalam kamar. Saya merasa pengap di ruangan seluas ini, begitu sesak dan sulit. Saya bahkan tidak mengerti nyatanya di luar begitu nyaman sementara didalam ini saya tidak menemukan kehidupan sama sekali,. maaf jika saya mengucapkan kata kasar.”
Wanita itu terlihat lebih nyaman di luar rumah di banding terkurung di dalam dengan bebannya sebagai seorang Whitterdern yang terabaikan oleh Grexyn.
Terlebih cuaca cerah di luar membuat Elleina betah berada di bawah pohon rindang. Semilir angin yang datang membuat pikirannya terhanyut dan inspirasi mengalir begitu saja melalui tulisan yang terus tertuang dalam kertas kosong. Elleina jelas menikmati saat-saat seperti ini.
*
*
*
*
Semilir angin datang berhembus melalui celah jendela besar dan menyejukkan ruangan serta tubuh yang berdiam di dalamnya.
Semakin membekukan hati yang telah dingin sejak lama,
Hingga membuat diri semakin tidak berharga dan menyalahkan semua kepada orang lain,
*Ada yang tersakiti disini, tapi tidak mengapa.
Semua telah terjadi,
Jalani yang ada dan hidup dengan baik,
Sampai hari itu tiba,
Dimana semua akan lepas seperti burung yang bebas terbang,
Seperti air sungai yang terus mengalir dan bertemu dengan lautan,
Kebahagiaan, walau tidak nampak.
Keberadaannya, kupercaya masih ada*.
To Be Continue. 🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Jeng Anna
Setrong banget Elleina
2020-09-03
1
Vera Tambunan
sedih bgt...seorang yg ceria dan bebas seeperti ellaine hrs terpenjara bahkan kehilangan masa untuk berkreasi
2020-08-21
2
💞elomdaffa💕
suka ceritanya thor...moga ga ngegantung ceritanya ya thor...🙏
2020-08-10
1