Pacar 99% Bab 14
Oleh Sept September
"Aku bisa jalan sendiri, Dim!" ucap Tata yang ngotot pengen jalan kaki. Malu dong kalau ia digendong sama Dimas. Malu sama anak itu, malu sama senior dan malu sama teman yang lain yang ada di belakang mereka.
"Jangan keras kepala!" ucap Dimas sedikit tegas.
Dimas langsung menarik lengan Tata, sehingga gadis itu merapat di punggungnya. Karena badan Tata yang kecil serta pendek, sedangkan Dimas yang memiliki tinggi sekitar 175 cm dengan tubuh yang atletis bagai model majalah, maka tidak sulit baginya menggendong gadis tersebut.
Tidak berat, tapi juga tidak ringan, mengingat medan yang licin, membuat Dimas harus tetap extra hati-hati dalam melangkah. Meskipun ia kuat, tetap saja jalannya cukup sulit untuk dilalui.
Sementara itu, Tata yang kini ketar-ketir. Jantungnya mulai tidak aman ketika harus berada di punggung Dimas yang datar tersebut.
"Sejak kapan dia mulai tinggi seperti ini? Dulu tidak tinggi-tinggi banget. Makan apa dia?" gumam Tata sembari memperhatikan rambut tipis Dimas yang dipotong cepak seperti pemain sepak bola terkenal.
Dulu rapi banget, sekarang sedikit macho. Dimas banyak sekali berubah, dia jadi semakin oke. Dan yang jelas, dia masih suka mengejar Tata. Meskipun tidak diakui, tapi sebenarnya hati Tata juga deg-degan.
Di belakang sana, semua sedang membicarakan keduanya. Mereka mulai menerka-nerka, mulai menilai apa yang mereka lihat dengan sudut pandang mereka masing-masing.
***
"Udah, Dim. Turunin, gak enak dilihat yang lain."
"Pegangan, jangan lengah," balas Dimas kemudian berjalan pelan-pelan. Seolah-olah menikmati waktu, bernostalgia tentang kenangan beberapa tahun silam.
"Dim, aku malu."
"Kenapa harus malu? Kamu gak nyuri. Kamu harusnya senang. Tuh ... anak-anak di belakang, pasti mereka mau tukar posisi sama kamu, Ta."
Mendengar Dimas yang penuh rasa percaya diri tinggi, Tata sampai speechless. Gadis itu tidak mengira, Dimas sekarang sangat narsis. Jago memuji diri sendiri.
"Ish."
Dimas kemudian tersenyum, ketika mendengar Tata yang mendesis kesal. Tidak terasa mereka akhirnya tiba. Di sebuah hamparan seperti lapangan kecil yang ada di antara perbukitan.
Tata sekarang duduk di atas rerumputan, ia duduk bersama Tafli yang heboh sendiri. Dan ada juga kak juli yang merasa speechless.
"Pantes kamu gak mau aku comblangin. Oh, udah ada gebetan!" celetuk Juli sambil meledek.
"Kamu jahat banget, Ta. Pura-pura gak kenal, takut ya Dimas aku deketin?" canda Tafli lalu memeluk Tata gemas.
"Kalian salah paham. Kami hanya temen satu SMA dulu," kilah Tata.
"PRETTTT!" sela Tafli lalu terkekeh. Tata dibullily teman-temannya. Sedangkan Dimas justru melirik dari jauh dan melempar senyum.
Jadilah gosip keduanya berhembus kencang di atas perbukitan. Asmara Tata dan Dimas, menjadi topik beberapa orang di sana.
***
Selama kegiatan berlangsung, Dimas selalu mencuri kesempatan untuk menghampiri Tata. Meskipun Tata masih jual mahal, tapi sikap Tata tidak sekelas sebelumnya. Gadis itu sedikit lunak, dan ketika diajak bicara pun sudah tidak seketus dulu. Seperti malam ini, ini adalah malam terakhir mereka.
Besok pagi-pagi mereka harus kembali ke kota masing-masing. Dan mungkin akan tidak ketemu dalam beberapa waktu yang dekat. Oleh karena itu, Dimas meminta Tata untuk bicara serius malam ini.
Keduanya duduk di atas pohon kayu yang sudah patah dan ujungnya terbakar. Di bawah langit yang dipenuhi bintang dan awan tipis, mereka bicara dari hati ke hati.
"Akhir pekan depan, aku ke Jakarta, ya?" Dimas yang semula memainkan rumput di depannya, kini menoleh ke samping, menatap dan menunggu jawaban Tata.
"Buat apa?" Tata masih sok cool.
"Ya buat ketemu kamu lagi. Besok kita dah balik, sibuk urusan masing-masing."
"Jauh, Malang Jakarta itu."
"Gak apa-apa, asal bisa ketemu sama kamu," ucap Dimas.
Tata langsung membuang muka, jujur hidungnya sudah mulai kembang kempis. Digombalin pria di suasana yang romatis seperti saat ini, membuat bunga sakura mekar di hati gadis tersebut.
"Boleh ya? Sekarang tulis alamat kos kamu di sini!" pinta Dimas sembari mengulurkan ponselnya.
Tata mulanya ragu, tapi karena Dimas maksa, dan langsung meletakkan ponselnya. Akhirnya ia nyerah.
"Loh?"
Tata kaget karena melihat wallpaper ponsel Dimas. Gadis itu menatap Dimas yang tersenyum padanya.
"Kamu nyuri poto aku, Dim?"
Tata kaget, karena yang dijadikan wallpaper itu adalah poto saat Tata turun dari bis. Pas dia baru sampai di sana.
"Aku punya banyak," ucap Dimas tanpa rasa bersalah.
Panasaran, Tata langsung membuka gallery. Di sana ternyata banyak sekali fotonya.
"Ya ampun Dimas!!!!"
Semakin scroll ke bawah, semakin Tata tertegun. Bahkan Dimas punya photo dia pas wisuda.
"Ini siapa yang kasih?"
Cowok itu malah tersenyum devil, benar-benar semakin membuat Tata penasaran.
"Aku paling suka yang ini."
Dimas kemudian membuka folder khusus, di sana ada poto ketika Tata mengenakan seragam abu-abu. Tata jelas malu, karena itu mengingatkan dia akan masa lalu. Di mana dia terus saja menghindar dari Dimas.
"Dah, ini. Ambil kembali." Tata menggembalikan ponsel milik Dimas. Kemudian menatap langit malam yang dihiasi banyak bintang. Tampak indah dan memanjakan mata.
Dimas pun mulai mencuri kesempatan, ketika Tata asik melihat jutaan bintang, tangan Dimas mulai merambat, berhenti tepat di atas tangan Tata. Kemudian menggenggam lembut.
DEG DEG DEG
Jantung Tata mulai berdegup, ia mencoba menarik tangannya kembali, tapi Dimas malah semakin erat menggenggamnya.
"Ta ..."
"Hemm."
"Kita lanjut ya, Ta."
"Lanjut apa?" sela Tata pura-pura lugu.
"Hubungan ini."
Tata langsung menelan ludah, 'Mati aku.'
"Kita lama gak ketemu, kamu jangan aneh-aneh, Dim. Dulu itu cinta monyet."
Tata langsung menarik tangannya keras sampai lepas. Melihat betapa kerasnya Tata mendorongnya agar tercipta jarak antara mereka, Dimas mulai jenggah. Cowok itu kemudian berdiri dan membungkuk di depan Tata.
CUP
"Dimmm!"
BERSAMBUNG
Fb Sept September
IG Sept_September2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
lanjut ta...
2023-05-26
0
Ney Maniez
😘😘
2022-12-08
0
Nita Wati
dimsum nyium2 aja
2022-11-20
1