Pacar Idiot Bab 8
Oleh Sept September
"Dim! Jalan lagi nggak? Aku jalan sendiri kalau kamu gak mau jalan!" ancam Tata yang merasa tidak nyaman. Berduaan di tempat sepi, cukup membuat gadis itu gelisah.
"Aku hanya mau bicara sama kamu, Ta. Gak macam-macam, sumpah."
"Gak mau! Cepet jalan! Atau aku bakalan teriak! Biar kamu dihajar sama orang-orang yang lewat!"
Dimas kemudian menoleh ke sekitar. Sepi, tidak ada yang lewat, hanya angin yang sesekali berhembus kencang.
"DIMAS!" panggil Tata setengah berteriak setengah mendesis kesal.
Tata memukul tubuh Dimas, pokoknya ia ingin cowok itu kembali menyalakan motornya.
"Iya ... iya!"
Dimas pun mendesis, karena Tata terus saja memukulnya tanpa ampun. Dan akhirnya Tata merasa lega, karena motor kembali jalan dan masuk jalan besar.
"Aku gak mau ya kaya gini lagi," ancam Tata yang masih marah.
"Hemm ... mungkin gak akan bakal ada kaya gini lagi, Ta." Ucapan Dimas sangat pelan, hingga Tata tidak mendengar suara cowok pendiam tersebut.
Beberapa saat kemudian.
"Loh? Ngapain ke sini? Asata Dim ... kamu emang error ya. Persis apa kata anak-anak!" cetus Tata yang marah karena motor malah masuk tempat parkir sebuah warnet yang ada di tepi jalan.
"Susah bener sih pengen ngomong berdua saja sama kamu, Ta?" ucap Dimas sembari melepaskan helm.
"Kamu itu yang aneh-aneh. Udah, aku pulang saja naik angkot!"
"Ta ... terakhir. Ini terakhir ... udah. Gak usah menghindar. Lusa aku sudah pindah sekolah. Jadi aku gak akan ada waktu buat ngejar-ngejar kamu. Jadi ... pliss. Kali ini saja!"
Tata ingin mengabaikan permintaan Dimas, tapi ia merasa kasihan juga. Apalagi kata Dimas, cowok itu mau pindah. Oke lah. Anggap ini adalah hadiah putus mereka.
Alhasil, kedua remaja itu mengambil paket 1 jam. Mereka masuk ke dalam salah satu bilik, tidak lupa, Dimas mengambil 2 botol minuman bersoda untuk mereka berdua.
Ting ... ting ...
Terdengar suara abang bakso, Dimas pun menawarkan makanan itu untuk Tata.
"Mau bakso? Kamu pasti lapar."
"Gak usah!" jawab Tata ketus. Kemudian masuk ke dalam bilik duluan. Meninggalkan Dimas di belakangnya.
Di dalam bilik, di salah satu warnet yang ada di tepi jalan. Suara bising kendaraan yang lalu lalang tidak terdengar di dalam sana, karena ruangan yang sudah tertutup. Dimas dan Tata duduk di depan sebuah komputer yang masih jadul tapi sudah canggih pada masanya.
"Mau ngomong apa? Buruan? Aku mau pulang. Aku gak punya banyak waktu, kalau temen-temen dah pulang saat les selesai, dan aku gak pulang ... orang rumah bisa cari ke mana-mana, mereka bakal tanya ke para tetangga," cerocos Tata sambil manyun.
Hal itu membuat Dimas terus menatapnya. Tata yang dingin, cerewet saat tidak bersamanya, membuat Dimas tertarik. Mungkin Tata memiliki sesuatu yang membuat Dimas merasa sangat tertarik, hingga ia tidak menyerah, meskipun Tata mendorongnya berkali-kali.
"Dim!" sentak Tata yang marah.
"Iya ... Makasih sudah mau jalan sama aku. Ya, meskipun tidak lama. Tapi aku pastiin ... ini akan jadi sesuatu yang sangat berarti banget buatku."
'Gombal!' timpal Tata dalam hati.
"Ta ...!" panggil Dimas sambil meraih tangan Tata.
"Eh, gak usah pegang-pegang!" ujar Tata marah kemudian menepis tangannya.
"Kamu cantik kalau marah," canda Dimas.
Terang saja Tata langsung melotot tajam padanya.
"Jangan bicara hal yang gak penting, to the point saja, Dim."
"Aku suka kamu."
"Hem!"
"Kamu pacar pertamaku," ucap Dimas jujur.
Tata langsung memalingkan muka.
'Aduh! Sebenarnya dia juga pacar pertamaku. Tapi ... nggak! Nggak bisa!' batin Tata bergejolak. Harga dirinya merasa terlukai hanya karena Dimas bukan bintang kelas sepertinya. Dimas bintang kelas dari bawah, dan hal itu mengusik Tata.
Tata yang masih labil, ingin punya cowok keren, ganteng, manis, sweet, dan tentunya smart. Semuanya ada pada Dimas, kecuali smart. Ya, Dimas sangat-sangat jauh dari kata pintar. Dari laporan teman-temannya, Dimas sering dihukum guru karena selalu remidi. Nilainya selau kurang hingga tidak naik kelas.
Meskipun anak kepala sekolah, dan ibunya juga seorang guru. Namun, Dimas ini berbeda jauh. Lahir dari orang tua hebat, tidak menjamin Dimas juga akan sehebat kedua orang tuanya. Entah karena apa, hingga akhirnya keluarga Dimas memutuskan untuk pindah kota. Mungkin mengikuti dinas orang tuanya.
"Padahal, aku seneng banget pas kamu terima cinta aku."
Ucapan Dimas membuat Tata tersadar, ia tadi sempat melamun.
"Itu karena terpaksa ... tahu sendiri. Teman-teman waktu itu." Tata mencari alasan.
"Kamu kok gitu, Ta. Selalu ikutin kata temen-temen. Kenapa tidak ikut kata hatimu sendiri? Kenapa harus memikirkan kata-kata orang lain?"
Tata tertegun, tapi ia kemudian menggeleng keras.
"Udah? Udah kan? Gak ada yang pengen kamu katakan lagi? Udah jam segini. Motor aku juga masih di sekolah. Dan sepertinya gak ada hal penting yang perlu kita bicarakan lagi."
Tata beranjak, ia mulai bangkit dan berdiri. Tapi tangan Dimas meraih lengannya, hingga gadis remaja itu terduduk kembali.
"Dim!" desis Tata kesal.
'Dim ... apa yang kamu lakuin?'
Jantung Tata berdebar hebat, ia terhenyak saat Dimas mendekatkan wajahnya.
"Dim!" Tata ingin mendorong tubuh cowok tersebut, tapi Dimas langsung membuatnya terdiam seribu bahasa.
'Apa ini ... astaga!' batin Tata yang tiba-tiba jantungnya berdegup dengan kencang.
BERSAMBUNG
Komen yang banyakkkk hehhehe TERIMA KASIH
Kalian bisa baca cerita Sept yang sudah tamat. ada 25 judul terseber di biru Dan kuning.
untuk info, cus
DM IG
Sept_September2020
Atau Fb
Sept September
Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Zamie Assyakur
si dimsum nyium tata kaya ny...🤣🤣🤣🤣
2023-05-25
1
Ney Maniez
🤔😘
2022-12-08
0
Lusiana_Oct13
Issssss si tata ni ya dengar dulu penjelasan dimas kenapa???
2022-10-17
2