Bab 18

"Oh jadi seperti ini kelakuanmu? Mengusirku dari rumahmu agar kau bisa mendapatkan laki-laki lain?"

Mas Ilham berkata sambil menepuk kedua tangannya, sejak kapan dia berdiri di sana.

"Apa maksudmu?"

"Jangan pura-pura bodoh, Ran, kamu sengaja mengusirku dan Ibu agar kamu bisa leluasa mendekati laki-laki itu, kan? Katakan siapa dia?" Mas Ilham sengaja mengeraskan suaranya.

Posisi kami memang berada di jalan penghubung menuju komplek tempat tinggal kami, dan kondisinya cukup padat. Di jam-jam seperti ini hampir semua penghuninya ada di rumah. Satu dua diantara mereka ada yang keluar dengan kepala bergerak seperti mencari sesuatu.

"Itu bukan urusanmu dan satu hal lagi jangan samakan aku dengan perbuatanmu, Mas." Aku mendesis lirih berusaha mengatur emosi, agar tidak semakin banyak orang yang keluar.

"Oh, ya, tentu saja itu juga menjadi urunsanku, sebelum kau memberiku sebagian hartamu jangan harap aku akan berhenti mengganggumu."

Mata Mas Ilham menatapku nyalang, sebenarnya aku takut juga jika pria ini akan herbuat macam-macam. Namun aku mencoba untuk tetap tenang dan menguasai diri.

"Kamu memang laki-laki tidak berguna, sampah, seharusnya kamu malu berkata seperti itu, Mas. Bukankah kewajiban seorang suami menafkahi istrinya?"

"Omong kosong dengan semua itu, aku hanya ingin hakku!"

"Hak? Hak yang mana? Memangnya selama menikah apa yang sudah kau berikan untukku apa!"

Aku tak tahan lagi mendengar omongannya yang semakin melantur, segera aku berlari meninggalkannya. Kebetulan di depan sana ada beberapa orang yang sedang duduk. Entahlah, mereka mendengar pertengkaran kami atau tidak.

Di belakang Mas Ilham berteriak memanggilku, tetapi kuhiraukan teriakannya dan tetap lari hingga sampai di rumah. Segera kukunci pintu rumahku, jendela dan semuanya kukunci rapat agar Mas Ilham tidak bisa masuk.

Tubuhku luruh di balik pintu, air mataku tumpah. Bagaimana bisa selama ini aku hidup dengan manusia parasit macam diaa. Bagaimana bisa selama ini aku tidak menyadari perbuatannya yang memanfaatkanku.

Padahal dia juga tahu kalau aku mencurahkan semua kasih sayang dan perasaanku untuknya. Tetapi aku beruntung semua belum terlambat.

***

Keesokan paginya aku terbangun dengan mata sembab dan kepala yang cukup pusing. Hari ini aku berencana mendaftarkanngugayan cerai untuk Mas Ilham. Semua berkas sudah kusiapkan, bahkan foto pernikahannya pun juga sudah kusiapkan sebagai bukti.

Aku mengintip keluar sebentar, kalau-kalau Mas Ilham menunggu lagi seperti kemarin. Aku tidak tahu sekarang mereka tinggal dimana, yang jelas aku tidak mau dia tiba-tiba muncul lagi di hadapanku dan membuat keributan.

Aku menghubungi Pak Alvin lebih dahulu dan mengatakan kalau aku akna sedikit terlambat. Bahkan aku juga bilang akan langsung menuju rumahnya, tapi sayang aku lupa jika motorku masih tertinggal di kantor. Terpaksa aku memesan taksi online.

Hampir setengah jam aku akhirnya tiba di kantor urusan agama untuk mendaftarkan perceraianku. Sudah banyak orang di ruang tunggu, mungkinkah mereka juga akan menggugat cerai pasangannya sama sepertiku.

Aku membuka ponsel dan menghubungi Mira lewat pesan chat, dan mengabarkan dimana aku sekarang. Sahabatku itu sangat antusias dengan berita yang kusampaikan. Bahkan ia juga berkata akan selalu mendukung keputusanku.

Tiba-tiba ada yang mencolek bahuku, dan saat ku menoleh,

"Hai, kamu Rani, kan?"

Seorang pria berkemeja abu-abu menyapaku ramah, butuh beberapa saat untuk mengingatnya. Karena jujur saja ingatanku sangat buruk kalau harus mengingat seseorang.

"Siapa, ya?" Tanyaku karena tidak berhasil mengingat wajah orang ini.

"Hei, ini aku, Yuda, si kurus dekil yang selalu mengikuti kamu kemana-mana."

Yuda? Si kurus dekik? Sepertinya aku ingat, dulu saat SMP aku punya teman namanya Yuda, badannya kurus dan kulitnya sedikit kecoklatan. Dia berasal dari keluarga yang serba kekurangan, tapi dibalik penampilannya dia anak yang cukup pandai.

Hampir tidak ada teman sekelas yang mau berteman dengannya, awalnya aku juga demikian. Tapi karena dia sudah menolongku melepaskan diri dari anjing-anjing sialan yang mengerjarku, akhirnya aku berteman dengannya.

Yuda berpenampilan demikian bukan tanpa alasan, keluarganya yang hidup serba kekurangan membuat dirinya memutuskan untuk ikut mencari nafkah sepulang sekolah. Dia menjadi pemulung yang mengumpulkan barang-barang bekas.

Terkadang kalau aku sedang bosan, aku tidak langsung pulang ke rumah seusai sekolah. Aku ikut membantunya mencari barang-barang bekas. Meski terkadang Yuda menyuruhku untuk diam saja menunggunya. Dia tidak ingin aku juga menjadi bahan olok-olokan teman kami yang lain.

"Kamu beneran Yuda?"

Aku belum sepenuhnya percaya, sebab sudah lama kami tidak bertemu. Setelah lulus SMU dia dan keluarganya pindah entah kemana. Dan lagi sekarang Yuda telah tumbuh menjadi pria yang tampan dengan kulit yang bersih meski tetap berwarna coklat. Badannya juga tegap dan kekar tidak seperti dulu.

"Iya, kamu Rani Yuliana, kan, teman yang juga sering ikut aku mencari barang rongsokan kalau sedang bosan."

Aku mengangguk membenarkan, ternyata benar dia Yuda temanku.

"Sedang apa kamu disini?" Dia memperhatikan map coklat yang kubawa.

"Ini, mendaftarkan gugatan cerai." Aku berkata sedikit lirih, malu sebenarnya kalau harus mengantakan kenyataan ini.

"Nasib kita sama." Dia juga menunjukkan map coklatnya, itu artinya.

"Iya, aku memutuskan berpisah dengan istriku karena dia masih teringat cinta pertamanya. Kami bahkan baru lima tahun menikah."

Yuda bercerita dengan tawanya yang sumbang, sungguh suatu kebetulan yang lucu. Kami bertemu kembali setelah sekian lama berpisah dan dalam kondisi yang sama. Sama-sama dikhianati pasangan.

"Kalau kamu sendiri, sudah berapa lama kalian menikah?"

"Hampir sama sepertimu, kami juga baru lima atau enam tahun." Jawabku sambil mengedikkan bahu, karena benar-benar lupa sudah berapa lama aku dan Mas Ilham menikah.

"Bagaimana kabar ayah dan ibumu?"

Aku sengaja mengalihkan topik pembicaraan agar obrolan kami tidak kaku. Yuda tidak kunjung menjawab pertanyaanku, dan bisa kulihat ada kilat mendung di wajahnya. Apa yang terjadi sebenarnya?

🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️

terimakasih sudah membaca cerita Rara, sambil menunggu bab selanjutnya Rara akan merekomendasikan novel keren milik teman Rara

judul: Pembalasan Sang Pelakor

blurb:

Akibat kejadian di masa lalu, Clarissa Dianti Jenia (23 tahun) terpaksa menjalani profesinya sebagai seorang pelakor. Ia menggunakan kecantikannya untuk menjerat para lelaki hidung belang yang dianggapnya pantas untuk mendapatkan ganjaran karena telah berselingkuh di belakang pasangannya yang juga ternyata sama-sama bermain api dengan lelaki lain.

Clarissa terus menekuni profesinya selama tiga tahun, hingga suatu hari ia mendapatkan kabar bahwa seseorang yang berkaitan dengan masa lalunya kembali ke Indonesia dan telah hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.

Lantas, bagaimana cara Clarissa membalaskan dendamnya kepada orang-orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya? Akankah ada seseorang yang tulus mencintai Clarissa setelah tahu masa lalunya yang kelam?

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

cepat singkirkan sampah seperti ilham

2023-06-13

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

betul Ran, musti gerak cepat ... biar si garbage gak bisa ganggu lagi..

2023-04-27

0

ZaZee

ZaZee

agaknya Pak Ilham ingkar janji menyuruh orang mengantarkan motor

2023-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!