Bab 13

Pria ini mengira aku akan takut dengan ancamannya, oh, tidak semudah itu Ferguso. Laki-laki seperti kalian dimana-mana sama saja, sukanya memaksakan diri dan menuntut perempuan untuk mengikuti kemauan mereka. Apalagi jika merasa punya power atau kedudukan yang lebih tinggi, mereka akan menggunakan kekuasaannya untuk mendekati wanita.

Dan aku hapal betul tabiat lelaki macam ini, contohnya seperti pria yang duduk di belakang kemudi ini. Pak Alvin kembali menyalakan mesin mobilnya.

"Kenapa Bapak mempercayakan tumbuh kembang Ananta kepada orang lain? Maksud saya, dimana ma-mamanya?" 

Biar saja kalau lelaki ini akan menganggapku lancang atau terlalu ingin tahu urusan pribadinya. Karena sejak tadi pertanyaan itu mengganjal di hati dan ginjalku. Pak Alvin terlihat menghela napasnya sebelum menjawab pertanyaanku.

"Kami sudah bercerai sejak Ananta berumur satu setengah tahun. Dia lebih memilih karir daripada kami keluarganya."

Dari nada suaranya aku bisa mendengar kalau pria ini sudah lama memendam sakit hatinya. Ditinggalkan pasangan memang sesuatu yang menyakitkan, apalagi jika sudah ada anak diantara mereka.

"Selama ini aku mempercayakan Anata di bawah pengasuhan ART kami, Yuli, namanya. Dia wanita yang cekatan dan pekerjaan terbilang cukup memuaskan."

Ah, lagi-lagi aku mendengar nama yang sama dengan wanita pelakor itu. Aku bahkan sempat berpikir semoga Yuli yang menjadi ART di rumah Pak Alvin tidak sama dengan Yuli yang ada di rumah.

"Lalu, kenapa Bapak tidak mempekerjakan babysitter saja?" Tanyaku lagi dengan tak tahu malu.

"Aku tidak percaya babysitter begitu saja, karena seseorang yang aku pekerjakan waktu itu hampir membuat Ananta celaka."

Aku begidi ngeri, meski tidak dijelaskan bagaimana kejadiannya, tetapi jika menyangkut anak kecil rasanya ngilu. Banyak contoh kasus yang sering kulihat di TV, tak jarang babysitter memukuli atau mencubit anak asuhnya hanya karena kesal dengan majikannya. 

Atau kasus lain seperti anak kecil yang sering dicekoki obat tidur oleh babbysitternya, hanya agar dia bisa istirahat dan tidak terlalu lelah bekerja. Sungguh mereka orang-orang yang tega.

"Ja-jadi saya harus bekerja jadi babbysitter sekaligus karyawan Bapak di kantor?" 

Kuharap pria ini tidak sungguh-sungguh melakukan ini terhadapku, bagaimana mungkin aku bisa membagi waktuku untuk dua jenis pekerjaan sekaligus.

"Saya harap kamu memilih menemani Ananta, akan saya bayar kamu tiga kali lipat dari gaji di kantor."

Sebuah tawaran yang menggiurkan, tetapi apa aku bisa? Mengingat aku sendiri bukan tipe yang mudah dekat dengan anak kecil. Trik yang aku gunakan saat bersama Ananta tadi  sebagian yang sempat aku pelajari dari mesin pencarian.

"Bagaimana?" 

Dari ekor mata aku bisa melihat pria ini menoleh, sedangkan aku sendiri belum bisa memberikan jawaban. Masih bingung memutuskan mau menerima atau menolak. Kalau kuterima alasan apa yang akan aku ucapkan pada rekan-rekan kerjaku.

"Apa Bapak bisa memberi saya waktu?" Aku mencoba bernegosiasi, barangkali ada opsi lain yang bisa aku lakukan. Jujur aku tidak berniat untuk menerima pekerjaan ini, aku masih menikmati pekerjaanku sebagai orang kantoran. Tidak pernah terpikirkan kalau aku harus menjalani pekerjaan sebagai babbysitter. Meski memang gaji yang ditawarkan lebih besar.

"Aku beri kamu waktu sampai besok pagi." 

Apa! Aku terkejut, bagaimana aku bisa berpikir jika orang ini memberiku waktu sesingkat itu.

"Apa tidak bisa dipercepat sedikit waktunya?" Tanyaku sarkas, sambil melirik kesal ke arah pria yang terlihat santai sambil menyetir mobilnya. Dia tidak menjawab hanya melirikku dengan ekor matanya.

"Pak, sa…."

"Apa! Kamu mau memberi jawaban sekarang kalau kamu bersedia?"

"Bukan itu."

"Lalu?" 

"Bapak bisa balik arah ke kantor, nggak? Saya tidak bisa meninggalkan motor saya di kantor."

***

Sudah hampir hampir gelap ketika aku pulang, rumah terlihat sepi seperti tidak berpenghuni. Semua lampu rumah sudah menyala, tetapi kemana semua orang. Dengan langkah pelan aku memasuki rumah, tidak ada siapa-siapa. 

Namun, saat berada di depan kamarku, aku mendengar suara orang bercakap-cakap dari dalam sana. Aku mengintip dari tembok yang menjadi pembatas kamarku dan ruang tamu. Di sana ada Ibu, Mas Ilham dan juga wanita itu. Mau apa mereka?

"Gimana, Mas? Ketemu nggak?" 

Aku mendengar suara wanita itu, mereka sepertinya sedang mencari sesuatu. Terdengar suara benda yang berpindah tempat.

"Sabar dulu, Sayang, Mas lagi cari ini. Kemana, sih, Rani nyembunyiin surat rumahnya." 

"Disini juga nggak ada Ham." Kali ini Ibu yang bersuara. 

Aku tidak bisa melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan disana. Karena kalau sampai aku terlalu maju, bisa-bisa mereka tahu aku memperhatikan mereka.

"Duh, gimana kalau nggak ketemu juga, mau mengganti uang resepsi pakai apa kita nanti."

Suara wanita itu terdengar panik, bahkan sepertinya dia hampir menangis. Jadi, mereka menikah kemarin itu modall pinjaman? Lalu dengan siapa mereka meminjam uang itu.

"Iya, sabar dulu, Mas juga lagi cariin ini."

"Pokoknya aku nggak mau tahu, ya, Mas, kamu harus mengganti biaya pernikahan kita."

Wanita itu terlihat ingin keluar kamar, tetapi aku sudah lebih dulu berdiri di depan pintu tanpa mereka sadari.

"M-Mbak Rani! Se-sejak kapan Mbak ada di situ?" Wanita itu menjadi gagap saat melihatku, bahkan kedua bola matanya seperti hampir keluar saking terkejutnya.

"Sedang apa kalian?" Pertanyaanku membuat Ibu dan Mas Ilham tersentak, mereka buru-buru merapikan barang-barang yang berserakan.

"A-anu, i-itu , Ran, kami hanya mengejar tikus, iya, tikus." 

"Tikus? Sejak kapan di rumah kita ada tikus?" Aku sengaja menekan kata tikus sambil melangkah memasuki kamar.

Kulihat pintu lemari terbuka kedua sisinya dengan isi yang hampir separuhnya berhamburan. Juga laci-lacinya yang tidak tertutup sempurna. Melirik ke meja rias kondisinya juga sama, beberapa alat make up yang kutata diatas meja dalam keadaan berantakan. Juga laci meja mengalami nasib yang sama dengan laci lemari.

"Emang berapa banyak tikus yang masuk? Satu atau tiga?" Aku sengaja menjeda pertanyaan tetakhirku, bermaksud menyindir mereka.

"I-iya, segitu, mereka larinya kenceng banget. Takutnya merusak barang-barang yang ada di kamar ini."

"Kok, aku tadi sempat mendengar ada yang menyebut resepsi -resepsi gitu, ya?" 

Aku bisa melihat wajah ibu dan Mas Ilham berubah jadi pucat,  Mas Ilham bahkan meremas ujung baju yang ia kenakan.

"Resepsi apa, sih, Dek? Kamu salah dengar mungkin." 

Aku menoleh ke arah wanita yang masih terpaku di depan pintu itu. Wajahnya sama pucatnya dengan mereka berdua.

"Oh, iya, nama kamu tadi Yuli, ya? Yuli apa kamu sudah menikah?" 

Yuli terlihat membelalakkan matanya, mungkin dia tidak menyangka kalau aku akan menanyakan hal ini.

"Eh, su-sudah oh, belum, Mbak." 

"Oh, ya, sudah semoga kamu bisa betah tinggal di sini dan segera mendapat jodoh. Oh, ya, kalau cari calon usahakan yang belum punya istri, ya. Karena nggak baik merusak rumah tangga orang. 

Jangan sampai kamu seperti itu, ya, karena lelaki itu kalau sekali selingkuh dia akan terus selingkuh. Meski di depan kamu dia sering mengucapkan kata-kata cinta, tapi percayalah itu bentuk usaha dia menutupi kebusukannya." 

Kulihat si Yuli menatap Mas Ilham dengan tatapan tajam, seolah dia menegaskan bahwa suaminya, maksudku suami kami, tidak akan berbuat seperti ini.

"Kamu nggak seperti itu, kan, Mas?" 

🏵️🏵️🏵️🏵️

terima kasih sudah mengikuti kisah RaRa, sambil menunggu part selanjutnya Rara akan merekomendasikan novel keren yang berjudul

BAD LOVE WITH MY BROTHER.

karya: Sa Ekha

Terpopuler

Comments

Suprihatin

Suprihatin

mantap ,ran sindiran yg menusuk

2023-09-02

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

kena kau Ilham..

2023-06-13

0

S

S

pingin tahu mau melakukan pembalasan apa si rani.sampe segitunya.mau.serumah dg madunya di rumah rani sendiri pula

2023-06-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!