Bab 17

Gadis kecil itu merentangkan tangannya sambil tersenyum lebar saat melihat kedatanganku. Tanpa ragu aku menyambut gadis itu dan memeluknya, seolah sudah beberapa lama kami tidak berjumpa.

"Tata kira Tante nggak datang lagi."

Suaranya terdengar begitu ceria di telingaku, dia kemudian melepas pelukannya lalu menyeret tanganku sebelum aku membalas ucapannya.

"Ayo, Tante temani Tata main."

Gadis kecil yang memanggil dirinya Tata itu mengajakku menuju kamarnya, bisa kulihat kalau sang ayah hanya menatap kami sambil menggeleng kepalanya.

Sesampainya di kamar Tata menunjukkan mainannya yang tadi ia mainkan di meja. Ada boneka kertas yang lengkap dengan bajunya, jumlahnya sekitar enam atau tujuh boneka. Beberapa diantaranya sudah dipakaikan gaun yang juga dari kertas.

Aku mengikuti gadis kecil itu untuk duduk di depan meja, membongkar baju yang sudah terpasang di boneka berambut merah. Kemudian menggantinya dengan gaun model lain.

"Ini ada rumahnya?"

Gadis itu menunjukkan sebuah rumah-rumahan berwarna pink yang biasa ada di boneka barbie. Kemudian aku mengajak gadis itu untuk membuat mainan rumah-rumahan beserta isinya dari bahan kardus.

Setiap kali aku berhasil membuat sesuatu dari kardus dia akan bertepuk tangan, seperti membuat tempat tidur atau lemari baju. Gadis kecil itu kemudian menyusun semua maunan yang kubuatkan tadi, hingga aku teringat untuk menanyakan sesuatu kepadanya.

"Boleh Tante tanya sama Tata?"

Gadis itu mengangguk tanpa menghentikan gerakan tangannya, sekilas matanya menatapku.

"Tata udah sekolah belum?" Aku bertanya hati-hati.

"Sudah."

"Oh, ya, kelas berapa?"

"Kelas satu."

"Hari ini, kok, nggak sekolah kenapa?"

Tata menghentikan gerakan tangannya, raut wajahnya tiba-tiba berubah murung. Aku beringsut untuk mendekatinya yang sudah terisak.

"Tata kenapa, Sayang?" Aku merangkul gadis kecil itu.

"Teman-teman Tata jahat, mereka bilang Tata nggak punya mama. Padahal mama Tata, kan, lagi kerja."

Hatiku teriris, pantas saja dia tak mau lagi sekolah. Rupanya dia mendapat perundungan dari teman-temannya di sekolah.

"Tata mau sekolah lagi, nggak?"

Kepala gadis itu menggeleng, ia masih terisak di pelukanku.

"Tata nggak mau sekolah kalau teman-temannya jahat semua."

"Iya, nanti Tante akan bicara sama Papa, ya, sekarang Tata jangan nangis lagi. Nanti cantiknya hilang, lho."

Ananta sudah tidur siang setelah kelelahan bermain, untungnya ia sempat makan dahulu tadi sebelum tidur. Setelah memastikan gadis itu terlelap aku keluar dari kamarnya. Di ruangan tengah sudah ada Bu Rahmi yang duduk sambil membaca buku.

Wanita tua ini sering mengeluhkan sakit di pinggangnya, itulah sebabnya Pak Alvin mencari orang untuk menemani Ananta.

"Tata sudah tidur?" Wanita itu menurunkan buku bacaannya saat melihatku duduk di sofa di hadapannya.

"Iya, sudah."

"Syukurlah, kamu bisa istirahat sambil menunggu dia bangun."

Tentu saja aku menolaknya, tidak mungkin aku bisa tidur di rumah orang lain. Apalagi sedang bekerja seperti ini.

"Ada yang ingin saya tanyakan tentang Tata, Bu."

"Apa?"

"Sudah berapa lama Tata tidak sekolah?"

Bu Rahmi menghembuskan napasnya, ia kenudian meletakkan buku yang dibacanya ke atas meja.

"Sejak kedua orang tuanya bercerai, sejak teman-teman di sekolahnya sering mengoloknya karena tidak punya ibu."

Mata wanita itu berkaca-kaca, di usianya yang senja seperti ini dia harus menghadapi kenyataan pahit perceraian anaknya. Juga harus menghadapi bagaimana tumbuh kembang sang cucu tanpa kedua orang tuanya.

"Pak Alvin meminta saya membujuk Ananta agar dia mau bersekolah lagi, apakah dia mau?"

"Kita coba saja, Ibu juga ingin Ananta kembali seperti dulu."

Ananta enggan melepasku pulang sore harinya, dia bahkan menangis sesenggukan meminta sang papa membiarkanku tinggal lebih lama. Sebenarnya aku kasihan sama gadis kecil itu, hanya saja aku juga mempunyai kehidupanku sendiri.

"Tante pulang dulu ya, besok kesini lagi buat main sama Tata."

Aku berjongkok mensejajarkan tubuhku dengan tubuh kecilnya, dia masih terisak. Gadis itu baru berhenti menangis ketika sang ayah berjanji untuk mengajak kami jalan-jalan keesokan harinya.

"Tante janji, ya, besok kesini lagi?"

"Iya, Sayang."

Akhirnya gadis kecil itupun menurut. Dia masuk ke dalam rumah bersama sang nenek. Sedang aku diantar pulang oleh Pak Alvin. Tadinya aku mau pulang sendiri dengan memesan taksi online, tapi belum sempat aku keluar rumah pria ini sudah lebih dulu datang.

"Ada yang mau saya bicarakan dengan Bapak."

Aku menoleh ke arah pria yag sedang fokus menyetir mobilnya.

"Apa?" Tanyanya tanpa mengalihkan perhatian.

"Tadi saya sudah bicara dengan Ananta kalau alasan dia tudak mau sekolah itu karena teman-temannya sering melakukan perundungan."

Laki-laki ini menghela napas panjangnya, untuk beberapa saat dia diam. Mungkin merasa bersalah dengan apa yang harus dialami putrinya.

"Ini semua salahku, seharusnya aku bisa mengendalikan egoku waktu itu." Pak Alvin terlihat mencengkeram kemudi, ia menyalahkan dirinya sendiri.

"Untuk saat ini saya belum bisa membujuk Ananta, karena saat saya mengajak gadis kecil itu untuk kembali ke sekolah dia seperti ketakutan."

Mobil berhenti di lampu merah dan pria itu semakin meremas setirnya, ia bahkan menundukkan kepalanya sampai menyentuh setir mobil. Untuk pertama kalinya aku melihat seorang Alvin Paranjaya dalam keadaan serapuh ini.

Biasanya ketika di kantor ia akan menunjukkan sikap sebagai seorang pimpinan yang tegas dan penuh wibawa. Meski terkadang, kami karyawannya menyebut dirinya seorang diktator.

Namun, hari ini dia menunjukkan sisi lain dalam dirinya. Tentu saja aku bisa memaklumi karena sejatinya semua manusia baik itu laki-laki atau perempuan mempunyai kelemahannya sendiri-sendiri. Dan kelemahan seorang Alvin Paranjaya adalah putrinya sendiri.

Aku sendiri tidak bisa berbuat banyak, sebagi seorang karyawan tugasku hanya menjalankan perintah majikan. Kalau aku berbuat terlalu jauh nanti dikira aku terlalu ikut campur urusan dia. Setelah berhasil menguasai dirinya, pria ini kemudian melanjukan mobilnya kembali.

"Kira-kira kamu punya saran terbaik, nggak?"

"Bagaimana jika untuk sementara ini Ananta ikut homeschooling saja."

Aku mencoba memberikan ide yang terlintas di kepala, sebab aku pernah mendengar kalau anak-anak masih bisa sekolah dari rumah. Mendatangkan guru-guru untuk mengajari mereka tanpa harus bertatap muka dengan siswa lain.

"Sepertinya menarik, akan kucoba untuk membujuk Ananta. Terima kasih, Ran."

Mobil yang dikendarai Pak Alvin turun tak jauh dari rumahku, aku lupa memberitahunya kalau harus mengantar ke kantor dulu mengambil motorku.

"Tidak apa-apa, akan ada yang mengantar motor kamu ke rumah." Ucapnya sebelum aku keluar dari mobilnya.

Akhirnya aku pun mengangguk, setelah pria itu mengucapkan terima kasih dia pun berbalik menuju ke rumahnya. Aku berjalan sedikit cepat menuju ke rumah, sambil tangan merogoh tas untuk mencari kunci. Hingga tiba-tiba seseorang berdiri menghalangi jalanku, menungguku dengan tatapan sinisnya.

🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️

terima kasih sudah mengikuti kisah Rara, dan sambil menunggu bab selanjutnya Rara akan merekomendasikan sebuah novel.

judulnya: Balas Dendam Istri Yang Terhina

karya: Reni T

Milannita adalah seorang artis papan atas sekaligus istri dari pengusaha kaya raya bernama Caviar Klan. Dia harus menelan rasa sakit hati karena menyaksikan sendiri suaminya berselingkuh dengan assisten pribadinya sendiri bahkan dia melihat dengan mata kepalanya sendiri sang suami bercinta di kamar pribadinya, di ranjang yang sama yang selalu mereka gunakan untuk melakukan hubungan suami-istri.

Milan biasa dia di sapa, yang notabenenya adalah artis papan atas yang memiliki penampilan yang sempurna bahkan di puja banyak pria dan memiliki ribuan penggemar, merasa harga dirinya telah di injak-injak oleh suami serta asistennya itu.

Akhirnya Milan memutuskan untuk menyembunyikan rapat-rapat perselingkuhan suaminya dan menjalani rumah tangga seperti biasa layaknya orang bodoh yang tidak tahu apa-apa dengan tujuan membalaskan dendam kepada dua orang yang telah mengkhianatinya itu.

Sampai akhirnya, dia bertemu dengan laki-laki bernama Zergo yang merupakan penggemar berat dirinya.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

suami gila nya Rani

2023-06-13

0

blecky

blecky

pasti si mantan suami yg g tau diri...mnding Rani nginep drmh Alvin sja smpai urusanx selsai dgn suami smph e

2022-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!