"Tuan, bagaimana jika Tuan dan Nyonya besar tahu?" tanya pria paruh baya dengan lirik.
Pria bertopeng menghentikan kegiatannya dan menatap asisten keluarga besarnya itu. "Selama paman tutup mulut. Semua aman terkendali. Ini berlaku untukmu juga Oci!"
"Siap tuan. Tapi bagaimana dengan non Hazel?" tanya Oci dengan wajah tegang.
Ampun kenapa bibir susah sekali diajak kompromi. Mati aku, kenapa aku lancang sekali bertanya tentang istri tuan.~ batin Oci.
Tidak ada jawaban dari tuannya. Sesaat Oci merasakan kelegaan, dan kembali fokus menyetir. Sedangkan pria bertopeng menyandarkan tubuhnya. Untuk apa dirinya mendatangi tempat terkutuk? Semua itu demi seorang wanita didalam hidupnya. Percakapan semalam masih berbekas dengan jelas di dalam kepalanya.
Beberapa jam lalu setelah pergulatan panas di atas king size, sepasang suami istri saling berpelukan. Dengan lembut tangan sang pria mengusap kepala istrinya. "Sayang, apa kamu masih minum pil KB?"
"Ayolah sayang, bukankah kamu tahu kenapa aku melakukan semua ini. Sejuta kali pertanyaan sama darimu, jawabanku akan sama. Aku masih ingin menjadi model. Dan Bryant suamiku adalah suami terbaik didunia. Love you my husband." Hazel memeluk tubuh Bryant dengan erat.
Jawaban Hazel sekali lagi melunturkan keinginannya memiliki seorang anak, bukan tanpa sebab kenapa dirinya ingin memiliki anak dari Hazel. Pernikahan tanpa restu kedua orang tuanya, membuat Bryant berusaha mendekatkan Hazel dengan cara memberikan keturunan. Tapi, Hazel wanita karir dan karir sebagai model tidak bisa ditinggalkan meski hanya dua tahun untuk program kehamilan.
Tentu saja alasannya adalah takut melar, takut tak lagi laku. Untuk apa semua ketakutan itu? Jika suaminya saja masih mampu memberikan barang dan rumah layak ataupun melakukan perawatan sebulan sekali. Di sisi lain pernikahan selama tiga tahun tanpa ada tanda kehamilan, membuat kedua orang tuanya cemas.
Bryant memberikan kecupan di kening Hazel. "Sayang sekali saja. Demi hubungan kita. Aku tidak masalah jika kamu memilih karir, tapi perjuangan hubungan kita membutuhkan dari dua sisi. Bukankah kamu selalu mengeluh, kenapa papa dan mama tak mau menerimamu. Berikan mereka seorang cucu, aku…"
"Tidak sekarang! Jika mereka ingin cucu, kamu menikah saja lagi dan menceraikan wanita itu setelah melahirkan anak untuk kita. Keinginan orang tuamu tercapai, begitu juga dengan hubungan kita aman." ujar Hazel dengan entengnya.
Tangan Bryant mengepal, ucapan Hazel sungguh menusuk hatinya. Bagaimana bisa istri yang teramat dipuja-puja justru memberikan saran gila. Dengan tatapan tajam, Bryant siap menerkam Hazel. Namun dari sudut hatinya, kemarahannya luruh dalam tatapan manja sang istri. "Jangan bicara sembarangan. Pernikahan itu suci dan tidak bisa dipermainkan!"
"Aku tidak memintamu menikah lagi dan mendua! Aku memberikan izin, kamu memiliki istri siri untuk melahirkan anak kita. Setelah itu hubungan kalian berakhir. Pastikan juga surat perjanjian bermaterai." jelas Hazel dan mengusap dada Bryant.
Hazel tahu kelemahan Bryant adalah cinta untuknya. Selama tiga tahun, membuat Hazel paham sifat dan sikap Bryant. Bryant memejamkan mata. Ringan sekali bibir Hazel mengucapkan izin untuk pernikahan keduanya.
Terasa dua lengan melingkar di perutnya, dengan sensasi geleyar aneh menguasai tongkat bisbolnya. Mulut merah dengan rakusnya mengulum dibawah sana, dengan liarnya Hazel diatas ranjang selalu memanjakan tubuh Bryant sebagai seorang suami. Pergulatan kembali terjadi dengan uap panas memburu.
Selama satu jam pergulatan berakhir. Bisikan lembut Hazel menerbitkan membangunkan kelemahan Bryant. "Hmm. Aku punya satu syarat."
"Katakan apa syarat nya?" tanya Hazel dengan menatap Bryant.
"Istri siri ku adalah pilihanku sendiri dan jangan mencoba mendekati tempat dimana aku menempatkan istri siri ku nanti. Setuju?" Bryant mengulurkan tangannya dan Hazel menyambut dengan senang hati, memberikan anggukan kepala.
Akhirnya aku bebas dari beban beratku. Tidak ada lagi obrolan membosankan tentang anak. Tapi, akan ku pastikan. Siapapun wanita itu, tidak boleh merebut Bryant dari genggaman tanganku. ~ batin Hazel.
Ciiiiit…..
"Tuan. Sudah sampai." lapor Oci dan melirik ke kaca spion, dimana bossnya masih melamun.
Paman Alkan memberikan kode agar Oci keluar terlebih dulu, Oci paham dan keluar menunggu di samping mobil. Paman Alkan berdehem dan membuat keponakannya itu kembali sadar. "Bawa wanita itu nak, semua sudah siap di dalam."
"Hmm." Bryant membuka pintu dan kembali menggendong Ara tanpa menatap wajah Ara meskipun sesaat.
Keempat sosok itu memasuki lift bersama, Oci dan paman Alkan di belakang, Bryant yang menggendong Ara di depan. Satu flat apartemen Anggrek menjadi tempat Bryant untuk menenangkan diri dan hanya paman Alkan serta Oci yang tahu tempat itu. Setelah melakukan pemindaian retina, pintu apartemen terbuka.
Mewah dengan banyaknya dinding kaca, dari pintu masuk langsung disambut ruang tamu minimalis dan berseberangan dengan ruang makan. Bryant meletakkan Ara didalam kamar tamu, dan kembali ke ruang tamu untuk melakukan rencana selanjutnya. "Kapan penghulu datang?"
"Sebentar lagi, tapi wanita itu masih pingsan." tukas paman Alkan mengingatkan.
Bryant memberikan kode pada Oci, Oci mengangguk dan bangun dari tempatnya. Langkah kaki wanita rambut sebahu itu berjalan memasuki kamar tamu, dimana Ara berada. Dalam hitungan menit, suara panggilan Oci terdengar. Paman Alkan dan Bryant menyusul.
"Silahkan tuan. Saya permisi." tutur Oci dan bergerak dari tempatnya, namun Ara menahan tangan Oci dengan gemetar.
Melihat itu, Bryant mengangkat tangannya agar Oci tetap bersama calon istri sirinya. "Paman berikan kontrak itu padanya!"
Paman Alkan berjalan mendekati ranjang dan menyodorkan map hitam ke Ara, Ara hanya menatap tanpa paham maksud dari pria paruh baya ataupun orang-orang baru yang ada di sekitarnya itu. "Kalian siapa? Dimana aku?"
"Kamu bisa membaca? Baca map ini!" perintah paman Alkan.
Oci membantu menerima map dan membukanya, membiarkan Ara membaca tanpa perlu memegang map dengan tangan yang gemetar. Mata Ara membulat sempurna, mata coklat Ara terlihat jelas sendu dan terkejut. "Saya……"
"Pilihanmu hanya dua, menjadi istri siri atau menjadi wanita malam!" tukas Bryant dengan tekanan.
Belum usai sesak dan rasa sakit di hatinya. Kini hidupnya terjun bebas ke dasar jurang yang dalam. Belum genap satu jam dari dirinya diceraikan dan dikhianati, kini hidupnya sudah masuk ke hubungan tanpa kejelasan. Tapi jika tidak menikah dengan pria yang membayar tubuhnya. Sanggupkah dirinya menjalani hidup sebagai wanita malam? Melayani berbagai jenis pria hidung belang.
"Aku siap menikah dengan anda." Ara memejamkan mata setelah mengucapkan kalimat pemberontakan dari dalam hati kecilnya.
Paman Alkan memberikan pulpen pada Ara dan menunjukkan tempat Ara untuk tanda tangan. Tangan gemetar Ara mencoret kertas perjanjian hitam diatas putih. Coretan terakhir tinta, membuat Ara pasrah. Hidupnya tak ubah seperti boneka. Setidaknya, dirinya tidak harus melayani banyak pria setiap malam. Kehormatannya masih tersisa, meskipun menjadi istri siri seorang pria asing.
Persetujuan Ara, membuat Bryant tersenyum di balik topeng. Kedua pria itu keluar dari kamar tamu dan membiarkan Oci menyiapkan mempelai wanitanya. Setelah menunggu tiga puluh menit, Oci keluar bersama Ara dengan penampilan sederhana. Balutan kebaya putih lengan pendek dan rambut tersanggul seadanya, wajah dengan riasan tipis.
"Bisa kita mulai?" tanya Bryant dan masih memakai topeng.
Oci membiarkan Ara duduk di samping Bryant. Suasana tampak tegang dengan hawa dingin menyebar. Pak penghulu memulai do'a sebelum melakukan pernikahan dan menjabat tangan Bryant dengan kuat. "Saya nikahkan dan kawinkan ananda Bryant Angkasa Putra dengan saudari Ayesha Ramadhani binti Machmud dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sepasang cincin emas dua puluh karat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Ayesha Ramadhani binti Machmud dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Bryant mengikrarkan janji suci dan menghentakkan tangan penghulu.
"Bagaimana saksi? Sah?" tanya pak penghulu.
"Sah……"
Ucapan para saksi yang terdiri dari empat orang, membuat Ara sadar dari fikirannya. Berfikir semua yang terjadi hanyalah mimpi, tapi semua yang terjadi adalah nyata. Setelah ditalak, kata sah terdengar seperti cambukan di dalam kehidupan Ara.
"Mulai hari ini kamu tinggal disini dan jangan pernah keluar dari pintu itu! Semua keperluan mu sudah tersedia, jika membutuhkan sesuatu hubungi Oci." Bryant memberikan ultimatum setelah satpam, pak penghulu keluar dari Apartemen miliknya.
Aku terjatuh begitu dalam, cinta yang ku agungkan menjadi ledakan. Bagaikan hidup tanpa jiwa dan menjadi boneka. Semua mempermainkan ku tanpa perasaan, sesak sakit dan lukaku tak lagi terobati.
Semua orang meninggalkan Ara didalam apartemen, Oci mengantarkan paman Alkan kembali ke rumah dan Bryant memilih menuju salah satu tempat terbaik di lingkungan apartemennya. Sebuah club yang pastinya hanya di huni para pemilik apartemen. Tanpa peduli sinar mentari yang masih terbit, Bryant memasuki club.
Kegalauan Bryant terlihat dari caranya memainkan gelas wine di tangannya, bahkan mencoba menghubungi istrinya berulang kali. Tapi satu panggilan darinya tak terjawab meskipun hanya lima detik. Hampir tiga jam Bryant hanya duduk dan melakukan satu hal, yaitu mencoba berbicara dengan Hazel. Kesabaran Bryant telah habis. "Bro, wine!"
Dengan banyaknya minuman, Bryant menghilangkan beban hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Isma Ismawati
Like&bunga meluncur😍
2023-01-22
0
@Ani Nur Meilan
Walau dinikahi secara siri semoga nanti Bryant bisa jatuh cinta sama Ara..
2022-12-29
1
Deniayu ajah⚞⚟🧕🤑💦
hazel mungkin selingkuh wajar saja kalo Bryant nyari istri lagi tapi semoga Bryant jadi cint ke ara
2022-12-29
1