"Awas saja wanita sial@n itu berani masuk ke rumah ini!" tukas si pria setelah melepaskan rasa hausnya.
Inem menatap pria di seberang sana dengan tatapan bingung. Pasalnya baru kali ini, pria yang dikenal sebagai adik tuannya memasang wajah dingin di dalam rumah.
"Tuan, ada apa?" tanya Inem spontan, membuat pria itu mengalihkan tatapan matanya melihat siapa yang bertanya.
Alkan tak menjawab, tapi amplop coklat dengan lembaran putih di atas meja menarik perhatiannya. "Berikan itu padaku, Nem!"
"Ini Tuan?" Inem menunjukkan kiriman paket yang berisikan foto panas menantu sang majikan, membuat Alkan mengulurkan tangannya. "Tuan, ini paket untuk Tuan besar....,"
"KEMARI KAN saja! Aku akan berikan pada kakak." ujar Alkan.
Inem menunduk seraya menyerahkan amplop dengan foto di atasnya dengan tangan gemetar. Bukan hanya terkejut dengan suara ngegas adik sang majikannya saja, tapi tatapan mata Alkan sangat menusuk.
"Pergilah! Lakukan pekerjaanmu." tukas Alkan setelah menerima amplop yang ternyata adalah paket untuk nya, tapi kata Inem paket itu untuk Bang Angkasa.
"Nem, tunggu!" seru Alkan menghentikan langkah sang pelayan.
"Iya, Tuan, ada apa?" tanya Inem bingung.
Alkan berjalan menghampiri Inem, membuat pelayan itu meremas ujung seragam kerjanya. Reaksi takut sang pelayan menyadarkan Alkan akan sikapnya yang berlebihan.
"Tenang, Nem. Maaf tadi membentak mu, aku cuma mau tanya. Apa Bang Angkasa sudah melihat semua foto ini?" Alkan menunjuk amplop ditangan kanannya.
Inem mengangguk. Sedangkan Alkan langsung meninggalkan tepatnya berdiri dengan langkah cepat menuju kamar sang kakak.
"Ada apa dengan Tuan Alkan, ya?" gumam Inem menatap punggung pria dewasa yang terlihat tegang dengan jalan terburu-buru.
Sementara di tempat lain, tepatnya di bandara pulau dewata bali. Sepasang kekasih baru saja keluar dari lobi, dan berdiri di depan bandara dengan satu koper berukuran sedang. Penampilan keduanya rapat dengan mantel berbulu, kacamata hitam, masker dan juga topi hitam.
Sebuah mobil sedan putih berhenti di depan mereka, lalu kaca sang sopir diturunkan. Sebuah lambaian tangan keluar, membuat cincin batu akik merah terkena pantulan sinar matahari.
"Ayo masuk!" ajak sang sopir.
Sepasang kekasih itu berjalan mendekati mobil, lalu membuka pintu dan masuk. Tatapan mata yang fokus ke spion tengah memastikan penumpang aman, membuat sang sopir menaikan kaca mobil setelah posisi semua orang sudah pada tempatnya.
"Villa? Mansion? Hotel?" tanya sang sopir.
"Villa Matahari!" jawab seorang pria di kursi belakang seraya melepaskan topi, kacamata dan mantel berbulu nya.
Sang sopir memberikan acungan jempolnya tanda siap. Namun, melihat bagaimana wanita di samping pria di kursi penumpang yang masih saja betah memakai pakaian rapat. Sungguh gamam bibirnya untuk tidak berkomentar. "Bro, apa istrimu tidak kepanasan? Aku yang lihat saja panas."
Pria di kursi penumpang melirik ke sampingnya. Benar saja istri sirinya masih diam dan mematung. "Ara, lepaskan saja mantel, kacamata dan topi mu! Dia dokter Samuel, dokter yang akan selalu memantau keadaan mu."
Ara mengangguk dan menuruti permintaan Bryant. Sedangkan dokter Samuel sudah menyetir dan fokus ke jalanan. Hingga lirikan matanya tak sengaja melihat wajah anggun penuh kelembutan Ara.
Ya ampun, nasib sahabatku sangatlah mujur. Istri pertama model terkenal, dan istri keduanya bagaimana permata murni. Kenapa tidak menjadi istriku saja ya? Eh Muel, sadar diri! Dia itu istri sahabat mu.~batin Samuel seraya menggelengkan kepalanya.
Bryant melihat reaksi Muel. Kekaguman dokter muda itu terlihat jelas dari tatapan mata nya.
"Ekhem! Ingat tunangan mu, Muel." sindir Bryant, menghadirkan kekehan kecil sang dokter.
"Tuan, kita akan kemana?" tanya Ara pelan.
Bryant mengalihkan perhatiannya ke Ara. "Villa pribadiku, dan bangunan ini baru ku bangun dua bulan lalu. Tenang saja, disini ada dokter Samuel. Hanya saja, setelah melakukan pemeriksaan dan pekerjaan. Aku akan kembali ke Jakarta. Apa kamu tidak apa....,"
"Aku bisa jaga diriku, Tuan." potong Ara menundukkan kepalanya.
Tautan jemari wanita itu jelas menggambarkan kegelisahan dan keraguan. Perlahan Bryant menggenggam tangan Ara, membuat istrinya mendongak menatap ke arahnya. Pemandangan semanis itu, diam-diam Muel abadikan dengan ponsel pintarnya.
Klik!
"Nananana, senangnya aku menjadi obat nyamuk." sindir Muel, membuat Ara dan Bryant salah tingkah.
"Muel, kapan pernikahan mu dilangsungkan?" tanya Bryant mengalihkan suasana agar mencair.
Samuel menatap ke jalanan, ntah apa yang terjadi. Namun, diamnya dokter itu terlalu aneh baginya. Bagaimana bisa dokter yang terkenal dengan pria periang tiba-tiba menjadi pendiam? Pasti ada yang terjadi, tapi apa?
"Sepertinya kamu tidak mau menjawab. Aku akan telpon Jessi saja," Bryant mengambil ponsel dari saku celananya.
Baru saja ingin membuka kunci layar, Samuel menghela nafas panjang. "Tidak perlu! Biarkan dia bahagia dengan pilihannya."
"Apa maksudmu?" tanya Bryant menatap punggung Samuel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
wah bisa di tikung nich . kesempatan emas udah di depan mata 🤣🤭
2023-01-04
0
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
pasti malu lah mereka 🤣🤣
2023-01-04
1
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
tuh Samuel aja tertarik sama istrimu, kamu aja yang bodoh Bryant
2023-01-04
1