Istri Siri Tuan Bryant
Akbar menaruh telapak tangan kanannya di atas kepala sang istri dan melepaskannya setelah memberikan senyuman manis. "Ini rumah barumu. Mulai detik ini, aku Akbar Wijaya mengharamkan Ayesha Ramadhani menyentuh raga ku. Ku jatuhkan talak tiga untukmu!"
Bruug…
Tubuh ambruk dengan butiran air mata runtuh, Ara seorang gadis dengan pemikiran sederhana terkulai lemah di bawah lantai. Mata bahagianya berubah menjadi tangisan penuh luka. Tatapan nanar melayang ke arah pria berwajah oval dengan rambut ikal pemilik hatinya. "Kenapa mas Akbar memberi talak? Apa salahku? Jika Ara melakukan kesalahan. Ara minta maaf, tapi Ara mohon jangan ceraikan Ara."
Akbar tak peduli dengan deraian air mata Ara, dan memberikan isyarat pada dua preman di depan rumah susun tiga untuk mendekat. "Bawa anak baru mami. Katakan, Akbar menukar hutangnya dengan wanita baru."
"Okay bro. Ayo ikut kami!" tangan kedua preman mencengkram kedua lengan Ara dan mengangkat tubuh lemas Ara.
Ara menatap Akbar tanpa berkedip. "Kenapa?"
"Kamu hanyalah penebus hutang judi ku. Tidak lebih."
Sesak dan hancur impianku. Aku tak lebih dari dari alat pertukaran. Apa salahku selama setahun ini? Semua kuberikan, tanpa syarat. Peninggalan terakhir orang tuaku pun ludes tak tersisa demi menuruti keinginan pria di depanku ini. Lalu, hari ini dengan alasan jalan-jalan. Mas Akbar membawaku ketempat yang orang-orang menyebutnya dengan *Rumah Pojok*.
Langit siang dengan sengatan matahari, tak sepanas bara api di hatiku. Kenangan demi kenangan pernikahan harmonis kami selama satu tahun, perlahan hangus terbakar. Belum usai luka hatiku berdarah karena tusukan belati kebenaran suami tercinta ku, kini lukaku seperti tersiram air garam. Kedatangan seorang wanita dengan langkah gemulai mendekati mas Akbar.
"Sayang, sudah kan? Bisa kita pergi? Aku sangat lapar," Anggun bergelayut manja di lengan mas Akbar.
Mas Akbar merengkuh bibir Anggun dan mengecupnya posesif tanpa mempedulikan aku yang tercengang. "Anggun? Apa maksud ini? Mas Akbar itu suamiku! Kenapa kamu…"
"Suami? Mas? Katakan siapa aku!" tukas Anggun dengan tangan menjelajahi dada bidang Akbar.
Akbar menatap jijik pada Ara dan menunjuk dengan satu jarinya ke wajah sembab Ara. "Anggun Istriku! Kamu hanya penebus hutang. Apa kamu dengar? Ayesha Ramadhani, aku menikahimu demi Anggun."
Deg
"Istri? Bagaimana….." cicit Ara masih tak percaya kenyataan pahit hidupnya.
Akbar merengkuh tubuh Anggun kedalam pelukannya. Seolah menunjukkan bahwa keduanya pasangan terbaik. "Kamu itu bod0h! Naif! Dan jelek. Lihatlah penampilanmu, jika bukan karena perkebunan pria bangka itu. Sudah pasti aku tak sudi menikah denganmu!"
Jleeb
Rasa sakit tusukan demi tusukan tepat di jantung tiada hentinya menambah luka. Bagaimana bisa aku tidak tahu, sahabatku sendiri bersuamikan suamiku. Aku seperti mayat hidup, setiap kata dari bibir pria pemilik tahta hatiku menjadi serpihan kaca. Kesadaran ku semakin pudar dengan putaran keliling di kepalaku. Sakit dan semua menjadi gelap.
"Astaga pingsan," ujar seorang preman di sisi kiri.
"Bawa saja masuk! Lebih gampang kan," Akbar dengan santainya memberikan saran.
Anggun tersenyum puas dengan keadaan Ara. Selama setahun ini dirinya harus rela berbagi. Meskipun Ara istri pertama Akbar, tapi hanya dirinya yang berhak atas Akbar. Tidak seorang pun boleh memiliki miliknya. "Ayo mas. Biarkan Ara diurus duo K. Kita makan saja di cafe favorit."
"Tentu, apapun keinginanmu. Ingat malam ini pelayananmu," Akbar mencolek dagu Anggun dengan kerlingan mata.
Dua pasangan tak berhati meninggalkan rumah pojok. Duo K membawa masuk Ara dengan mudahnya. Didalam ruang tamu mami Jelita tengah kedatangan seorang tamu, membuat Duo K berhenti sejenak dan memberikan laporan. "Mamca. Ini pertukaran dari Akbar. Mau di kamar nomor berapa?"
Mama cantika yang memindai seluruh tubuh Ara tersenyum puas, tubuh putih langsing dengan rambut hitam bersemu merah, wajah imut, hidung mancung, bibir semerah cherry. Wanita di depannya sangat cocok dengan kebutuhan mendesaknya. "Lihatlah tuan, bagaimana menurut anda?"
Seorang pria dengan topeng yang duduk dengan gaya angkuh, hanya melirik sekilas dan enggan melihat dengan benar bagaimana sosok wanita yang diapit dua preman rumah pojok. "Aku hanya ingin yang masih bersih tanpa noda!"
"Dia ini bersih tuan. Hanya bekas dipakai suaminya selama setahun. Jadi tidak ada yang menjamahnya selain suaminya. Bagaimana?" jelas mami Cantika tanpa ragu sedikitpun.
"Berapa?" tanya pria bertopeng dengan tegas.
Mami Cantika tersenyum, dan mengambil sebuah catatan dari para pelanggan rumah pojok miliknya. Jemarinya sibuk menghitung, seakan yang dihitung tumpukan buku tak terkira. Pria bertopeng mengambil buku cek dari saku jasnya. Menuliskan sesuatu diatas kertas putih bercetak itu, dan menyobek selembar. Satu cek lembar dengan nominal lima milyar di letakkan di meja kaca mini.
"Tuan ini…." mata Mamca berbinar melihat banyaknya nol di belakang angka lima.
"Setujui apapun syarat ku dan tanda tangani berkas dari asisten ku nanti. Jangan bermain denganku, cek itu tak berguna tanpa tanda tanganmu diatas materai." jelas pria bertopeng dan bangun dari tempat duduknya.
Langkah kaki pria bertopeng terhenti, melirik sekilas ke Ara yang pingsan. Dengan langkah tegas, pria bertopeng menghampiri Duo K. "Lepaskan!"
"Berikan wanita itu pada tuan ini! Harganya sudah lebih dari cukup." tukas Mamca dengan santai, membuat Duo K melepaskan tubuh Ara.
Pria bertopeng dengan sigap menangkap tubuh Ara, menggendongnya ala bridal style. Keduanya meninggalkan rumah pojok dengan mobil mewah yang baru saja datang menjemput. Seorang wanita dengan pakaian bodyguard keluar dari pintu depan, membukakan pintu belakang untuk bosnya.
"Silahkan tuan," ucap bodyguard itu dengan menundukkan pandangan.
Pria bertopeng memasukkan tubuh Ara terlebih dahulu, dan ikut masuk. Pintu ditutup sang bodyguard, didalam mobil sudah ada seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi. Menyodorkan map hitam ke pria bertopeng. "Berkas seperti permintaan anda. Silahkan tanda tangan tuan."
Sejenak pria bertopeng membuka map hitam dan memeriksa setiap klausul yang tertera. Tidak akan ada yang melihat bagaimana ekspresi wajahnya di balik topeng full face itu. Satu tanda tangan dibubuhkan tanpa ragu, dan map di kembalikan pada pria paruh baya di kursi depan. "Waktumu lima menit!"
"Baik tuan."
Pria paruh baya itu keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah pojok. Waktu seakan menjadi patokan, dalam lima menit pria paruh baya sudah keluar dari rumah pojok dengan senyuman. Dan kembali memasuki mobil, bodyguard yang sejak awal menunggu di luar juga ikut masuk setelah semua berada di dalam mobil.
"Kemana tuan?" tanya bodyguard dengan tatapan lurus ke depan.
"Apartemen Anggrek," jawab pria bertopeng yang sibuk memeriksa file pekerjaan dari ponsel pintarnya.
"Tuan, bagaimana jika Tuan dan Nyonya besar tahu?" tanya pria paruh baya dengan lirik.
Pria bertopeng menghentikan kegiatannya dan menatap asisten keluarga besarnya itu. "Selama paman tutup mulut. Semua aman terkendali. Ini berlaku untukmu juga Oci!"
"Siap tuan. Tapi bagaimana dengan…."
.
.
.
.
.
...🌚🥺🥺🥺🌚🥺🥺🥺🌚...
Malem, para pembaca. Aku cuma minta satu aja, andai kalian gak suka cerita yang kusajikan. SKIP AJA.
JANGAN LANJUT BACA. GAK PP, KOK.
cuma jangan main kasih RATE KOMEN BINTANG TIGA, APALAGI SATU.
Jujur saja, seorang author nulis satu Bab itu butuh kerja keras. Saat mood lagi kacau karena masalah dunia nyata. Atau karena kesibukan yang gak bisa dipastikan. Seorang author tahu kewajiban buat update ceritanya.
Setiap karya membawa kisahnya masing-masing. Boleh banget kalian kecewa, mungkin karena cerita tidak sesuai ekspektasi kalian. Tetapi, bukan dengan memberikan rate komen bintang satu.
Seorang author bahkan harus menahan rasa kantuk, melawan penyakit mager hanya untuk melanjutkan karya yang dia buat. Aku gak melarang kalian, ketika tidak menyukai cerita ku.
ATTENTION PLEASE. JUST SKIP. NO RATE COMMENT BINTANG 1⭐ karena itu bikin PENULIS DOWN.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Nur Ain
hadir
2023-09-23
0
Laksmi Amik
baru mulai baca ..semoga bagus ceritanya
2023-08-24
1
Isma Ismawati
Baru baca bab pertama sudah suka, bunga mendarat😍
2023-01-21
0