Bryant tidak tahu, jika Ara memiliki trauma tersendiri tentang penerbangan. Tangannya terasa dingin dan tubuh gemetar. Pelukan Bryant mengurangi kegelisahan nya, meskipun tidak menghilangkan ingatan masa lalunya.
"Ibu....." gumam Ara, menggigit bibirnya.
"Hey, kamu kenapa? Tanganmu dingin sekali." tanya Bryant yang tidak sengaja menyenggol tangan Ara.
Ara menatap Bryant dengan mata sendu. "Akuu....."
"Tenanglah, Aku ada disini. Hmm." ucap Bryant.
Pelukan yang semakin erat, sedikit mengurangi rasa takut Ara. Pesawat lepas landas, dan meninggalkan kota kelahiran keduanya. Bryant menatap wajah Ara, wanita asing yang tiba-tiba menjadi istri siri dan siap melahirkan seorang anak untuknya. Ada perasaan bersalah yang menumpuk di dalam hati. Namun, keegoisan demi masa depan membuat seorang pria berpendidikan tinggi menjadi seorang pecundang.
Semua kulakukan demi istri dan kedua orang tuaku. Tapi, haruskah aku menghacurkan hidup wanita ini? Ku harap ada pilihan lain, meskipun itu hanya satu persen.~batin Bryant sambil menyelipkan surai anak rambut ke belakang telinga Ara.
Helaan nafas dengan pejaman mata, membuat Bryant lebih tenang. Ara terlelap dalam pelukan sang suami, dan perjalanan pertama keduanya menjadi perjalanan dalam diam. Sementara di tempat lain. Dimana di dalam ruangan ber-AC, seorang pria melihat satu persatu foto yang dikirim ke ponselnya. Senyuman puas terbit dengan kepala manggut-manggut.
"Akhirnya, semua bukti perlahan terkumpul. Aku tinggal menunggu beberapa bukti lagi, dan semua bisa ku bongkar." gumam pria itu.
Tok!
Tok!
Tok!
"Masuk!" Seru pria itu.
Seorang wanita membuka pintu dengan membawa beberapa file di dalam pelukannya. "Pak Al, ini file yang anda minta. Mau ditaruh mana, pak?"
"Bawa sini saja!" ujar Pak Alkan.
"Baik, pak." balas wanita itu dan berjalan mendekati meja kerja Alkan.
Empat file warna putih di letakkan di atas meja dengan perlahan. Tanpa sengaja, matanya melihat foto di dalam ponsel Alkan sekilas. "Apa masih ada lagi, pak?"
Alkan melambaikan tangan, membuat wanita itu membungkuk dan berjalan meninggalkan ruangan bosnya. Sementara Alkan masih menatap layar ponselnya dengan serius. Hingga satu panggilan masuk, membuatnya mengatur nafas. Panggilan di jawab. "Siang, mba. Ada apa ya?"
[Jangan banyak tanya, cepat ke rumah!]~ jawab dari seberang.
Alkan menggaruk kepala yang tidak gatal.
[Al! Kamu dengar mba 'kan?]~ucap dari seberang dengan suara lebih keras.
"Iya, mba. Nanti malam aku ke rumah, sekarang masih di kantor." jawab Alkan.
[Mba tunggu. Jangan coba-coba mangkir!]~ tegas dari seberang.
Mana bisa mangkir. Kepalaku bisa lepas dari tempatnya, karena kakakku sendiri. ~batin Alkan dengan senyum masam.
[Alkan Putra! Pulang sekarang!]~ seru dari seberang.
Suara yang sangat familiar. Tentu saja, yang berteriak seperti toa kan kakaknya. Kuping terasa panas, seperti terkena sambaran petir. "Aku pulang sekarang."
Alkan menutup panggilan tanpa mendengarkan jawaban dari seberang. Selain tidak ingin mendengar suara menggelegar sang kakak. Dirinya juga tidak ingin semakin memperpanjang perdebatan. Lagipula, setiap kali melakukan panggilan maka topik pembicaraan akan berakhir pada hal yang sama.
"Sebaiknya aku pulang, biarkan aku urus pekerjaan nanti malam saja." Alkan mematikan dan menutup laptop, menyambar jaket serta empat file diatas meja.
Langkah kakinya berjalan meninggalkan ruangan. Senyuman ramah selalu menghiasi bibir pria lajang itu. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat seorang wanita sexy dengan pakaian full menutup aurat di depan resepsionis. Dari arah lain terlihat seorang office boy tengah mengepel. Alkan melambaikan tangan pada pria berseragam biru itu, membuat si OB menghampirinya.
"Iya, Tuan?" tanya si OB.
Alkan menunjuk ke arah resepsionis. Dimana seorang wanita tengah berdebat dengan karyawan yang baru magang. "Tabrak wanita itu, dan tumpahkan air pel ke pakaiannya!"
Pria berseragam biru menatap Alkan tidak percaya, tapi hanya sesaat sebelum akhirnya menunduk pasrah. "Tapi, itu kan...."
"Akan kukirim bonus untukmu. Lakukan saja tanpa sungkan, paham?!" tukas Alkan menepuk pundak si OB.
"Baik, Pak. Saya permisi." pamit si OB dan berjalan menuju seember air pel yang sudah keruh dan pastinya sangat kotor.
Alkan memilih berdiri ditempat yang strategis dan memulai rekaman life show pertunjukan yang pasti dapat digunakan suatu hari nanti. Si OB berjalan mendekati meja resepsionis, dengan taktik yang lucu. Pria seragam biru itu, berakting seperti terpeleset dan menjadikan wanita di depan resepsionis sebagai pegangan. Alhasil ember di tangan kiri si OB terlepas dan tumpah ke lantai dengan mengguyur sebagian celana dan sepatu heels si wanita.
Plaak!
Satu tamparan keras mendarat sempurna di pipi si OB. Wajah memerah dengan tangan mengepal, membuat aura di sekeliling si OB memanas. "KAU! Kurang ajar sekali...."
"Ekhem! Ada apa ini?" Alkan keluar dari tempat persembunyian dan menghentikan ucapan kasar wanita itu.
Wajah memerah berubah menjadi wajah memelas dan manja. Wanita itu menghampiri Alkan. "Paman, lihatlah. Apa yang dilakukan OB itu, pecat saja dia. Tidak becus kerja...."
"Maaf, siapa kamu? Ingat, perusahaan ini milik keluarga ku, bukan keluarga mu. Bryant tidak di kantor, pulanglah!" Alkan mengusir Hazel dengan sindiran.
Hazel menghentakkan kaki dan cemberut. "Paman ini, Aku kan istri Bryant, jadi...."
"Jadi? Layani suamimu, bukan pria lain." tukas Alkan dan berjalan meninggalkan Hazel.
Langkah kaki Alkan menjauh, sedangkan Hazel menahan emosinya dan mencoba mencerna apa yang di ucapkan paman suaminya itu. Hingga satu pernyataan dari paman Alkan, membuat kesadarannya kembali. "Pamaaan....." panggil Hazel dan bergegas menyusul keluar kantor.
Pluk!
"Eh copot, Kau ini. Ada apa?" tanya si OB.
"Lah, malah nanya. Harusnya aku yang tanya, ada apa? Untung si bos dateng, kalau gak...." cerocos si mbak resepsionis.
Si OB menatap si mbak resepsionis dengan masam. "Udah? Aku mau kerja lagi, jangan kepo urusan orang. Nanti kena azab, baru tahu rasa."
Setelah berkata sesuka hatinya. Si OB berjalan meninggalkan mbak resepsionis. "Eh kamu, ini pel lagi!"
Bukan jawaban, hanya jemari di angkat dengan simbol okay. Meninggalkan kedua karwayan itu. Di parkiran terjadi perdebatan. "Keluar!"
"Ayolah, aku juga mau pulang. Apa salahnya jika paman mengantarku dulu? Tidak ada kan." Hazel memasang sabuk pengaman dan bersikeras tetap di dalam mobil.
Alkan menjambak rambutnya sendiri dan berpikir cepat mencari jalan keluar. "Okay, tapi ada syaratnya. Bagaimana?"
"Paman perhitungan banget, apa syaratnya?" tanya Hazel dengan kedipan mata.
Bukan bahagia, tapi jijik. Bagaimana bisa istri keponakannya bersikap seperti wanita penggoda. "Duduk dibelakang!"
"Yang benar saja....."
"Yes or no?" tegas Alkan.
Hazel melepaskan sabuk pengaman dan memilih berpindah tempat kebelakang tanpa keluar mobil. Alkan hanya bisa menatap tanpa ekspresi. Wanita itu terlihat pasrah, tapi juga licik.
Kuharap semua berjalan baik. Termasuk program kehamilan kalian. Harapanku hanya pada wanita itu, bukan wanita bermuka dua seperti siluman yang bersamaku. ~batin Alkan dan masuk ke dalam mobilnya.
Hazel selalu mencuri pandang pada pria seumuran papa mertuanya itu. Memang Alkan sudah berumur, tapi masih single dan penampilannya tidak jauh berbeda dari Bryant. "Paman, apa tidak mau menikah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️
Idih menjijikan si hazel , ntar jgn nyesel loe bryant udah tahu sifat sebenar hazel 😏
2022-12-29
1
manusia( ̄ヘ ̄;)ᴍ֟፝ᴀ💙♡⃝ 𝕬♡
jngn jdi seorang pecundang hanya untuk msa dpn mu tpi mnghncrkn hdp ssrng
2022-11-23
0
manusia( ̄ヘ ̄;)ᴍ֟፝ᴀ💙♡⃝ 𝕬♡
uwaaa hrs ad kta hm ny gtu 🙈
2022-11-23
0