Raka dan Bima berdiri dalam diam. Mereka sibuk dengan pikirannya masing - masing. Walau mereka tidak terlalu dekat, tapi Bima ingin keputusan Raka saat ini adalah yang terbaik untuknya.
"Aku harap keputusan yang kamu ambil ini tepat dan gak ada yang terluka." Kata Bima menatap lurus ke depan.
Raka memperhatikan arah pandangan Bima. Raka belum bisa mencerna maksud dari kata - kata Bima. Saat itu Embun berjalan mendekat ke arah mereka.
"Mas Bima, Raka. Kalian berdua ngapain di sini?" Tanya Embun.
Bima mendekati Embun dan tiba - tiba menjewer telinganya.
"Aduh - aduh mas Bima, lepasin. Malu tahu dilihat banyak orang." Embun berusaha melepaskan tangan Bima di telinganya.
"Kamu sendiri ngapain di sini. Berduaan lagi. Dia siapa?" Bima menunjuk Brian dengan dagunya.
"Kami gak ngapa - ngapain kok. Tanya sendiri sama Brian. Lepasin dong." Embun merengek pada Bima.
Bima melepaskan tangannya. Kemudian dia menatap Brian tajam. Sedangkan Brian santai saja mendapat tatapan seperti itu. Embun menggandeng lengan Bima karena melihat suasana yang tidak mengenakkan itu.
"Mas Bim, kenalkan ini Brian. Dia teman sekelas aku dan juga sepupu Vania tunangannya Raka." Embun mengenalkan Brian.
"Oh jadi kamu yang namanya Brian. Dia orang yang disuruh ayah nikahin kamu kalau mau ngajak kamu liburan ke Bali kan?" Bima berkata dengan santainya.
Embun kaget mendengar perkataan kakaknya. Dia langsung menutup mulut Bima dengan tangannya.
"Ha ha ha, mas Bima memang suka bercanda." Embun tertawa canggung.
"Raka, Brian. Kami pulang dulu ya. Dah." Tanpa menunggu jawaban mereka berdua, Embun menyeret kakaknya pergi menjauh. Dia sangat malu dan juga kesal pada ulah kakaknya.
Brian tersenyum mendengar perkataan Bima tadi. Dia menatap Raka dan berjalan pergi.
"Ada hubungan apa kamu sama Embun." Langkah Brian terhenti karena pertanyaan Raka.
Brian berbalik dan menatap tajam Raka.
"Kamu sudah dengar sendiri tadi." Jawab Brian
"Aku adalah orang yang gak akan buat Embun menangis." Lanjut Brian dengan nada yang serius.
Setelah berkata seperti itu, Brian pergi meninggalkan Raka.
Raka hanya menatap Brian yang pergi menjauh.
...***********...
Sesampainya di rumah, Embun langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Hari ini dia benar - benar lelah. Setelah mandi dan berganti baju, Embun duduk di meja belajarnya. Embun mengambil pigura di meja belajarnya dan memandangi foto di dalamnya.
"Semua sudah berakhir. Ternyata sampai kapanpun aku hanya akan jadi bayanganmu." Embun mengusap foto itu.
Tak terasa air mata Embun menetes. Dia ingin meluapkan kesedihannya yang sedari tadi ia tahan. Selama di acara pertunangan tadi, Embun berusaha terlihat bahagia. Padahal hatinya benar - benar sakit.
Tok tok tok
Mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya, Embun meletakkan foto ke tempatnya semula dan menyeka air matanya. Dia tidak mau orang di balik pintu itu tahu kalau Embun habis menangis.
Embun membuka pintu. Dan terlihat ibu tersenyum membawa sepiring martabak telur kesukaannya.
"Kenapa pulang duluan. Ini tadi di jalan ayah beli martabak buat Embun." Bu Lastri menyerahkan piring berisi martabak pada Embun.
"Makasih ibu." Embun mencium pipi ibunya.
"Ibu boleh ngomong sama Embun?" Tanya bu Lastri.
"Ibu mau ngomong apa?" Tanya Embun penasaran.
Embun dan ibunya duduk di sisi ranjang. Bu Lastri menggenggam tangan Embun lembut.
"Apa yang sekarang Embun rasain?" Tanya ibunya menatap Embun lembut.
"Maksud ibu apa? Embun gak ngerti." Embun bingung dengan pertanyaan ibunya.
"Pura - pura bahagia itu butuh banyak energi lho." Kata bu Lastri.
Mendengar itu Embun langsung memeluk ibunya dan menangis. Bu Lastri mengelus punggung Embun.
"Menangislah sampai kamu puas. Dan buat ini adalah hari terakhir kamu mengeluarkan air mata. Besok kembalilah menjadi anak ibu yang ceria. Embun maukan?" Kata bu Lastri.
Embun menatap ibunya dan mengangguk. Dia kembali memeluk ibunya dan menangis terisak.
Embun melepaskan pelukannya saat tangisannya berhenti. Bu Lastri tersenyum menghapus sisa air mata di wajah Embun.
"Ibu minta Embun sedikit menjaga jarak dengan Raka. Ibu gak mau tunangannya salah paham pada kedekatan kalian. Kamu dan Raka sudah tidak bisa seperti dulu lagi, ada banyak hati yang mesti kamu jaga." Kata bu Lastri panjang lebar sambil merapikan rambut Embun yang berantakan.
"Apa Embun bisa bu?" Tanya Embun sedih.
"Ibu percaya Embun pasti bisa. Memang tidak mudah untuk melupakan cinta pertama, tapi seiring berjalannya waktu Embun pasti bisa melupakan Raka. Anggaplah Raka hanya sebagai sahabat, karena itu yang terbaik untuk semua orang."
"Ngomong - ngomong, sepertinya Brian anak yang baik." Goda bu Lastri.
" Ibu apaan sih. Kita kan cuma temenan." Embun cemberut.
"Sekarang emang temenan, siapa tahu ntar jadi gebetan." Bu Lastri menggoda Embun lagi.
" Udah ah Embun mau istirahat." Kata Embun.
"Ya udah ibu keluar. Itu martabaknya dimakan." Bu Lastri beranjak keluar kamar.
"Eh Mbun, kamu gak jadi liburan ke Bali sama Brian." Bu Lastri berbalik dan bertanya.
"Ibu!!" Embun kesal terus saja digoda ibunya.
Bu Lastri tertawa dan keluar dari kamar Embun.
...***********...
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan semester. Karena Embun sudah kelas 3, berartu ini adalah semester terakhir untuk Embun. Dia dan teman - temannya sudah harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional.
Embun masuk kelas dengan wajah ceria. Embun langsung memeluk Dewi dengan erat. Dia tentu saja rindu dengan temannya itu. Karena selama liburan semester mereka tidak bertemu.
"Embun lepasin!" Dewi berusaha lepas dari pelukan Embun. Tapi Embun malah tambah mempererat pelukannya.
"Aku kangen banget sama kamu." Embun menghujani pipi Dewi dengan ciuman.
Dewi menahan kepala Embun dengan tangannya. Kemudian mengambil paperbag dari laci dan memberikan pada Embun.
"Duuhh baik banget sih." Embun mencubit kedua pipi Dewi.
Dewi memutar bola matanya malas. Dewi sangat hafal kebiasaan Embun bila dia baru pulang liburan.
"Liburan kemana saja? Gak ngasih kabar sama sekali?" Dewi bertanya.
"Di rumah aja." Jawab Embun singkat. Dia sedang sibuk membuka oleh - oleh dari Dewi. Kali ini Dewi memberi Embun cokelat, karena dia baru liburan dari Swiss.
"Mbun, aku dengar Raka tunangan ya?" Tanya Dewi pelan. Dia penasaran dengam reaksi Embun.
Embun hanya menjawab dengan anggukan. Dia kembali sibuk dengan cokelat di depannya.
"Kamu gak apa - apa?"
"Lah emangnya aku kenapa?" Embun balik bertanya.
"Bukannya kamu.." Dewi tidak melanjutkan kata - katanya.
"Aku cuma bayangan yang selalu ada di belakangnya." Jawab Embun tersenyum.
"Embun.." Mata Dewi sudah terlihat berkaca - kaca.
"Udah gak usah melow gitu. Ntar ngemall yuk." Ajak Embun.
"Oke. Ntar aku traktir kamu makan sepuasnya." Kata Dewi.
"Sip." Jari Embun membentuk huruf O.
"Wi, tolong rahasiain soal pertunangan Raka ya." Pinta Embun.
"Bukan hanya soal pertunangan Raka, tapi soal perasaan kamu juga jadi rahasia kita berdua." Jawab Dewi memeluk Embun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments