Raka memasuki kelas dan mencari keberadaan Siska. Siska yang sedang ngobrol dengan temannya sangat senang saat melihat Raka mendekatinya.
"Sis, aku mau ngomong sama kamu." Kata Raka dengan nada yang dingin.
"Kamu mau ngomong apa? ngomong aja sekarang." Jawab Siska dengan nada yang manja.
Raka yang sebenarnya muak mendengar kata-kata Siska, hanya bisa menahan kekesalannya.
"Sebaiknya kita bicara di luar saja!" Raka berbicara dengan penekanan, agar Siska mau menuruti kata-katanya.
Seisi kelas yang mendengar itu, langsung menggoda Siska. Bukan rahasia lagi kalau selama ini Siska menyukai Raka.
"Cieeeee, bentar lagi ada acara makan-makan nih." Goda salah satu teman Siska.
Mendengar itu hati Siska sudah berbunga-bunga. Dia berpikir hari ini Raka akan menyatakan perasaannya.
"Ayo Ka, kita mau bicara dimana?" Tanya Siska.
" Ayo ikut aku!" Jawab Raka sambil berlalu meninggalkan kelas. Siska pun mengikuti Raka di belakang.
Raka berjalan sampai ke belakang sekolah, Siska mengikuti dengan hati yang riang. Sesampainya di tempat yang dituju, Raka berkata kepada Siska.
"Aku harap kamu gak usah ganggu Embun lagi, ini peringatan pertama dan terakhir aku!" Tegas Raka, dia tidak mau sikap diamnya selama ini disalah artikan oleh Siska.
"Apa maksud kamu Ka, aku gak ngerti?" Jawab Siska pura-pura di depan Raka.
Raka menghembuskan nafasnya dan menjawab, "Aku sudah tahu Sis, kalau kemarin kamu dan temen-temen kamu itu mengeroyok Embun kan?"
"Itu fitnah Ka, Embun bohong sama kamu." Kilah Siska.
"Aku tahu Embun gak mungkin bohong. Aku peringatin kamu Sis, kalau hal ini sampai terjadi lagi jangan salahin aku kalau aku bertindak keras ke kamu."
"Raka, kenapa kamu jahat ke aku. Kamu tahu kalau aku suka sama kamu." Kata Siska sambil menangis, dia berpikir Raka akan luluh melihat air matanya.
"Simpan saja air matamu Sis, aku harap kamu dengar kata-kata aku tadi!" Setelah berkata begitu, Raka langsung pergi meninggalkan Siska.
Siska yang tidak terima berusaha menahan kepergian Raka dengan menarik tangan Raka.
"Lepasin!!!" Raka berkata sambil melepas tangan Siska dengan kasar.
Siska pun terjatuh karena hentakan tangan Raka, tapi Raka yang melihat itu hanya diam dan berlalu pergi.
"Raka, aku gak terima kamu perlakukan aku kaya gini. Aku akan balas kamu Ka." Teriak Siska.
Raka tidak menghiraukan teriakan Siska dan kembali ke kelas.
...*********...
Embun yang sedang membaca novel di kelas, langsung menutup telinga mendengar teriakan Dewi.
"Embuuunnn, kamu gak apa-apakan?" Tanya Dewi sambil menggoyang-goyangkan bahu Embun.
"Dewi, kamu apa-apaan sih? kamu lihat sendirikan, tubuh aku masih utuh masih bernafas juga." Kata Embun sambil menghembuskan nafasnya ke arah Dewi .
Dewi yang mendapat serangan mendadak itu, langsung melepaskan Embun dan menutup hidungnya.
"Hiihhh, jorok kamu Mbun. Kebiasaan." Kesal Dewi pada Embun.
Embun hanya tertawa melihat Dewi yang kesal.
"Hahahaha, lagian kamu datang-datang langsung heboh. Eh maaf ya kemarin aku gak jadi nganter kamu beli kado." Sesal Embun.
"Gak apa-apa kok, santai aja. Kemarin aku dah dapat kado buat mama aku" Jawab Dewi.
Lanjut Dewi, "Memangnya kamu kemarin kemana, Raka sampai panik nyariin kamu. Kamu gak diganggu gengnya Siska kan?"
Embun pun menceritakan kejadian kemarin pada Dewi. Dewi yang mendengar cerita Embun menjadi emosi dan tanpa sadar menggebrak meja.
Brak
"Beraninya mereka main keroyokan, ayo Mbun kita temuin mereka. Aku gak terima mereka lakuin itu sama kamu." Dewi berkata dengan berapi-api.
"Udahlah Wi, gak usah cari masalah. Aku malas ribut masalah cowok. Gimana sepulang sekolah kita nonton di bioskop saja?" Embun berusaha untuk meredakan amarah Dewi.
Dewi yang mendengar ajakan Embun melupakan amarahnya dan mengiyakan ajakan temannya itu.
"Oke, kali ini aku nurut ama kamu.Tapi kalau Siska berulah lagi, kita balas. Gimana?" Ajak Dewi.
"Iya iya, lain kali kita bikin dia jadi dendeng." Jawab Embun.
Dewi pun tertawa, dan memeluk erat Embun.
"Sudah jadi Teletubiesnya? minggir, aku mau lewat." Kata suara di belakang mereka.
Embun dan Dewi yang mendengar suara itu langsung menoleh kearah suara. Setelah melihat siapa pemilik suara, mereka kompak tertawa dan melepaskan pelukan.
Merekapun kembali ke tempat duduk mereka. Sedangkan Brian menatap mereka dengan tajam dan duduk dibangkunya.
"Tolong rahasiain kejadian kemarin ya." Pinta Embun pada Brian.
Tetapi Brian tidak menghiraukan perkataan Embun. Dia malah memakai headset dan mendengarkan musik dengan hpnya.
Embun kesal melihat kelakuan Brian, tapi dia cuma bisa mengepalkan tangannya di depan Brian yang memejamkan matanya.
"Huft sabar-sabar." Kata Embun sambil mengelus dadanya.
"Biarin aja Mbun, capek sendiri kamu ngadepin Brian. Untung ganteng." Kata Dewi sambil senyum-senyum ke arah Brian.
"What, kaya gitu kamu bilang ganteng? perlu periksa ke dokter tuh." Jawab Embun yang tidak setuju dengan perkataan Dewi.
Dewi yang tidak terimapun menjawab, "Enak aja, kamu tuh yang perlu periksa. Kalau perlu pakai kacamata kuda, biar gak bisa lihat orang ganteng sekalian." Dewi menjawab sambil meledek dengan menjulurkan lidahnya ke arah Embun.
"Kamu tuh..." Belum selesai Embun bicara, kata-katanya sudah terhenti karena ada yang menarik pelan rambutnya.
"Kalian bisa diam gak?!!" Kata Brian yang merasa terganggu dengan pertengkaran Embun dan Dewi.
"Iya iya kita diam, tapi lepasin dulu rambut aku." Pinta Embun.
Brian pun melepaskan rambut Embun, tapi masih menatap dengan tatapan yang setajam silet.
"Aduhh,,Wi ntar sebelum ke bioskop anterin aku potong rambut ya? Botak lama-lama kepala aku kalau rambutku ditarik trs." Pinta Embun pada Dewi.
"Hahahaha, siap-siap." Kata Dewi sambil mengacungkan jempolnya.
Pembicaraan mereka terhenti karena suara bel masuk, dan setelah itu masuk juga bu Tika.
...*******...
Saat jam sekolah berakhir, Raka datang ke kelas Embun. Dia bermaksud mengajak Embun pulang bareng.
"Mbun, ayo pulang bareng aku." Ajak Raka
" Maaf Ka, aku mau pergi ma Dewi. Kamu pulang sendiri saja ya."
"Kalian mau kemana?" Tanya Raka.
"Ada aja. Kamu gak perlu tahu, ini urusan cewek. Yuk Mbun." Jawab Dewi pergi sambil menarik Embun.
Raka yang tidak mau kejadian kemarin terjadi lagi langsung mengejar mereka berdua. Dewi yang tahu Raka mengejar, menghentikan langkahnya kemudian berbalik.
"Sudah kamu pulang sana, Embun aman sama aku. Kalau ada yang berani macam-macam kita lawan ya Mbun." Jawab Dewi.
"Heem, Udah kamu tenang saja. Dah Raka." Embun pergi sambil melambaikan tangannya.
Raka sudah tidak bisa mencegah kepergian Embun, dia hanya berharap semoga Embun baik-baik saja.
...**********...
Embun dan Dewi sudah sampai di salon, memang rencananya Embun akan potong rambut dulu sebelum nonton di bioskop. Sedangkan Dewi memilih melakukan creambath. Mereka tidak perlu mengantri, karena Dewi sudah booking tempat dulu karena itu adalah salon langgan mamanya.
Embun pun puas melihat hasil potongan rambutnya. Dia sengaja memotong pendek rambutnya. Kini penampilan Embun lebih segar, dengan rambut pendek sepundak dan jugi poni.
"Wih kamu sekarang jadi cantik Mbun." Puji Dewi melihat penampilan Embun.
"Memangnya selama ini aku gak cantik? Tapi kata ibu aku, aku tuh anaknya yang paling cantik lho." Embun berkata dengam pedenya.
"Ya iyalah kamu paling cantik, wong anak ceweknya cuma kamu. Emang mas Bima juga cantik? Dasar kamu." Dewi menoyor kepala Embun.
Embun menjulurkan lidahnya mendengar perkataan Dewi.
" Udah yuk, jadi nonton gak nih." Ajak Dewi sambil melihat jam tangannya.
"Jadi dong, tapi jangan nonton film horor ya? Suka kaget aku kalau setannya tiba-tiba muncul." Pinta Embun.
"Iya, aku juga gak mau malu kalau di bioskop nanti kamu teriak-teriak gak jelas." Sungut Dewi
Embun cuma nyengir kuda mendengar perkataan Dewi. Mereka pun memasuki gedung bioskop, saat sedang antri membeli tiket bioskop Dewi melihat seseorang yang dia kenal.
Dewi pun menyenggol lengan Embun dan berkata, "Mbun, bukannya itu Raka? kok tu anak bisa ada di sini? Bukannya jam segini biasanya dia sedang bimbel ya?" Tanya Dewi pada Embun.
Embun melihat arah yang ditunjukkan Dewi, dia tertegun melihat pemandangan di depannya. Sekarang dia melihat Raka sedang menggandeng mesra lengan seorang gadis cantik.
Saat Embun sedang diam, Dewi memanggil Raka.
"Raka, kamu mau nonton juga?" Tanya Dewi.
Raka yang kaget melihat Embun dan Dewi hanya diam.
" Hai, aku Vania pacar Raka." Jawab Vania mengulurkan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments