Embun masuk ke rumah Raka setelah mengucapkan salam. Dia langsung masuk ke dapur mencari keberadaan bu Intan.
"Waalaikum salam, sini Embun bantuin tante bikin kue." Ajak bu Intan.
"Wah tante bikin kue apa?" Tanya Embun antusias.
"Ini tante mau bikin kue bolu kesukaan Raka." Bu Intan memasukkan adonan ke dalam loyang.
"Ternyata kue kesukaan Raka sama kaya Embun tante, jangan - jangan kita berjodoh." Gurau Embun.
"Kamu masih kecil sudah mikirin jodoh, sekolah yang pintar dulu?" Tanya bu Intan.
"Itu masalahnya tante, Embun kan sekolahnya gak pintar makanya nyari jodoh yang pintar kaya Raka." Jawab Embun santai.
"Kamu kok pintar baget sih jawabnya." Bu Intan mencubit hidung Embun gemas.
"Ih tante Intan, entar hidung Embun mancung gimana?" Embun mengusap hidungnya.
"Mana ada hidung dicubit sekali langsung mancung, kamu lucu baget sih." Bu Intan berniat mencubit hidung Embun lagi tapi tidak kena, karena Embun sudah lari dulu.
Saat Embun lari, tidak sengaja dia bertabrakan dengan Raka yang mau ke dapur. Karena tabrakan itu membuat mereka terjatuh. Embun berdiri dan berniat membantu Raka berdiri.
"Maaf Ka aku gak sengaja, kamu gak papa kan?" Tanya Embun merasa bersalah.
"Kalau di rumah gak usah lari - larian." Jawab Raka jutek.
"Maaf." Embun berkata menunduk.
Bu Intan yang melihat kejadian tadi mendekat, dan berusaha memisahkan mereka berdua.
"Sudah mama yang salah Ka, tadi gangguin Embun makanya dia lari. Lagian kamu juga gak terluka kan?" Bu Intan menengahi, dia tidak mau mereka berdua bertengkar lagi.
Raka menatap mamanya dan berlalu ke dapur. Setelah mengambil minum, dia kembali masuk ke kamar.
"Maafin Raka ya Embun, dia memang orangnya kaya gitu." Bu Intan merasa tidak enak pada Embun.
"Gak apa - apa tante, tadi memang Embun yang salah." Balas Embun.
"Ya udah, yuk bantuin tante lagi. Ntar tante bawain kamu kue yang banyak sebagai permintaan maaf tante." Kata bu Intan.
"Makasih baget tante, jadi ngrepotin tante terus." Jawab Embun.
Bu Intan merangkul pundak Embun dan mengajaknya kembali ke dapur. Dia berharap hubungan Raka dan Embun membaik, dan mereka bisa menjadi teman yang akrab.
...*******...
Di Sekolah
Terdengar bunyi bel istirahat. Dan seperti biasanya, Raka lebih memilih memakan bekalnya sendiri di kelas dari pada harus berkumpul bersama teman - temannya di kantin. Embun juga tiap hari selalu mengajak Raka makan bersama, tapi selalu ditolak oleh Raka.
Karena sifat Raka yang tidak bisa bergaul, membuat Raka tidak mempunyai teman di sekolah. Teman - temannya juga ada yang tidak suka pada Raka karena menganggap dia anak yang sombong.
Seperti kali ini, ada beberapa anak yang ingin mengerjai Raka. Saat Raka akan pulang, beberapa anak menghadang Raka. Mereka merebut tas Raka dan melemparkannya ke atas pohon yang tinggi. Setelah itu mereka pergi meninggalkan Raka sendiri.
Raka tentu saja bingung bagaimana mengambil tasnya dari atas pohon. Sedangkan dia tidak bisa memanjat pohon itu.
Saat itu Embun melihat Raka yang terdiam di bawah pohon dan menghampirinya.
"Kamu lagi ngapain di sini Ka? Tante Intan belum jemput?" Tanya Embun penasaran.
"Gak ngapa - ngapain, sudah pulang sana?" Jawab Raka singkat, dan mengusir Embun.
"Ya sudah aku pulang duluan ya." Pamit Embun.
Baru berjalan beberapa langkah, Embun berbalik dan mendekati Raka.
"Tas kamu mana?" Tanya Embun.
Tapi Raka hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Embun. Embun yang penasaran mencari tas Raka. Saat dia menoleh ke atas pohon, langsung meledaklah tawanya.
"Hahaha, jadi karena ini kamu belum pulang Ka?" Embun tertawa sambil menunjuk tas Raka yang ada di atas pohon.
Raka tambah kesal melihat Embun menertawakannya. Embun tertawa sampai air matanya keluar dan perutnya sakit. Melihat tatapan kesal Raka, Embun menghentikan tawanya.
"Maaf - maaf, mau aku bantu ambilin?" Embun menawarkan bantuan pada Raka.
"Gak usah aku bisa sendiri." Raka yang kesal menolak bantuan Embun. Raka mencari kayu yang untuk mengambil tasnya, tapi sayang kayu itu tidak cukup panjang untuk sampai ke tasnya.
Raka sampai harus melompat - lompat agar bisa mengambil tasnya, tapi usahanya sia - sia. Embun sendiri terlihat duduk santai, dan sesekali tertawa melihatnya. Akhirnya Embun berdiri dan meletakkan tasnya. Dia mengambil celana olahraga lalu memakainya. Setelah itu Embun menaiki pohon dengan perlahan.
Raka melihat itu dan sedikit khawatir. Tak berapa lama, Embun sudah sampai di mana tas Raka berada. Setelah mengambil tas milik Raka, Embun turun dengan perlahan. Tapi sebelum mencapai bawah, Embun menginjak dahan yang sudah rapuh. Akhirnya Embun jatuh dari pohon.
"Awas!!" Teriak Raka melihat Embun yang terjatuh. Raka langsung berlari mendekati Embun dan menolongnya untuk bangun.
"Kamu gak apa - apa? Mana yang terluka?" Raka bertanya. Dia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Raka sampai melihat Embun dari atas sampai bawah. Dia benar - benar merasa bersalah.
"Aku gak apa - apa." Embun berusaha untuk bangun. Tapi dia mengaduh merasakan lututnya yang sakit.
"Mana yang sakit?" Tanya Raka lembut.
"Lututku sakit." Embun melihat lututnya yang lecet dan sedikit bengkak.
"Kenapa kamu memanjat segala? Jadi beginikan?" Raka melihat lutut Embun dan meniup lukanya.
"Terima kasih." Kata Embun dengan senyumnya.
"Aku yang seharusnya berterima kasih. Ayo kita pulang." Kata Raka mengajak Embun pulang bersama.
Embun bangun dan berusaha berjalan. Tapi jalannya tertatih karena lututnya yang sakit. Melihat Embun yang kesulitan berjalan, Raka berjongkok dan menyuruh Embun naik ke punggungnya.
"Ayo naik."
"Tidak usah, aku berat." Tolak Embun.
"Cepat! kalau dipaksa jalan, lutut kamu bisa tambah luka." Jelas Raka.
Akhirnya Embun menurut dan naik ke punggung Raka.
"Lain kali hati - hati kalau manjat pohon. Aku gak mau gendong kamu lagi." Kata Raka dengan nada yang datar.
"Iya." Jawab Embun.
"Berarti sekarang kita berteman?" Lanjut Embun.
"Terserah kamu saja." Jawab Raka yang diam - diam dia tersenyum.
Mereka berdua diam saat jalan keluar sekolah. Bu Intan yang menunggu Raka terlihat bingung melihat Raka menggendong Embun.
"Ada apa Raka, kenapa kamu gendong Embun?" Tanya bu Intan khawatir.
"Ada Tarzan yang baru jatuh dari pohon ma." Jelas Raka.
Embun yang merasa dibicarakan langsung memukul punggung Raka pelan. Bu Intan tertawa juga senang melihat Raka dan Embun yang akhirnya bisa dekat.
"Embun mana yang sakit sayang?" Tanya bu Intan.
"Lututnya yang terluka ma. Kita Bawa ke dokter saja, kayaknya cukup parah lukanya ma" Jawab Raka.
Bu Intan tersenyum simpul, dia cukup kaget Raka bisa khawatir pada Embun.
"Cepat kalian masuk mobil, kita ke dokter sekarang." Ajak bu Intan.
"Gak usah tante, nanti dikasih obat merah juga sembuh." Tolak Embun.
" Kamu harus ke dokter, kalau ada apa - apa kamu gak bisa jadi Tarzan lagi. Gak bisa manjat pohon, mau kamu?" Kata berkata dengan tegas.
Embun cemberut mendengar perkataan Raka. Dia kesal terus saja dikatain sebagai Tarzan.
"Sudah - sudah ayo masuk mobil. Embun kamu nurut sama tante ya."
Embun mengangguk, dan bu Intan melajukan mobilnya ke dokter terdekat.
Sejak kejadian itu, hubungan Raka dan Embun menjadi dekat. Mereka menjadi sahabat, walaupun tetap saja sering bertengkar karena saling menjahili satu sama lain.
Flask back Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments