Tangis Embun

"Embun cepat bangun." Bu Lastri menggoyang - goyangkan tubuh anaknya itu agar bangun.

Embun membuka matanya pelan. Dia mengucek - ngucek matanya sambil menguap lebar. Bu Lastri yang berada di dekat Embun refleks menutup hidungnya. Dia langsung memukul lengan anaknya itu.

"Aduh!! Ibu ngapain bangunin Embun pagi - pagi gini?" Embun mengelus - elus lengan bekas pukulan ibunya.

"Kamu anak perawan jam segini masih tidur. Ini sudah jam 8, Cepat bangun!" Perintah bu Lastri.

"Embun masih ngantuk bu. Lagian ini juga hari libur." Embun kembali berbaring dan menarik selimutnya hendak melanjutkan tidur.

"Jangan mentang - mentang libur lalu mau bangun siang. Pokoknya cepat bangun!!" Bu Lastri menarik paksa selimut Embun.

"Iya iya." Akhirnya Embun bangun dan duduk di ranjangnya.

Melihat anaknya bangun, bu Lastri beranjak dan hendak keluar dari kamar Embun. Tapi sebelum sampai pintu, beliau berbalik dan berkata.

"Rapikan kamarmu, udah kaya kapal pecah. Awas ya kalau ibu keluar kamu tidur lagi. Nanti ibu siram kamu pake air." Bu Lastri mewanti - wanti anaknya.

"Siap ibu ratu. Hamba laksanakan." Embun menggoda ibunya dengan memberi hormat. Bu Lastri geleng - geleng melihat kelakuan anaknya itu.

Setelah ibunya keluar, dengan malas Embun bangun dan merapikan kasurnya.

Bu Lastri sedang di dapur ketika Embun menghampirinya. Embun langsung membantu ibunya menyiangi sayuran yang hendak di masak.

" Ibu mau masak apa?" Tanya Embun.

"Ibu mau masak sop ayam kesukaan ayah kamu." Kata bu Lastri.

" Mbun, kamu tahu kalau Raka sudah dijodohkan?" Lanjut bu Lastri.

"Tahu." Kata Embun singkat.

"Tapi kamu tahu gak, kalau besok Raka mau tunangan?" Tanya bu Lastri.

Embun kaget dan menghentikan kegiatannya. Dia memandang wajah ibunya.

"Tu..tunangan?" Kata Embun tergagap. Embun benar - benar kaget mendengar berita itu. Dia tidak menyangka bahwa Raka akan bertunangan dengan Vania.

Bu Lastri memperhatikan ekspresi Embun. Beliau melihat ada kesedihan di mata Embun. Walau Embun tidak pernah cerita, tapi bu Lastri tahu betul perasaan Embun pada Raka.

"Iya, besok Raka tunangan. Keluarga kita juga diundang." Jelas ibunya.

Embun terdiam, dia terlarut dalam pikirannya. Embun baru sadar ketika bu Lastri mengelus tangannya lembut. Embun memandang wajah ibunya, dia seperti ingin meluapkan perasaannya saat ini. Seakan tahu apa yang dipikirkan Embun, bu Lastri langsung memeluk anaknya dan menepuk pelan punggungnya.

Mendapat perlakuan seperti itu, akhirnya Embun tidak bisa menahan tangisnya. Dia terisak pelan dalam pelukan ibunya.

"Besok kita datang ya?" Bu Lastri membelai rambut putri kesayangannya.

Embun mengangguk dan dia semakin mempererat pelukan pada ibunya.

Bu Lastri tidak menyangka Embun akan mengalami ini. Dia tidak bisa banyak berkata - kata. Dia berharap pelukannya ini bisa memberi ketenangan dan kekuatan untuk Embun. Bu Lastri juga tidak tahu seberapa dalam perasaan Embun pada Raka. Tapi yang pasti untuk saat ini, hanya ini yang dapat ia lakukan.

Bima berdiri terdiam tak jauh dari dapur. Dia tidak sengaja mendengar percakapan ibunya dan Embun. Dia tentu saja sedih melihat Embun menangis dalam pelukan bu Lastri. Bima tidak tahu kalau adiknya mempunyai perasaan pada Raka. Bima mengepalkan tangannya serta memilih keluar dan urung masuk ke dapur.

...***********...

Hari pertunangan Raka pun tiba. Acara pertunangan diadakan di rumah Vania. Walau diadakan di rumah pertunangan itu terlihat mewah. Rumah Vania yang besar disulap begitu indahnya dengan dekorasi yang terlihat mewah dan juga elegan.

Embun dan keluarganya datang bersama rombongan keluarga besar Raka. Mereka ikut acara pertunangan itu, karena selain rumah mereka yang berdekatan keluarga mereka juga dekat.

Hari ini penampilan Embun sedikit berbeda. Embun memakai dress yang panjangnya di bawah lutut berwarna soft pink. Sedangkan rambut pendeknya dibuat sedikit bergelombang, tidak lupa ibunya juga sedikit memakaikan make up tipis padanya. Walaupun sederhana, itu membuat Embun terlihat cantik.

Karena tidak satu mobil, Raka baru melihat penampilan Embun ketika mereka akan memasuki rumah Vania. Raka tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Raka benar - benar terpesona, sampai dia tidak mendengar ketika mamanya menyuruhnya untuk masuk. Raka baru sadar saat dia mendapat cubitan di pinggangnya. Dia menoleh dan melihat mamanya tersenyum.

"Ekhem." Raka berdehem untuk menutupi malu pada mamanya yang ketahuan memandangi Embun.

"Ayo masuk, keluarga Vania sudah menunggu." Ajak mamanya.

Raka mengangguk dan mengikuti mamanya masuk. Sebelum masuk dia menoleh ke arah Embun. Kebetulan Embun juga menoleh, dan pandangan mereka bertemu. Embun tersenyum manis pada Raka dan mengacungkan kedua jempol pada Raka.

Berbagai acara telah dilalui, kini Raka dan Vania sudah resmi bertunangan. Tamu undangan juga bergiliran memberi selamat pada mereka berdua. Embun juga tidak mau ketinggalan, dia maju mendekati Raka dan Vania.

Ketika jarak sudah dekat, tidak sengaja dia menabrak seseorang yang juga ingin memberi selamat.

"Maaf - maaf saya tidak sengaja." Embun meminta maaf dan menundukkan kepalanya.

Ketika dia mengangkat kepala, dia kaget ternyata orang tersebut adalah Brian. Sedangkan Brian hanya tersenyum. Karena sejak sebelum acara, dia memang sudah melihat Embun.

"Brian, ngapain kamu di sini?" Tanya Embun menepuk lengan Brian.

"Kebetulan Vania sepupu aku." Jelas Brian.

"Waahh ternyata dunia itu sempit ya." Kata Embun.

"Ayo bareng kalau mau ngucapin selamat." Ajak Brian.

Embun mengangguk. Dan dia refleks menggandeng lengan Brian. Brian sendiri terkejut dan melihat lengannya. Embun yang menyadari itu melepaskan gandengannya dan merasa tidak enak. Tapi Brian malah menarik tangan Embun dan menggenggamnya.

Raka dan Vania sendiri sibuk menerima ucapan selamat dari tamu dan juga keluarga. Raka tersenyum melihat Embun yang mendekat. Tapi senyum Raka langsung pudar, ketika melihat Embun yang berjalan di samping Brian. Apalagi ketika melihat Brian yang menggandeng tangan Embun.

"Raka, Vania selamat ya. Semoga lancar sampai acara pernikahan." Embun menyalami Raka dan Vania.

"Makasih ya. Semoga kalian juga langgeng." Kata Vania sambil memeluk Embun.

Embun yang bingung dengan ucapan Vania melepas pelukannya dan bertanya.

"Maksud kamu apa?" Tanya Embun bingung.

"Bukannya kalian pacaran ya?" Vania menunjuk pada Embun dan Brian.

Embun menoleh ke arah Brian kemudian tertawa sambil memukul lengan Brian.

"Hahaha,, Kamu salah paham. Kami cuma berteman, iyakan Brian?" Embun menjelaskan.

"Kami gak berteman, tapi dia calon istri aku." Jawab Brian enteng.

Mereka bertiga kaget mendengar pernyataan Brian. Embun sampai menganga mendengar perkataan Brian itu. Dia langsung menjitak kepala Brian.

"Maaf dia kalau ngomong suka asal. Kami kesana dulu ya." Embun menyeret Brian dan berlalu pergi.

Vania hanya tertawa melihatnya. Dia juga merasa lega, setidaknya Embun bukan menjadi saingannya lagi.

"Kamu kenal dia?" Tanya Raka datar.

"Siapa? Maksud kamu Brian?" Tanya Vania.

"Dia sepupu aku. Walaupun bukan sepupu dekat." Jelas Vania.

Raka terdiam. Dia tidak menyangka kalau Brian masih ada hubungan saudara dengan Vania. Dan kata - kata Brian tadi terus saja mengganggu pikirannya.

"Aku ngambil minuman dulu ya." Pamit Raka.

Vania yang sedang sibuk berbincang dengan tantenya mengangguk dan meneruskan obrolannya.

Setelah mengambil minuman, Raka berjalan ke arah samping taman. Di kejauhan dia melihat Embun sedang berbincang dengan Brian. Di mata Raka mereka terlihat sangat akrab.

Raka terus saja memperhatikan Embun. Sampai tidak menyadari ada yang berdiri di sampingnya.

"Selamat atas pertunangannya."

Raka menoleh ke samping dan melihat Bima sudah berdiri di sebelahnya.

"Apa kamu bahagia?" Tanya Bima.

Raka tidak tahu harus menjawab apa. Karena dia juga masih bingung dengan perasaannya saat ini.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!