4. Khawatir

Ternyata tanpa Embun sadari, perkelahiannya dengan Siska disaksikan oleh Brian.

Brian yang kebetulan belum pulang, melihat Embun yang diseret gengnya Siska pun mengikuti mereka.

Tadinya Brian hendak membantu Embun, karena mengira Embun akan kalah karena lawannya yang jumlahnya lebih banyak. Tetapi dia salah, ternyata Embun bukanlah gadis lemah yang mudah terintimidasi.

" Sebaiknya kalian cepat pergi dari sini, sebelum kulaporkan kelakuan kalian ini pada pihak sekolah!" Perintah Brian pada Siska dan teman-temannya.

Siska yang mendapat tatapan tajam dari Brian pun bergidik ngeri, dan menyuruh teman-temannya untuk pergi.

Tapi sebelum pergi dia berkata kepada Embun, " Urusan kita belum selesai, tunggu pembalasanku. Aku pastikan, kamu menjauh dari Raka!"

" Jangan kuatir, kapanpun aku siap. Pastikan juga kamu punya stok rambut yang banyak." Balas Embun sambil tersenyum memperlihatkan gigi gingsulnya.

Siska pun pergi dengan kesal, dan menendang tong sampah. Tapi naasnya tong sampah yang dia tendang itu, tong sampah dari bahan drum yang keras. Dia pun mengaduh karena merasakan sakit pada kakinya.

Embun yang melihat itu, langsung tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit.

Setelah tawanya berhenti, Embun menoleh ke arah Brian dan berkata,

" Terima kasih sudah mau membantu, aku pasti akan membalas bantuanmu." Embun berkata dengan tersenyum, dan Brian terpesona melihat senyum manis Embun.

Menyadari itu, Brian pun berkata " Jangan geer dulu, aku hanya kebetulan lewat. Dan aku memang tidak suka dengan kelakuan mereka."

Setelah berkata seperti itu, Brian pun berlalu meninggalkan Embun yang sedang kebingungan mencerna kata-kata Brian.

"Huh dasar kulkas 2 pintu, nyesel aku udah bilang makasih. Aku tarik kata-kataku tadi." Embun berkata dengan kesal. Setelah itu, dia pun pulang karena hari sudah beranjak sore.

...*********...

Sementara itu, Raka yang juga sudah selesai mengikuti bimbel tidak sengaja bertemu dengan Dewi. Dia menanyakan keberadaan Embun, karena setahu dia Embun sedang pergi mengantar Dewi.

" Dewi, kemana Embun? katanya kalian mau pergi bersama ke mall?" Tanya Raka pada Dewi.

Dewi bingung dengan pertanyaan Raka, "Aku gak jadi pergi sama Embun, tadi pas aku nunggu dia aku ketemu Siska. Siska bilang Embun gak bisa nganterin aku, ya aku pergi sendiri deh."

Raka pun panik mendengar kata-kata Dewi, "Apa kamu bilang Wi, tadi Embun bilang mau nganter kamu makanya dia gak mau aku ajak pulang bareng. Terus, kenapa Siska yang ngasih tau kamu bukannya Embun?"

Dewi juga ikutan panik, dia langsung mengeluarkan hp nya tapi sayang hp nya kehabisan baterai.

"Aduh gimana nih Ka, baterai hp aku habis. Pasti tadi Embun hubungin aku, moga Embun baik-baik saja. Kamu tahu sendiri Siska orangnya gimana. Coba kamu hubungin nomor Embun." Kata Dewi dengan muka paniknya.

Raka pun menghubungi Embun, tapi sayang nomornya tidak aktif.

"Aku akan mencari Embun di sekolah, kalau kamu sudah selesai tolong cari Embun di rumahnya. Barangkali dia sudah pulang." Perintah Raka

" Baik, nanti kalau sudah bertemu Embun aku kabarin kamu." Kata Dewi

Mereka pun berpisah dan pergi ketujuan masing-masing. Raka menaiki motornya dengan kencang agar cepat sampai di sekolah. Setelah sampai, dia langsung mencari keberadaan Embun. Tapi sayang, dia tidak bisa menemukan Embun di manapun.

Karena tidak menemukan Embun dimanapun, Raka langsung mengendarai motornya dengan kecepatan penuh ke rumah Embun.

Setelah sampai, betapa leganya Raka karena melihat Embun sedang duduk di teras rumah. Dia melihat Embun sedang memegangi kepalanya.

"Kamu kemana saja, kenapa hp kamu mati? katanya tadi mau nganterin Dewi, tapi aku lihat Dewi pergi sendiri?" Cerca Raka.

"Satu-satu dong kalau tanya, nih lihat ada yang nyopot paku di kepala aku." Kata Embun menanggapi pertanyaan Raka.

Mendengar kata-kata Embun, Raka langsung menyentil dahi Embun.

"Auww, Raka sakit tau." Embun kesal mendapat sentilan dari Raka.

Raka yang tahu Embun akan membalas, langsung menyentil dahi Embun lagi.

Tak

"Rakaaaa," Embun kembali mengusap dahinya yang merah bekas sentilan Raka.

Raka duduk dikursi dan berkata, " Ambilin aku minum, haus nih." Kata Raka dengan santainya.

Walau dengan wajah kesal, Embun tetap beranjak untuk mengambilkan minuman Raka.

"Nih, kalau dah habis pulang gih tadi mama kamu nyariin." Embun meletakkan minuman di meja, dan dia duduk di depan Raka.

Setelah menghabiskan minumannya Raka bertanya pada Embun, "Kamu belum menjawab pertanyan aku tadi."

"Kan sudah aku bilang, ada yang nyabut paku di kepala aku." Jawab Embun sambil memperlihatkan kepalanya.

"Rambut kamu kenapa? Amburadul kaya gini, habis tawuran makanya kamu gak jadi pergi sama Dewi?" Tanya Raka sambil memegang kepala Embun.

Embun menepis tangan Raka, "Iya, tawuran sama cewek kamu tuh. Kan sudah aku bilang Ka, kalau di sekolah gak usah deket-deket. Rambut aku yang jadi korbankan." Embun menjawab sambil memajukan bibirnya.

"Itu bibir tolong kondisikan, minta dikuncir apa? lagian cewek aku siapa, aku gak punya cewek kok?" Kilah Raka.

"Lha tu Siska kamu anggap apa, sampai segininya lihat kamu deket aku. Lama-lama aku bisa jadi tuyul tau."

"Tuh cewek emang rada-rada, udah aku tolak masih saja ngejar. Begini resiko jadi orang ganteng." Kata Raka sambil menaik turunkan alisnya yang tebal.

Embun yang melihat itu memutar matanya dengan malas, "Kumat narsisnya, di sekolah sok cool pendiam misterius. Padahal aslinya, gak nguatin."

" hahahaaa, kan cuma ma kamu aku kaya gini. Tapi kamu gak apa-apakan?" Tanya Raka.

Jawab Embun, "Udah aku gak apa-apa kok, sekelas Siska gampang. Udah sana kamu pulang, bau asem juga hus hus hus."

"Ya sudah aku pulang dulu, besok berangkat bareng kan?" Tanya Raka

Embun mengangguk sambil menggerakkan tangannya menyuruh Raka pulang.

Raka pun pamit pulang ke rumahnya.

" Siska, kelakuam kamu sudah gak bisa dibiarin." Batin Raka

...********...

Setelah Raka pulang, Embun masuk ke kamarnya. Dia berbaring di kasur dengan posisi terlentang.

"Apa potong rambut saja ya biar gak kena jambak lagi, fans Raka kebanyakan pada bar-bar. Baru jadi temennya Raka saja, rambut aku sudah sering jadi korba n. Gimana kalau jadi pacar, bisa-bisa kepala aku botak beneran." Gumam Embun.

Embun langsung bangun dari kasur menyadari kata-katanya barusan.

"Apa sih yang aku pikirin, gak mungkin juga kami pacaran." Kata Embun sambil memukul kepalanya.

Dari dulu Embun selalu menepis perasaannya pada Raka. Bagi Embun, Raka adalah sahabat terbaiknya dari kecil. Dia tidak mau perasaan yang kadang muncul saat bersama Raka itu, bisa membuat persahabatannya dengan Raka menjadi renggang. Walaupun dia tahu, jarang ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Bagi Embun sekarang menjadi sahabat Raka lebih dari cukup, meski dia tidak tahu sampai kapan dia bisa memendam perasaannya itu.

Tak berapa lama terdengar suara ibu Embun yang memanggil Embun untuk makan malam. Embun pun keluar kamar menuju meja makan untuk makan bersama keluarganya.

Walaupun dari keluarga sederhana, tapi Embun bersyukur karena dia mendapat kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya dan juga dari kakaknya walaupun mereka sering bertengkar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!