Jaran Goyang

Di Taman Hiburan

Setelah sampai di taman hiburan, Dion langsung pergi antri membeli tiket masuk untuk mereka berempat. Sedangkan Embun menunggu di depan pintu masuk bersama Dewi dan Brian.

Cukup lama Dion mengantri membeli tiket, itu karena mereka datang pas hari libur sehingga antriannya juga lumayan panjang. Setelah membeli tiket, mereka akhirnya masuk ke taman hiburan.

"Gila rame baget, kita jadi gak bisa main disemua wahana permainan Mbun." Kata Dewi melihat ramainya taman hiburan itu.

"Namanya juga hari libur, pasti ramailah. Eh kita mau nyobain wahana yang mana dulu?" Tanya Embun antusias sekali. Dia sudah membayangkan menaiki wahana favoritnya.

"Kita naik bianglala dulu yang antrinya gak panjang." Tunjuk Dewi ke arah bianglala.

"Ok. Kalian berdua ikut gak?" Tanya Embun pada Brian dan Dion.

"Aku.."

"Kita ikut. Ya kan Bri?" Dion memotong perkataan Brian, dia tahu dia pasti akan menolak naik wahana itu.

"Yuk kita kesana." Ajak Embun.

Brian menatap dengan tatapan membunuh pada Dion. Tapi Dion cuek saja, lalu pergi meninggalkan Brian dan mengikuti kedua gadis itu pergi. Mau tidak mau akhirnya Brian mengikuti mereka.

Tidak butuh waktu lama, mereka mendapat giliran untuk naik bianglala. Dion langsung duduk disamping Dewi, tanpa protes Brian juga duduk disamping Embun.

"Ngomong - ngomong, kita kaya lagi double date ya." Kata Dewi.

Embun memandang teman - temannya, dan tertawa.

"Benar juga, seru juga kalau beneran." Jawab Embun polos.

"Uhuk uhuk." Brian batuk mendengar perkataan Embun. Sedangkan Dion tersenyum melihat itu. Dia semakin yakin kalau Brian memang benar menyukai Embun, tapi Brian tidak mau mengakuinya.

"Kamu gak apa - apa?" Tanya Embun khawatir sambil mengelus punggung Brian. Kelakuan Embun itu malah membuat Brian jadi salah tingkah. Refleks Brian menggeser duduknya kepinggir kursi.

Suasana tentu menjadi canggung untuk Brian. Dia terus saja melihat keluar, dan tidak memperhatikan teman - temannya yang asik mengobrol. Bagi Brian waktu selama naik bianglala ini sangat lama. Dia duduk dengan gelisah, tentu saja tingkahnya itu tidak luput dari perhatian Dion.

Setelah beberapa putaran, akhirnya bianglala berhenti. Brian yang memang duduk dekat pintu langsung bergegas keluar. Dia mengambil nafas panjang, rasanya nafasnya sesak saat dekat dengan Embun.

"Kita mau naik apa lagi?" Tanya Dewi melihat keadaan sekitar.

"Roller coaster aja." Kata Embun semangat.

"Itu maunya kamu." Dewi mengetuk kepala Embun.

"Sudah ayo naik, mumpung antriannya sedikit." Ajak Dion.

Mereka akhirnya naik roller coaster. Dion tentu saja memposisikan duduknya bersama Dewi. Dewi melihat ke arah Dion, dan memicingkan matanya. Dia sedikit curiga dengan tingkah Dion.

"Kamu pasti punya maksud tersembunyikan?" Dewi berbisik di telinga Dion. Tapi Dion hanya mengedipkan matanya pada Dewi.

Embun sendiri tidak mempermasalahkan duduk dengan siapa. Dia lebih antusias menikmati salah satu wahana favoritnya ini.

Roller coaster mulai bergerak, Embun benar - benar sudah tidak sabar. Teriakan - teriakan mulai terdengar dari para penumpang, tidak terkecuali dengan Embun dan teman - temannya. Saat berada diturunan, Embun refleks memegang tangan Brian sambil berteriak riang. Karena hal itu Brian tidak jadi berteriak, dia melihat tangannya yang dipegang Embun.

Deg deg deg

Brian seperti mendengar suara jantungnya sendiri. Waktu disekitar Brian serasa berhenti. Brian tidak bisa melepaskan genggaman Embun, tangannya seperti membeku.

Sampai roller coaster berhenti, Brian diam saja memperhatikan tangannya yang digenggam Embun. Brian tersadar ketika Embun menepuk bahunya.

"Cepat turun." Ajak Embun.

Brian turun seperti orang yang linglung. Dia tidak mendengarkan ketika teman - temannya bicara.

"Brian, Brian." Embun memangil Brian dengan menepuk lengannya.

"Malah ngelamun." Kata Embun.

"Ada apa?" Tanya Brian salah tingkah.

"Aku mau beli minum, kamu mau nitip gak?" Tanya Embun.

"Aku saja yang beli." Embun belum mengatakan apapun Brian sudab pergi begitu saja.

Embun mengangkat bahunya dan memandang Dewi.

"Dasar aneh. Yuk kita duduk di bangku bawah pohon itu." Ajak Embun.

Tak berapa lama Brian datang menghampiri teman - temannya. Dia memberikan minuman yang sudah dibuka tutupnya pada Embun. Tentu saja teman - temannya memandang aneh padanya. Kenapa Brian hanya membeli minuman untuknya dan Embun saja.

"Minuman aku mana?" Tanya Dewi.

"Beli saja sendiri." Jawab Brian santai.

"Ngapain aku nungguin daritadi kalau kamu gak beliin aku sekalian." Tanya Dewi kesal.

"Ngapain kamu nunggu. Aku juga gak bilang mau beliin." Balas Brian.

"Kamu.." Kata - kata Dewi terpotong.

"Ini kamu minum punya aku saja." Embun menyodorkan minumannya pada Dewi.

"Itu kamu minum saja, biar aku beli minuman buat Dewi. Yuk Wi." Dion menarik tangan Dewi menjauh.

"Cepat minum." Perintah Brian pada Embun.

"Iya iya." Embun meminum minumannya sampai habis. Dia benar - benar haus setelah berteriak tadi.

...*********...

Dion yang menarik tangan Dewi mengajaknya membeli minuman. Dewi yang masih kesal, melepaskan tangan Dion dengan kasar.

"Kamu ngapain sih narik- narik tangan aku." Kata Dewi kesal.

Dion membeli minuman dan memberikannya pada Dewi.

"Minum dulu biar kamu tenang." Dewi duduk dan minum. Benar saja itu membuat dia sedikit tenang.

"Kamu hutang penjelasan sama aku." Todong Dewi meminta penjelasan.

"Kamu gak lihat kalau Brian suka sama Embun?" Tanya Dion.

" Maksud kamu?" Dewi balik bertanya.

"Selama ini aku masih menduga kalau Brian itu suka sama Embun, tapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya. Tapi hari ini aku yakin kalau itu memang benar." Jelas Dion.

" Jadi dari tadi yang kamu lakuin itu untuk deketin Brian sama Embun?" Tanya Dewi.

Dion mengangguk dan berkata,

" Aku ingin Brian menyadari perasaannya pada Embun."

Dewi akhirnya paham akan situasinya. Dia juga jadi ingin mendekatkan Brian dengan Embun. Dia penasaran bagaimana nanti hubungan antara Brian yang dingin dengan Embun yang terkenal gesrek. Membayangkannya saja sudah membuat Dewi tertawa.

"Bagaimana kalau aku bantu." Tawar Dewi.

"Boleh." Dion dan Dewi melakukan tos.

"Sebaiknya kita kembali." Ajak Dewi

Dion setuju, dan mereka kembali ke tempat Brian dan Embun. Tapi sayang mereka tidak menemukan kedua temannya itu. Dion mengambil hpnya dan menghubungi Brian.

Setelan tahu posisi temannya, Dion dan Dewi pergi ke tempat Brian.

Ternyata Brian berada tak jauh dari panggung hiburan. Karena pada hari libur biasanya sering ada pertunjukan musik.

Dion menepuk bahu Brian dan bertanya.

"Kamu kok di sini, Embun mana?" Tanya Dion.

Brian tidak menjawab tapi hanya menunjuk ke kerumunan penonton. Dion melihat arah yang ditunjukkan Brian. Dion dan Dewi saling berpandangan kemudian tertawa bersama.

Ternyata dikerumunan penonton, mereka melihat Embun yang dengan asiknya berjoget bersama penonton yang lain.

🎶

Apa salah dan dosaku, Sayang?

Cinta suciku kau buang-buang

Lihat jurus yang 'kan kuberikan Jaran goyang, jaran goyang Sayang

Janganlah kau waton serem

Hubungan kita semula adem

Tapi sekarang kecut bagaikan asem

Semar mesem, semar mesem

🎶

Terlihat dia juga ikut bernyanyi bersama penyanyi yang saat itu tengah naik daun.

Dion menepuk - nepuk bahu Brian.

"Hidup kamu akan lebih berwarna." Kata Dion penuh makna.

Brian menatap Dion sebentar, kemudian beralih menatap Embun. Dalam hati dia bertanya apakah Embun adalah gadis yang bisa merubah kehidupannya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!