7. Perjodohan

Brian yang kaget mendengar suara teriakan ditelinganya, refleks menarik tangan orang tersebut.

Karena tarikannya itu, membuat orang tersebut jatuh ke arah Brian.

Betapa kagetnya Brian, ternyata orang tersebut adalah Embun. Untuk beberapa saat pandangannya bertemu dengan mata Embun. Brian seperti terhipnotis melihat mata jernih Embun, tapi Brian segera tersadar dan menepuk dahi Embun.

Puk

"Aduuuh Brian, apa-apaan sih. Kesempatan ya mau meluk aku." Omel Embun. Embun berdiri dengan wajah kesal lalu duduk disamping Brian.

"Kamu itu yang ngapain teriak ditelinga aku, mau bikin telinga aku tuli ya." Hardik Brian.

"Hehehe maaf-maaf, habisnya dari tadi kamu dibangunin susah baget." Embun menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Ada perlu apa? cepat ngomong, aku mau tidur lagi?" Tanya Brian dengan nada dingin.

"Eh ngapain tidur lagi, bukannya ini dah jam pulang sekolah?"

Brian melihat jam ditangannya, dan menyadari kalau sudah jam 2 siang.

" Cepat mau ngomong apa?" Tanya Brian.

"Tadi pak Asep ngasih tugas kelompok, dan kebetulan kita satu kelompok. Makanya aku dari tadi nyariin kamu."

"Apa gak ada kelompok lain, aku gak mau satu kelompok sama kamu." Brian menolak dengan tegas satu kelompok dengan Embun.

Embun sedikit kesal mendengar kata-kata Brian, dia pun menjawab

"Hei, yang nentuin kelompok itu pak Asep tau. Kalau bisa milih aku juga ogah satu kelompok ma kamu, dasar kulkas 2 pintu."

"Siapa yang kamu sebut kulkas? Kamu tu kaya minion." Balas Brian.

Embun dan Brian terus saja bertengkar, tak ada satu pun yang mau mengalah.

"Udah ah capek aku, pokoknya kita satu kelompok. Kalau mau protes, sana protes sendiri sama pak Asep." Kata Embun mengakhiri perdebatannya dengan Brian.

Setelah mengatakan itu, Embun berdiri hendak pergi meninggalkan Brian. Tapi terhenti karena tangannya ditarik Brian.

"Apa lagi kulkas?" Kesal Embun.

"Pak Asep itu yang mana?" Tanya Brian tanpa rasa bersalah.

Embun sampai melongo mendengar pertanyaan Brian, diapun menggigit tangan Brian dan menjawab sambil berlari.

"Cari saja sendiri, makanya jangan molor saja di kelas.Wekkk." Embun berkata sambil menjulurkan lidahnya.

Brian kesal dan mengusap tangan bekas gigitan Embun.

"Gak hanya minion tapi juga drakula." Kata Brian sambil tersenyum. Brian lalu melangkah pergi menuju kelas untuk mengambil tasnya dan bergegas pulang.

******

Sedangkan Embun yang sudah sampai gerbang sekolah, menghentikan langkahnya karena melihat Raka yang sudah menunggunya. Embun sudah tidak bisa menghindar lagi.

"Eh Raka, ngapain disini? kok belum pulang?" Tanya Embun.

"Gak usah sok gak tau gitu, aku mau bicara sama kamu." Jelas Raka.

"Mau bicara apa, bukannya tiap hari kita udah bicara ya?" Embun pura-pura tidak mau maksud Raka.

"Embun Putri Anindya." Raka berteriak yang membuat Embun menutup telinganya. Dia tahu kalau Raka sudah memanggil nama lengkapnya, berarti dia sudah membuat Raka kesal.

Akhirnya Embun mengalah dan berkata, "Mau bicara di mana? tapi traktir aku makan ya." Setelah bicara begitu Embun langsung menuju sepeda motor Raka.

Raka hanya bisa menggelengkan kepalanya, lalu berjalan menyusul Embun. Mereka berdua pun berboncengan ke tempat makan.

Setelah sampai di tempat makan langga nan mereka, Raka memesan makanan kesukaan Embun. Dia memilih duduk di pojok ruangan yang menghadap ke taman, karena tempat itu tidak terlalu ramai dan nyaman.

Setelah pesanan mereka datang, Raka lalu memulai pembicaraan.

"Kamu kenapa ngindarin aku terus?" Todong Raka.

"Siapa yang ngindarin kamu? Perasaan kamu saja kali." Kilah Embun.

"Dengar Embun, kita udah kenal dari SD. Gak mungkin juga aku gak tau kalau kamu ngindarin aku. Apa gara-gara kejadian di bioskop kemarin?"

Embun diam mendengar perkataan Raka. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin juga dia bilang kalau hatinya sakit melihat kebersamaan Raka dan Vania.

Melihat Embun hanya diam, Raka melanjutkan kata-katanya.

"Mbun, walaupun aku sudah punya pasangan aku gak mungkin lupain kamu. Selamanya kamu tetap sahabat kamu." Jelas Raka.

"Tapi aku gak cuma anggap kamu sahabat Ka." Kata Embun, tapi sayang hanya bisa dia ucapkan dalam hatinya.

"Maksud kamu apaan sih Ka, aku gak berpikiran kaya gitu. Aku malah senang akhirnya kamu punya pasangan, aku kira kamu pacarannya sama buku." Embun berusaha meyakinkan Raka.

Raka menyentil dahi Embun dan berkata,

"Enak aja kalau ngomong."

Embun mengusap dahi yang baru disentil Raka, dia kesal oleh ulah Raka itu.

"Kamu tuh kebiasaan suka nyiksa aku, kaya ibu tiri saja. Eh ngomong-ngomong kamu kenal Vania dimana? Kok gak pernah cerita ma aku?"

"Vania itu cewek yang dijodohin ma aku sejak kecil." Raka mulai bercerita tentang hubungannya dengan Vania.

Embun yang mendengar fakta itu sampai kaget dan tersedak minumannya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Raka sudah.

dijodohkan.

"Uhuk uhuk uhuk, kamu gak usah bercanda Ka. Hari gini masih mau dijodohin, kaya jaman Siti Nurbaya saja." Embun tidak percaya cerita Raka.

Raka menghela nafas dan melanjutkan ceritanya.

"Tapi itu kenyataannya Mbun, kakek aku yang menjodohkan aku dengan Vania saat aku masih kecil. Kakek aku itu sahabatan sama kakeknya Vania, beliau berharap dengan perjodohan ini hubungan mereka semakin erat."

"Sejak kapan kamu tahu tentang perjodohan ini? Terus kamu sendiri gimana? Kamu nerima perjodohan ini?"

"Aku tahu waktu aku mau pindah ke kota ini, aku gak mau ngecewain kakek aku Mbun." Terang Raka

Embun merasakan nyeri di hatinya mendengar perkataan Raka. Dia merasa kalah sebelum berperang. Raka sekarang benar-benar sulit untuk dia gapai.

"Tapi apa kamu akan nerima perjodohan ini begitu saja?"

"Untuk saat ini, aku mau nurutin kakek aku dulu. Entah kedepannya aku berjodoh sama Vania atau gak, biar waktu yang menjawab."

"Ih bahasa kamu Ka, gak nguatin tau." Embun tertawa canggung.

"Udah-udah, kita gak usah bahas perjodohan aku ini. Lagian jalan aku masih panjang, aku juga gak akan menikah dalam waktu dekat ini."

"Ciee yang udah mikir soal nikah." Goda Embun pada Raka.

Raka yang gemas pada Embun langsung menyentil dahi Embun lagi.

"Raka, sakit tahu." Protes Embun

"Makanya gak usah godain."

"Ciee yang jadi Siti Nurbaya." Embu masih saja menggoda Raka.

"Embun!" Raka melotot pada Embun.

"Iya iya Raka Nurbaya." Embun menutup mulutnya agar tidak tertawa, dia tidak mau kena sentilan Raka lagi.

Raka hanya bisa menggelengkan kepalanya atas ulah Embun itu. Dia lalu menyantap makanan yang sudah dia pesan.

"Kamu ngapain potong rambut segala? Potong pendek baget lagi, kamu jadi mirip Dora ha ha ha." Kini giliran Raka yang menggoda Embun.

"Enak aja, kalau aku Dora berarti kamu Boots dong. Huwakakaka." Embun menirukan suara teman Dora itu.

"Ayo katakan peta." Jawab Raka menjawab kejailan Embun.

Mereka berdua pun tertawa bersama. Embun dan Raka memang teman yang satu frekuensi. Walaupun diluar Raka terkenal cuek dan dingin tapi saat bersama Embun dia bisa bebas bercanda.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!