Malam mulai menjelang. Kudengar deru mobil dari arah halaman rumah pak Hasan. Sepertinya bu Murni jadi menjenguk ibu ke rumah sakit. Aku bergegas mengambil rantang susun dua yang sudah kuisi makanan kesukaan mas Fabian yakni nasi dan capcay beserta sambal kacangnya. Aku berniat menitipkannya pada bu Murni.
"Assalamu'alaikum, Bu Murni."
"Waalaikumsalam. Ada apa Mbak Zura?"
"Maaf, apa Ibu dan Bapak mau ke rumah sakit menjenguk ibu saya?" tanyaku.
"Benar, Mbak. Kebetulan teman kerja suami saya juga sedang dirawat di sana. Jadi bisa sekalian menjenguk."
"Saya minta tolong titip makanan ini untuk mas Fabian," ucapku sembari menyodorkan rantang itu pada bu Murni.
"Wah, Mbak Zura ini perhatian sekali dengan suami. Benar-benar istri idaman."
Istri idaman? Apa benar apa yang diucapkan bu Murni? Jika aku istri idaman mana mungkin mas Fabian ingin menikah lagi?
Kutanggapi ucapan bu Murni dengan senyum simpul di bibir.
"Ada lagi Mbak yang ingin dititipkan?"
"Gak ada, Bu. Itu saja, terima kasih."
"Sama-sama. Mari Mbak Zura, dek Lyra."
Bu Murni berlalu dari hadapanku, ia lantas masuk ke dalam mobilnya yang sudah beberapa saat dipanaskan.
"Mari, Mbak. Assalamu'alaikum," ucap pak Hasan yang lebih dulu duduk di bangku kemudi.
"Waalaikumsalam. Hati-hati, Pak, Bu," ucapku. Mobil berwarna silver itu pun lantas meninggalkan halaman rumah.
******
Keesokan paginya.
Seperti biasanya, setelah selesai memasak, aku pun membereskan rumah. Kebetulan Lyra belum bangun, jadi aku mencuci pakaian kotor sekalian menjemurnya di halaman rumah.
"Selamat pagi, Mbak Zura," sapa Bu Murni. Beliau pun tengah menjemur pakaiannya.
Bu Murni dan pak Hasan adalah pasangan suami istri. Mereka berasal dari kota J dan baru tinggal di perumahan ini selama tiga bulan. Mereka pindah lantaran pak Hasan dipindah tugaskan dari pekerjaannya untuk mengajar di salah satu SMA di kota ini. Aku bersyukur memiliki tetangga seperti mereka. Selain baik, mereka juga tak jarabg membantu menjaga Lyra saat aku sedang kerepotan.
"Selamat pagi, Bu."
"Lyra belum bangun ya? Biasanya jam segini sudah mandi dan berjemur."
"Belum, Bu. Tadi bangun sebentar, menyusu, lalu tidur lagi."
"Ehm, Mbak Zura, …"
"Ada apa, Bu?"
Aku berhenti sejenak dari pekerjaanku menjemur, lalu kupandang wajah bu Murni. Usianya mungkin beberapa tahun di atasku. Namun, sifatnya yang murah senyum membuat usianya terlihat beberapa tahun lebih muda dari usia yang sebenarnya.
"Maaf, Mbak. Saya mau tanya. Ehm… ehm…"
"Ibu mau tanya apa?"
Aku menangkap ada rasa sungkan saat Bu Murni hendak memulai ucapannya. Namun, hal itulah yang justru membuatku semakin penasaran.
"Ehm, maaf. Apa mas Fabian punya adik perempuan?" tanyanya.
"Tidak, Bu. Mas Fabian anak tunggal. Dia tidak memiliki saudara laki-laki ataupun perempuan. Memangnya kenapa, Bu?"
"Ehm…kemarin malam saat saya dan suami saya menjenguk ibu Kinanti di rumah sakit, di dalam ruangan perawatan itu saya melihat mas Fabian sedang bersama seorang perempuan."
"Perempuan?"
"Benar, Mbak. Saat saya tanya, perempuan itu bernama Melly, dan mas Fabian mengatakan jika Melly adalah adik perempuannya. Tapi…"
"Tapi kenapa, Bu?"
Bu Murni semakin membuatku penasaran.
"Dari bahasa tubuh mereka kok saya tidak percaya kalau mereka saudara. Saat kami masuk ke ruangan itu saya sempat melihat mereka sedang maaf, berpelukan."
Kalimat yang baru saja meluncur dari mulut Bu Murni tentu saja membuat jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya.
"Maaf, maksud Bu Murni bagaimana?"
Meski tak karuan rasanya aku berusaha bersikap tenang di hadapan beliau.
"Saat saya dan suami saya masuk ke ruang perawatan bu Kinanti, saya melihat mas Fabian dan perempuan itu sedang berpelukan. Rasanya tidak mungkin kakak adik berpelukan begitu."
Sekali lagi ucapan bu Murni terdengar begitu menamparku. Pun aku tidak ingin mengumbar aib suamiku. Aku berusaha menjaga nama baik mas Fabian di depan siapapun.
"Ehm, saya baru ingat. Mas Fabian memiliki sepupu perempuan."
Ampuni hamba, ya Rabb. Hamba lagi-lagi harus berbohong demi nama baik mas Fabian.
"Oh, jadi begitu."
"Iya, Bu."
"Saya juga yakin mas Fabian itu laki-laki baik-baik dan setia. Istrinya cantik dan solehah. Putrinya juga lucu. Mas Fabian tidak mungkin berbuat macam-macam."
Meskipun berat, aku berusaha tersenyum.
"Astaghfirullah!"
"Ada apa, Bu?" tanyaku.
"Saya lupa sedang merebus air. Saya permisi dulu." Bu Murni yang telah selesai menjemur padi itu pun lantas mengangkat keranjang pakaian miliknya lalu mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumahnya.
Apa lagi yang mas Fabian sembunyikan dariku? Siapa Melly? Apa Melly dan Mila adalah orang yang sama?
Bersambung…
Hai, pembaca setia….
Ditunggu dukungannya ya….
Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰
🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
Bunda Dira
mau gimana nih nasibnya zura thot
2023-01-05
0
RATNA RACHMAN
😭😭😭😭menyebalkan...😡😡😡
2022-08-21
0
Thebel Yanix
pas malam hari datang lah ke ruang perawatan mertuamu zhurra... klo kepergok mila sama bian bermesraan ,ngk usah nunggu apa" langsung kabur... jangan jadi wanita yg bodoh
maaf thor aku cuman greget
2022-08-18
1