(POV Author)
Fatimah yang tengah asyik mengobrol dengan Azzurra melalui sambungan telepon tersentak kaget saat tiba-tiba Darren masuk ke dalam kamar. Ia pun cepat-cepat mengakhiri percakapan dan meletakkan kembali ponselnya di atas nakas.
"Kamu habis menelpon siapa?" tanya Darren.
"Ehm-ehm… nggak kok. Aku nggak menelpon siapa-siapa."
"Kamu pikir aku gak dengar pembicaraan kalian?"
"Iya, aku ngaku. Aku tadi habis menelepon Azzurra."
"Mulai hari ini tidak usah lagi berkomunikasi dengan perempuan itu."
"Loh, kenapa, Mas?" Fatimah mengerutkan keningnya.
"Kamu nurut aja sama suami kalau kamu gak mau disebut istri durhaka."
"Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, Mas? Aku kenal betul siapa Azzura. Dia perempuan yang jujur dan tulus. Aku bisa melihat dari sorot matanya kalau dia sungguh-sungguh dengan ucapannya."
Suasana hening sejenak.
"Apa Azzura adik kandung Mas Darren?" tanya Fatimah.
"Aku tidak mengenal perempuan itu."
"Kita sudah menikah lebih dari dua tahun dan aku paham betul saat Mas berbohong. Mas tidak akan berani menatap mataku saat berbicara."
"Aku tidak menyembunyikan apapun, dan aku tidak memiliki saudara perempuan. Sepertinya kawanmu salah mengenali orang," ucap Darren.
"Mana mungkin Zura sembarangan mengakui orang sebagai keluarganya?"
"Sudahlah. Aku tidak ingin membuang waktu untuk membahas hal yang tidak penting."
Darren melepaskan kemeja yang dipakainya lalu menggantinya dengan kemeja lain yang diambilnya dari dalam lemari pakaian. Jam tiga sore ini dia harus sampai di kampus karena dia harus mengisi mata kuliah sore.
Darren pergi meninggalkan rumah setelah ayahnya yang merupakan seorang pemilik perusahaan jatuh miskin karena musibah kebakaran. Sementara sang ibu, Regina berhasil mengambil barang-barang berharga saat musibah kebakaran terjadi dan pergi setelahnya. Hanya selang beberapa Minggu setelah kebakaran, Bimantara Prasetyo yang tak lain adalah ayah kandungnya meninggal dunia. Darren cukup beruntung, dengan ijazah S2 yang dimilikinya dan bantuan salah satu kawan kuliahnya, dia berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai dosen di sebuah universitas. Darren pun dulu hidupnya tak tentu arah bahkan begitu jauh dari jalan Allah. Berkat bimbingan kawannya itulah akhirnya dia kembali ke jalan yang benar. Sementara pertemuannya dengan Vania tiga tahun lalu juga bisa dibilang sebuah ketidaksengajaan. Keduanya bertemu saat Vania atau yang kini telah berganti nama menjadi Fatimah itu tengah berusaha mengakhiri hidupnya dengan cara menabrakkan diri pada kendaraan yang tengah melaju kencang. Di saat itulah mobil Darren melintas. Rupanya Vania putus asa karena pacarnya memutuskan hubungan dengannya dan menikahi gadis lain. Singkat cerita, Vania dan Darren saling jatuh cinta. Darren mengajak Vania menikah dengan syarat dia harus meninggalkan pekerjaannya di klub malam. Nama Vania pun kini berganti menjadi Fatimah. Tidak hanya namanya yang berubah, Darren juga bisa merubah penampilan Fatimah yang dulunya seringkali mengumbar aurat menjadi seorang perempuan yang mengenakan pakaian syar'i.
"Mas pulang jam berapa?" tanya Fatimah.
"Insyaallah aku pulang saat jam makan malam," jawab Darren.
"Hati-hati, Mas," ucap Fatimah sembari mengecup punggung tangan Darren.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
"Mengapa mas Darren tidak mau mengakui Azzurra sebagai adiknya? Apa ada sesuatu di masa lalu yang membuat mas Darren begitu membenci Zura?" gumam Fatimah.
*****
Setibanya di kampus, Darren langsung menuju ruang para dosen. Dia tengah mempersiapkan materi yang akan diberikan pada para mahasiswanya. Tak ada seorangpun di dalam ruangan itu karena hanya dirinya lah yang mengajar di sore hari di universitas tersebut. Sementara saat pagi hari dia mengajar di universitas lain.
"Pak Darren…"
Darren mengalihkan pandangannya dari laptop saat tiba-tiba seseorang berdiri di tengah pintu.
"Widya…"
Widya adalah salah satu mahasiswi yang berada di bawah bimbingannya.
"Aku punya sesuatu untuk pak Darren," ucapnya sembari menyodorkan sebuah kotak untuk Darren.
"Apa ini?"
"Bapak kuno banget. Hari ini kan tanggal 14 Februari. Masa Bapak gak tahu ini hari apa?"
"Hari ini hari Selasa 'bukan?"
"Bukan, Pak dosenku yang ganteng."
"Lantas?"
"Tanggal 14 Februari adalah hari Valentine," jelas gadis berambut sebahu itu.
"Apa itu hari Valentine?"
"Hari Valentine adalah hari kasih sayang. Pada hari ini orang-orang akan memberikan cokelat atau bunga pada orang-orang yang mereka sayangi."
"Jadi, cokelat ini untuk saya?" tanya Darren. Widya mengangguk cepat.
"Terima kasih. Biar istri saya yang memakan cokelat ini. Saya memiliki alergi pada cokelat."
"Astaga. Cokelat ini untuk Bapak, bukan untuk istri Bapak." Widya memberengutkan wajahnya.
"Saya ini memiliki alergi pada cokelat dan kacang. Itulah sebabnya saya akan memberikan cokelat ini pada istri saya."
"Ya sudah, sini cokelat nya. Lebih baik kumakan sendiri daripada dimakan orang lain!"
Darren membiarkan saja saat Widya mengambil kembali kotak berwarna merah muda itu dari tangannya.
Gadis berusia delapan belas tahun itu memiliki nama lengkap Widya Aprilia. Mahasiswi semester pertama jurusan akuntansi. Semenjak hari pertama Darren mengajar di kampus itu, Widya sudah menunjukkan ketertarikannya. Dia bahkan tak sungkan meminta nomor ponsel Darren. Dia tak mempermasalahkan status Darren yang sudah beristri. Bahkan ia secara terang-terangan mengungkapkan rasa kagumnya pada dosen yang kini berusia tiga puluh lima tahun itu.
"Kapan sih Bapak menerimaku sebagai pacar Bapak?" tanya Widya.
"Kamu ini bicara apa? Bapak sudah menikah, dan sebentar lagi istri bapak melahirkan. Selama ini bapak hanya menganggapmu sebagai adik, tidak lebih."
"Istri Bapak pasti galak ya? Jadi Bapak takut."
Darren tersenyum.
"Ini bukan masalah istri bapak galak atau tidak. Tapi, bagi bapak pernikahan adalah sebuah komitmen. Selain pada istri bapak, menikah adalah janji dengan Allah. Jadi bapak tidak berani main-main dengan janji yang sudah bapak ucapkan."
"Tapi, Pak. Saya tidak bisa menolak perasaan ini. Semakin saya mengingkari, saya justru semakin jatuh cinta pada Bapak."
"Widya, usia kamu masih sangat muda. Sebaiknya kamu fokus pada kuliah kamu. Nanti pada saatnya kamu akan bertemu laki-laki yang akan menjadi jodoh kamu. Kita masuk kelas sekarang. Mahasiswa lain pasti sudah menunggu."
Darren beranjak dari tempat duduknya dan hendak melangkah keluar dari ruangan itu. Tanpa diduga, Widya menghambur ke dalam pelukannya.
"Astaghfirullah. Widya, jangan lakukan ini. Jika ada yang melihat, nanti akan menjadi fitnah!"
Darren berusaha melepaskan tangan Widya yang melingkar erat di pinggangnya. Namun, gadis itu justru semakin erat memeluknya.
"Aku mencintai Bapak," ucapnya.
"Maaf. Bapak tidak bisa menerima perasaanmu."
Widya yang tengah dikuasai cinta buta itu rupanya semakin nekad. Dia berjinjit demi meraih kepala sang dosen dan berusaha mengecup bibirnya.
"Apa-apaan ini!"
Darren tersentak kaget saat tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan itu.
Bersambung…
Hai, pembaca setia….
Ditunggu dukungannya ya….
Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰
🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
siti riyanti
dibuang suami tidak diakui saudara..kalau iya karena zurra dulu juga pernah kerja di club malam kenapa sampek segitunya..apalagi masa lalau dareen juga g baik..kalau dia bisa menerima si fatimah jadi bagian idupnya padahal fatimah sebelumnya orang lain kenapa g bisa nerima zura padahal satu darah???bisa merangkul orang lain tapi menolak saudara sendiri..sungguh membagongkan..sebaik apapun elo sekarang lo g bakalan berkah idup elo ama istri lo...karena elo dzolim pada wanita yang seharusnya kamu rangkul dan kamu lindunginm.sebelum mengayomi orang lain..dahulukan mengayomi adik wanitamu..percuma elo baik ama fatimah kalau sama zurra elo dzolim..g guna kebaikanmu
2022-08-16
3