Kotak apa ini? Mengapa mas Fabian meletakkannya di sini? Apa yang sebenarnya disembunyikannya dariku?
Demi menjawab rasa penasaranku, aku pun mengambil kotak yang ukurannya tidak lebih besar dari kotak sepatu itu, lantas kutiup debu halus yang menempel di permukaan tutup kotak tersebut. Pasti kotak ini sudah cukup lama 'bersembunyi' di bawah kolong lemari. Apakah ada sesuatu yang terlarang untuk kuketahui hingga mas Fabian menyembunyikannya dariku?
Jantungku berdegup semakin kencang saat mulai kulihat isi di dalamnya. Ada beberapa lembar pas foto mas Fabian berlatar belakang warna merah, juga selembar kuitansi. Tunggu! Kwitansi apa yang harus disembunyikan mas Fabian dariku? Selama ini akulah yang mengelola keuangan rumah tangga kami. Dari kuitansi pembelian mesin cuci, kasur busa, bahkan beberapa perabot rumah tangga lainnya, akulah yang menyimpannya. Lantas, apa yang mas Fabian beli tanpa sepengetahuanku?
"Oek…oek…"
Lekas kututup kembali kotak berwarna hijau itu saat tiba-tiba kudengar suara tangisan Lyra. Putri kecilku pasti kehausan setelah bangun dari tidur siangnya. Aku pun memangku lalu menyusuinya. Setelah ia tertidur kembali, perhatianku kembali tertuju pada kotak berwarna hijau itu.
Perlahan aku beranjak dari tempat tidurku agar tak membuat Lyra terbangun.
"Ting!"
Ponselku berdering singkat yang menandakan sebuah pesan masuk di aplikasi percakapan. Rupanya pesan itu berasal dari nomor baru yang tidak kukenal.
[From: +6281289xxxxxxxx]
[Assalamu'alaikum]
Aku klik foto profil pemilik nomor itu.
Ah, ternyata dia Fatimah. Aku baru ingat saat di rumah sakit tadi aku sempat mencatat nomorku di ponselnya.
Aku membuka pintu kamarku sepelan mungkin dan kembali menutupnya. Aku tak membalas pesan dari Fatimah melainkan menelponnya.
[Assalamu'alaikum, Van… eh Fatimah]
[Wa'alaikumsalam, Ra. Kamu sudah sampai rumah?]
[Alhamdulillah. Aku baru saja menidurkan Lyra]
[Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Ini mengenai mas Darren. Apa benar mas Darren adalah kakak kandungmu?]
[Ya. Meskipun sudah lebih dari sepuluh tahun tidak bertemu, aku tidak mungkin salah mengenali kakak kandungku sendiri]
[Kenapa mas Darren tidak mengakui kamu sebagai adiknya? Dia bahkan mengatakan tidak mengenalmu]
[Aku pun bingung mengapa kak Darren bersikap begitu padaku]
[Kalau aku boleh tahu, bagaimana hubungan kalian dulu?]
Tiba-tiba panggilan terputus.
[Halo…Fatimah…Halo…]
Aku menelpon kembali Fatimah namun entah mengapa dia menolak panggilan dariku. Mungkin Fatimah buru-buru mematikan telepon dariku lantaran ada mas Darren.
Darren Prasetyo, dialah nama lengkapnya. Wajah dan perawakannya menuruni mendiang ayah kandung kami, Bimantara Prasetyo. Warna kulitnya pun cenderung sawo matang. Berbeda denganku dan kakak perempuanku, Maureen. Kami berdua menuruni ibu yang memiliki kulit kuning Langsat. Ibu sendiri bukanlah asli keturunan Jawa. Beliau lahir dari kakek kami yang berdarah Minang dan nenek yang merupakan keturunan China. Hal inilah yang mungkin membuat warna kulit kami kuning langsat.
Ibu kami, Amira. Saat muda beliau adalah seorang model terkenal. Sementara mendiang ayah kami adalah seorang pengusaha konveksi rumahan. Entah bagaimana ceritanya ibu bisa jatuh cinta pada ayah yang usianya terpaut cukup jauh darinya.
Setelah ayah dan ibu menikah, kak Darren lahir di tahun pertama pernikahan mereka, kemudian disusul kak Maureen empat tahun setelahnya. Saat kak Darren merayakan hari ulang tahunnya yang ke delapan, di hari itu pula aku terlahir ke dunia. Ibu pernah bercerita jika aku lahir satu bulan lebih cepat dari hari taksiran persalinan.
"Kak Darren, mengapa kakak tidak mau mengakuiku sebagai adik kandungmu? Apa aku punya kesalahan padamu?" lirihku.
Aku meletakkan ponselku di atas meja dan berniat kembali memeriksa kwitansi apakah yabg kutemukan di dalam kotak berwarna hijau itu.
Aku beranjak dari ruang tamu dan masuk kembali ke dalam kamarku. Kuambil kotak itu, lantas kuamati kwitansi yang belum sempat kuketahui isinya. Mataku terbelalak saat membaca isi kuitansi itu.
Telah terima dari: Tn. Fabian
Uang sebesar : Lima juta rupiah
Untuk uang muka kredit kepemilikan rumah.
Rumah siapa yang mas Fabian beli? Bukankah rumah yang kami tempati ini sudah lunas setahun lalu?
Bersambung…
Hai, pembaca setia….
Ditunggu dukungannya ya….
Jangan lupa tinggalkan like,komentar positif, favorit, vote, dan hadiah. Sekecil apapun dukungan kalian. Akan sangat berarti bagi Author 🥰🥰🥰🥰
🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 328 Episodes
Comments
RATNA RACHMAN
jadi perempuan itu harus siaga ...jgn nangis mulu.bangik dan balas semua perlakuan mereka author buat Fabian menderita lebih oarah dan sakit lagi.😡
2022-08-21
0
siti riyanti
makanya jangan goblok lagi..jan lugu2 lagi. suami udah mendua g merasa aja...lakimu itu buaya
2022-08-16
1
Suhaetieteetie
banyak kebohongn yg febian sembunyikn mungkn dah nikah sama karmila secara diem2 azura g tau
2022-08-16
1