Andien mempersiapkan keempat bayinya untuk menjalani proses aqiqah di mana anak-anaknya akan digunduli rambut mereka dan di timbang sesuai dengan berat rambut itu dengan dibelikan seberat emas.
Andien mengambil foto-foto untuk bayinya yang terlihat cantik-cantik dan tampan-tampan.
"Kalian sangat menggemaskan. Siap jalan dengan mama ke mesjid sayang?" Jadilah anak-anak yang sholeh-sholeha." Ucap Andien lalu meletakkan bayinya di dalam baby stroller.
Ting tong...Ting tong..!"
"Biarkan saya saja yang membukanya bibi." Ucap Andien yang mengira tamunya adalah tuan Leo yang akan mengantar mereka ke mesjid yang ada di Bogota Kolombia.
Cek..lek!"
Betapa terkejutnya Andien saat melihat kedatangan kedua lelaki tampan yang merupakan saudara kembarnya, yaitu Adam dan Agam.
"Assalamualaikum mbak Andien!" Ucap keduanya penuh haru.
"Waalaikumuslam!" Adam, Agak!" Seru Andien tidak kalah haru lalu memeluk dua saudara kembarnya itu.
Tangis haru mewarnai pagi itu. Kerinduan mereka tidak bisa terlukiskan dalam suasana yang haru biru ditengah kemelut permasalahan yang dialami Andien saat ini.
Tangis bayi beriringan menyambut kedatangan dua paman mereka. Adam dan Agam melepaskan pelukan mereka pada Andien lalu beralih pada sosok keempat malaikat kecil itu yang ada di dalam babby stroller.
"Baby!" Ucap Adam memperhatikan wajah-wajah lucu, keponakan mereka.
Adam menggendong Al-Ghifari dan Calista, sementara Agam menggendong Alfarizi dan Camilla.
"Calista sangat mirip denganmu, mbak Andien." Ucap Adam yang menatap wajah cantik Calista yang terlihat lebih pendiam dari pada saudaranya.
"Oh iya, kalian mau ke mana sudah pada rapi?" Tanya Adam.
Ting... tong!" Sepertinya itu tuan Leo," ucap suster Anna.
"Selamat pagi!" Sapa tuan Leo pada keluarga Andien.
Andien memperkenalkan saudara kembarnya pada tuan Leo dan sebaliknya. Ketiganya bersalaman bercanda sesaat sebelum berangkat ke mesjid.
"Apakah sudah siap empat malaikat kecil ini?" Tanya tuan Leo yang mengambil Camilla dari gendongan Agam.
"Ayo kita jalan!" Takutnya para jamaah sudah berkumpul." Ucap Andien yang terlihat cantik mengenakan busana muslimah.
Keluarga itu berangkat dengan dua mobil mewah milik tuan Leo dan milik Andien menuju mesjid Istambul yang ada di Bogota Kolombia.
Setibanya di mesjid, bayi kembar empat itu di sambut dengan selawat badar oleh para jamaah. Semuanya sudah berkumpul di dalam mesjid kecuali pelayan dan baby sitter serta tuan Leo yang tidak boleh masuk ke mesjid karena mereka bukan bagian dari muslim.
Prosesi acara aqiqah dilakukan dengan khidmat. Bacaan Alquran dan doa yang terbaik untuk anak kembar empat milik Andien.
Andien tidak bisa menyembunyikan keharuannya saat anak-anaknya dicukur rambutnya.
Tauziah diberikan oleh syeh Muhammad yang berhubungan dengan momen aqiqah tersebut. Andien menarik nafasnya lega karena Syeh Muhammad tidak membaca nama belakang keempat bayinya.
Hingga acara itu selesai, seorang syeh yang sudah sangat sepuh mendekati Andien dengan matanya sedikit rabun.
"Nak, jagalah keempat anak kembarmu ini karena mereka akan tumbuh menjadi anak yang sangat jenius, namun sayang salah satu dari mereka sangat istimewa sendiri karena kondisinya tidak sama dengan ketiga saudaranya." Ucap syeh Abdul Rumi.
"Maaf syeh!" Apa maksud anda berkata seperti itu?" Tanya Andien yang belum mengerti dengan perkataan syeh pada salah satu anaknya.
Syeh itu tidak ingin mengulangi perkataannya dan ia pun berlalu pergi begitu saja dari Andien yang sempat tercengang mendengar kata-kata syeh yang begitu misterius.
🌷🌷🌷🌷🌷
Di tengah perjalanan, Andien hanya memikirkan kata-kata syeh Abdul Rumi tentang keempat bayinya.
"Apa maksud dengan salah satu anakku sangat istimewa dari pada ketiga saudaranya yang lain." Andien memijit pelipisnya sambil berpikir keras tentang perkataan syeh tadi.
Sekarang mereka sudah berada lagi di apartemen Andien. Tuan Leo yang merasa kehadirannya akan mengganggu momen pertemuan tuan Adam dan Agam dengan saudaranya Andien, mohon pamit pulang secepatnya.
"Maaf nona Andien!" Aku tidak bisa lama-lama berada di sini bersama kalian karena aku ada janji dengan klien." Ucap tuan Leo sambil menyalami Adam dan Agam.
"Bro!" Kalau sempat, aku undang kalian untuk makan malam di rumahku." Ucap tuan Leo.
"Terimakasih bro atas pengorbananmu yang telah merawat saudara dan keponakan kami." Ucap Adam.
"Insya Allah tuan Leo, kami akan berkunjung ke rumah anda selama kami masih di Bogota." Ucap Agam.
Sepeninggalnya tuan Leo, keluarga itu mulai membahas ibu mereka dan juga Andien.
"Adam!" Mengapa ibu tidak Ikut kalian?" Tanya Andien.
"Ibu belum bisa menerima kenyataan pahit yang menimpamu, mbak Andien." Ucap Adam.
"Yah, aku memang salah tapi aku tidak mungkin membunuh bayi-bayi tidak berdosa ini." Ucap Andien.
"Biarlah waktu yang akan merubah pendiriannya ibu, mbak Andien. Jujur kami juga kecewa padamu yang tidak bisa menjaga amanah orangtua kita yang selama ini begitu keras padamu.
Tapi semua sudah terjadi, apapun yang diucapkan oleh kami padamu tidak akan mengubah keadaan karena kita sudah dititipkan oleh keempat bayi ini.
Sekarang tugas kita hanya membesarkan mereka hingga mereka tumbuh menjadi orang-orang hebat nantinya." Ucap Agam.
"Mbak Andien!" Apakah ayah dari anak ini adalah Reza?" Tanya Adam.
Andien hanya mengangguk lemah dan tidak ingin membahas tentang Reza saat ini.
"Apakah dia tidak ingin Bertanggung jawab atas perbuatannya padamu?" Tanya Agam.
"Jika dia cukup berani mengambil resiko atas perbuatannya, mungkin nasibku tidak akan seperti ini. Mungkin kita tidak akan kehilangan ayah." Ucap Andien sambil menyeka air matanya.
"Apakah kamu mau kami memberinya pelajaran?" Tanya Agam dengan amarah yang sudah siap meledak.
"Pelajaran apapun yang kalian berikan tidak akan mengembalikan waktu yang telah ditorehkan dengan luka. Bagaimanapun juga dia adalah ayah dari keempat anak-anakku.
Betapa hancurnya aku saat ini, tapi hatiku masih terhibur dengan kehadiran keempat bayiku. Aku rasa dia yang paling menderita daripada kami. Biarkan rasa bersalah yang dirasakannya saat ini menjadi bagian dari hukumannya karena telah mengingkari janjinya sendiri." Ucap Andien dengan suara parau.
Adam dan Agam tidak ingin melihat Andien sedih berkepanjangan. Mereka datang ke Bogota hanya ingin melihat keempat bayi Andien sekaligus menghibur saudara kembar mereka yang hidup sendiri di perantauan.
"Mbak Andien!" Sepertinya tuan Leo sangat menyukaimu, mengapa kamu tidak mau dengannya?" Padahal dia siap jadi mualaf untuk bisa menikah dengan kamu." Tanya Adam.
"Mualaf karena pernikahan itu akan menambah masalah. Jangan jadikan agama sebagai barometer seberapa besar cintanya pada pasangan." Ucap Andien yang memang tidak menyukai tuan Leo.
"Iman itu bisa di asah dengan sejalannya waktu yang terpenting hatimu dulu yang siap menerima cinta yang lain dalam hidupmu, mbak Andien." Timpal Agam.
"Atau mungkin saja, mbak Andien masih berharap cinta dari ayah si kembar, Agam." Imbuh Adam.
Duaaarrr..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
apa salah satu dari mereka cacat atau bodoh?
2022-12-03
1
Sukliang
iya, tp andien tolol
2022-10-20
1
Samsuna
Andien bodoh menolak Leo
2022-10-05
1