Andien hampir pingsan, mendengar penuturan ibunya.
"Andien!" Apakah itu benar?" Apakah saat ini kamu hamil tujuh bulan?" Sejak kapan kamu menjual diriku pada pria kota itu?" Tanya nyonya Yuni secara beruntun.
"Ibu, maafkan Andien ibu....hiks..hiks!"
"Jadi, apa yang dikatakan tuan Handoyo itu, benar?" Tanya ayahnya sambil memegang dadanya yang terasa sangat sakit.
"Ayah!" Panggil Andien dengan suara bergetar.
"Akhhhhkkk!" Pekik tuan Rendra lalu jatuh pingsan.
"Ayahhhh!" Teriak Adam dan Agam bersamaan melihat kondisi ayahnya.
Nyonya Yuni meletakkan ponselnya di atas meja makan lalu menghampiri suaminya yang tidak sadarkan diri.
Adam yang memang seorang mahasiswa kedokteran mencoba membantu ayahnya dengan memberikan nafas buatan sambil memacu jantungnya, namun ayahnya sudah tidak merespon lagi.
Adam memeriksa nadi dan mata ayahnya, sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan di sana.
"Ayah, jangan ayah!" Jangan lakukan itu pada Adam!" Teriak Adam histeris.
"Apa maksudmu Adam?" Apa yang terjadi dengan ayah?" Tanya nyonya Yuni.
"Ayah sudah meninggal ibu.....hiks.. hiks!"
"Innalilahi wa innailaihi rojiuun." Ucap Agam lalu memeluk ibunya.
"Tidak... tidak...." Ayah belum meninggal, dia hanya pingsan. Kamu baru menjadi mahasiswa Adam, kamu tidak bisa menyimpulkan kematian ayah." Ucap nyonya Yuni masih tidak percaya dengan kematian suaminya yang begitu mendadak.
Karena ponsel nyonya Yuni masih dalam keadaan menyala, Andien yang sempat mendengar teriakan keluarganya, berusaha mendengarkan apa yang sedang terjadi di rumahnya saat ini.
Iapun begitu terkejut saat mendengar teriakan histeris ibunya, mendadak pingsan begitu mengetahui ayahnya telah meninggal dunia.
Tuan Leo yang masih bingung dengan sikap Andien yang terlihat syok, berusaha mengangkat tubuh Andien dan langsung dibawa ke kamar tamu.
"Panggilkan dokter Marta!" Titah tuan Leo pada kepala pelayannya.
"Andien!" Tolong sadar Andien!" Jangan pingsan sayang." Ujar tuan Leo sambil mengusap punggung tangan Andien dengan wajah cemas.
Tidak lama kemudian, dokter Marta datang dan langsung memeriksa keadaan Andien.
"Sebaiknya kita bawa dia ke rumah sakit karena gadis ini mengalami syok berat." Titah dokter Marta.
"Panggilkan ambulans!"
"Apa yang terjadi tuan Leo?"
"Aku tidak paham dokter, karena gadis ini berbicara dengan orangtuanya sementara aku sedang berada di kamar." Jelas tuan Leo.
"Apakah dia orang Asia?" Tanya dokter Marta sambil menunggu kedatangan ambulans.
Dalam beberapa menit kemudian, Andien sudah di bawah ke rumah sakit terdekat dengan ambulans.
Keadaan Andien yang cukup kritis membuat tuan Leo sangat bingung saat ini karena dokter meminta persetujuannya untuk melakukan upaya sesar tapi hanya dua kemungkinan yang harus di selamatkan antara Andien atau keempat buah hatinya.
"Apakah anda walinya, tuan?" Tanya dokter Keanu.
"Benar dokter!"
Maafkan kami tuan, mungkin istri anda harus kehilangan buah hatinya karena nona Andien saat ini sedang kritis. Kami harus menyelamatkan salah satu dari mereka. Antara bayi kembar empat itu, ataukah ibunya." Ucap dokter Keanu.
"Sial!" Apa yang harus aku lakukan?" Aku tidak mungkin membiarkan keempat bayi malang itu mati begitu saja tanpa melihat wajah cantik ibu mereka, tapi aku juga tidak mungkin membiarkan gadis yang aku cintai itu mati." Ucap tuan Leo serba salah.
"Tuan, siapa yang harus kami selamatkan diantara mereka?" Tanya dokter Keanu sekali lagi.
"Selamatkan mereka semua karena aku tidak ingin kehilangan nyawa mereka, entah itu ibu maupun bayi-bayinya." Ucap tuan Leo dengan tegas..
Mata dokter Keanu langsung membelo ketika mendengar pernyataan tuan Leo.
"Tapi Tuan!"
Kalau kalian tidak mampu menangani istri saya, saya akan pindah ke rumah sakit lain." Ucap tuan Leo membuat para dokter itu ketakutan.
"Baik tuan, kalau begitu kami akan berusaha melakukan yang terbaik untuk nona Andien." Ucap dokter Keanu langsung masuk kembali ke ruang operasi.
Operasi pun di batalkan, mereka berupaya memberikan obat-obatan yang bisa membuat bayi dan ibunya tetap bertahan.
Tuan Leo masih memegang ponsel milik Andien. Pria tampan itu bingung menghadapi situasi ini. Ia mengutak-atik ponsel itu untuk bisa melihat nomor kontak yang biasa dihubungi oleh Andien.
Rupanya ponsel Andien dilengkapi dengan angka sandi membuat tuan Leonardo sulit sekali menghubungi keluarga gadis itu.
"Apa yang harus aku lakukan untuk memberi tahukan keluargamu tentang keadaan kamu saat ini, Andien?" Aku bahkan tidak mengetahui angka sandi di ponselmu.
Tidak lama kemudian, ponsel milik Andien berdering, tuan Leo segera mengangkatnya karena nomor panggilan itu berasal dari Adam, saudara kembar Andien.
"Hallo, assalamualaikum mbak Andien!"
"Hallo, selamat siang!" Sapa tuan Leo.
"Maaf apakah ini ponsel Andien?" Tanya Adam yang mengira salah sambung.
"Benar, ini ponsel milik nona Andien." Ucap tuan Leo.
"Anda ini siapa?" Mengapa ponsel kakak saya berada di tangan anda?" Tanya Adam tidak mengerti.
"Andien sedang berada di ruang IGD karena saat ini sedang kritis setelah menerima telepon tadi pagi. Saya adalah temannya nona Andien. Saat ini saya di hadapkan posisi yang sulit karena dokter meminta saya untuk menandatangani persetujuan untuk tindakan penyelamatan antara nona Andien atau bayinya?" Itu yang membuat saya merasa tidak bisa memutuskan sendiri yang terbaik untuk nona Andien mengingat nona Andien mengandung bayi kembar empat." Ucap tuan Leo.
"Apa...?" Adam sangat syok mendengar cerita tentang kondisi saudara kembarnya itu. Ia pun memberi tahu juga kepada Leo kalau ayah mereka sudah meninggal.
"Saya turut berdukacita atas meninggalnya ayah nona Andien, tuan Adam." Ucap Leo sedih.
"Siapa nama anda Tuan?"
"Perkenalkan nama saya Leonardo dan saya teman nona Andien." Ucap Leo.
"Baik tuan Leo, saya ingin meminta tolong kepada anda untuk menjaga mbak Andien selama dua dirawat. Jika terjadi sesuatu tolong kabari saya. Saat ini kami masih dalam keadaan berduka. Besok pagi ayah saya baru di makamkan. Jika keadaannya sudah kondusif, kami akan mengunjungi mbak Andien." Ucap Adam dengan suara parau.
"Anda tidak usah mencemaskan keadaan kakak anda karena saya akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa nona Andien. Fokus saja dengan proses pemakaman ayah kalian dan sampaikan duka mendalam saya untuk nyonya Yuni." Ucap tuan Leo lalu mengakhiri pembicaraan mereka.
"Adam...!" Panggil nyonya Yuni.
"Iya ibu!"
"Siapa yang kamu hubungi?"
"Mbak Andien ibu."
"Apakah kamu memintanya pulang ke Indonesia dengan membawa perutnya yang besar untuk memperlihatkan aibnya di warga kampung ini?" Omel nyonya Yuni.
"Ibu!" Pelan suara ibu!" Lihatlah di sekitar kita saat ini dengan para pelayat yang datang, bukan hanya kerabat tapi juga para tetangga dan sahabat. Apakah ibu ingin mereka mendengar semua permasalahan yang kita hadapi saat ini..?" Ucap Adam geram dengan sikap ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Sukliang
mmg bejad si handoyo itu
2022-10-19
1
Samsuna
moga Andien dan bayinya bae2aj
2022-10-05
2
paty
terlalu drama, knp jg ayah andien hrs meninggal, mkn aneh sj
2022-10-01
0