Sekitar beberapa pekan kemudian, Wildan baru bisa menemui Reza di rumahnya. Ketika baru saja turun dari mobilnya, Wildan melihat Reza sudah rapi dengan mengenakan baju batik warna coklat muda dan celana panjang hitam.
Reza yang melihat kedatangan Wildan langsung menyapa dan saling menanyakan kabar masing-masing.
"Apa kabar bro!" Tanya Wildan sambil melihat penampilan Reza yang terlihat resmi pagi itu.
"Baik Bro!" Tumben seorang Wildan mendatangi rumahku, apa ada sesuatu yang penting bro?"
"Sebentar Reza!" Apakah kamu ingin pergi ke suatu tempat?" Kelihatannya ada acara penting di keluargamu." Tanya Wildan penasaran karena melihat beberapa kerabat Reza banyak sekali hadir di rumah Reza dengan penampilan yang sangat rapi.
"Hari ini aku mau tunangan, bro." Ujar Reza dengan wajah sendu.
"Tunangan..?" Bagaimana hubunganmu dengan Andien?" Apakah kamu sudah tahu kalau ayahnya Andien meninggal beberapa Minggu yang lalu dan itu terjadi setelah ayahmu berkunjung ke rumahnya." Ujar Wildan.
Duaaarrr...
"Apa...?" Ayahnya Andien meninggal? Tanya Reza tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Reni mengabari aku karena dia sulit menghubungi kamu." Ucap Wildan.
Reza terlihat syok mendengar kabar duka itu." Apakah Andien pulang ke Indonesia?" Tanya Reza yang terlihat sangat merindukan wanitanya.
"Kalau itu aku tidak tahu, bro."
"Wildan, apakah kamu mau menolongku?"
"Menolong apa...?"
"Tolong temui Andien di Kolombia karena ia kuliah di sana. Saat ini Andien sedang hamil besar dan sebentar lagi akan melahirkan. Saat itu ia meminta pertanggungjawabanku tapi aku menolaknya karena belum siap untuk berumahtangga. Aku sangat menyesal karena menolaknya. Sekarang aku mohon kepadamu, tolong lihat keadaan Andien. Pasti kematian ayahnya karena mengetahui Andien hamil di luar nikah dan itu pasti ada hubungannya dengan ayahku." Ucap Reza sambil mengusap air matanya.
"Reza!" Apakah kamu mengundang Wildan juga ke acara pertunanganmu?" Tegur Tuan Handoyo pada Wildan yang merupakan putra sahabatnya juga.
"Eh, om Handoyo!" Wildan langsung menyalami tangan ayah dari sahabatnya itu.
"Iya ayah, Reza sengaja mengundang Wildan." Ucap Reza asal.
"Kalau begitu, ayo kita berangkat. Keluarga Monika sudah menunggu kita." Ucap tuan Handoyo lalu masuk ke mobilnya.
"Wildan, apakah kamu mau ikut ke acara pertunanganku?" Tanya Reza.
"Aku lebih tertarik dengan kehamilan Andien daripada pertunanganmu Reza. Aku tidak menyangka kamu tega menghancurkan masa depannya karena ulah bejatmu hingga membuat gadis itu harus menanggung malu dan ia harus melahirkan bayinya di luar negeri. Kamu benar-benar pria bajingan." Ucap Wildan lalu kembali ke mobilnya dengan perasaan kecewa.
"Wildan, tunggu sebentar!" Reza mencegah mobil sahabatnya yang hendak meninggalkan kediamannya.
Wildan mengeluarkan sedikit tubuhnya dari balik jendela mobil." Minggir bajingan!" Ujar Wildan yang sudah tidak respek bicara dengan sahabatnya Reza.
Mobil sport mewah itu mulai meluncur meninggalkan Reza yang kembali menyesal karena sudah curhat tentang wanitanya.
"Mengapa aku bodoh sekali, harusnya aku tidak menceritakan kondisi kehamilan Andien pada Wildan. Bagaimana kalau Wildan mengambil tempat dihati Andien, ah...ini sangat membuatku kesal. Apa lagi Wildan saat itu juga sangat menyukai Andien." Gerutu Reza menyesali mulutnya yang terlalu cepat mengatakan kebenaran atas hubungannya dengan Andien.
Reza masuk ke mobilnya karena sopir ayahnya sudah menunggunya sejak tadi." Tuan muda, ayah anda hampir tiba di rumah nona Monika, sebaiknya kita segera berangkat." Ucap pak Rama.
"Baik pak!" Ayo kita jalan!" Ucap Reza dengan wajah murung.
Sepanjang jalan Reza terus mengusap air matanya. Reza ingin sekali kabur dari pertunangan itu, namun ia juga takut akan ancaman ayahnya yang tidak akan memberikan perusahaannya itu pada dirinya.
"Andien, apa yang harus aku lakukan untuk bisa bersama denganmu. Tanpa harta aku tidak bisa membahagiakanmu. Tapi melanjutkan hubungan dengan wanita lain, itu berarti aku tidak akan bisa mendapatkan kamu kembali. Ah!" seandainya aku lebih adil padamu, mungkin kita akan menikah dan menunggu kelahiran buah hati kita saat ini." Gumam Reza lirih.
Tidak terasa mobil miliknya sudah masuk ke area parkir kediaman keluarga Monika. Pintu mobil Reza di buka oleh pelayan rumah Monika. Reza di sambut oleh keluarga calon tunangannya dengan siraman bunga.
Reza duduk diantara kedua orangtuanya dan menunggu acara pertunangan itu di mulai. Setiap perwakilan keluarga memberikan sambutan dalam acara itu. Sementara Reza tenggelam dalam lamunannya karena memikirkan kembali kematian ayah dari Andien.
Reza membisikkan sesuatu ditelinga ayahnya." Ayah, apakah ayah pernah ke rumah Andien beberapa Minggu yang lalu?" Tanya Reza.
"Ayah tidak pernah ke rumah gadis kampung itu." Ucap ayahnya tegas.
"Kalau ayah tidak ingin mengakuinya, maka Reza tidak akan mau bertunangan dengan putri sahabat ayah itu.
Apakah ayah tidak tahu, siapa Monik?" Gadis tidak tahu malu itu sering dugem ke kelab malam dan menghabiskan waktunya bersenang-senang dengan lelaki manapun yang ia sukai.
Haruskah aku menikahi perempuan sampah itu demi kehormatan ayah?" Tanya Reza yang tidak bisa lagi menahan amarahnya.
"Setiap orang punya masalalu Reza, apa bedanya kamu dengan dia?" Bukankah kamu juga seorang bajingan yang selalu merasakan tubuh wanita hingga yang satunya harus hamil karena ulahmu." Ujar tuan Handoyo nggak mau kalah dengan putranya.
"Setidaknya Andien masih terjaga tubuhnya hingga aku mendapatkan kesuciannya yang tidak semua wanita jaman sekarang ini menjaganya dengan baik. Sekali lagi aku ingin tanya pada ayah, apakah ayah pernah mendatangi rumah Andien di Solo?" Tanya Reza makin gusar pada ayahnya.
"Acara pertunangan ini akan segera dimulai, kami undang ibu calon tunangannya pria untuk mendampingi putranya nak Reza untuk maju menyemaikan cincin tunangannya kepada calon tunangannya Monika.
Reza tidak ingin langsung berdiri ketika namanya di panggil. Ia masih menatap wajah ayahnya, tuan Handoyo untuk mengakui perbuatannya lelaki itu yang tega menghancurkan keluarga kekasihnya, Andien.
Tuan Handoyo menarik nafasnya dengan berat. Ia bingung menentukan sikapnya saat ini. Mengakui atau tidak, Reza akan tetap meninggalkan acara pertunangan ini. Semuanya terasa berat baginya karena sudah membuat ayah gadis itu meninggal mendadak karena mulut besarnya.
"Mengapa aku harus menghinakan diriku untuk menemui keluarga itu, kalau pada akhirnya, tuan Rendra meninggal dunia." Ucap tuan Handoyo penuh penyesalan.
"Kami harap nak Reza untuk maju ke depan menyemaikan cincin tunangan pada ...?" Reza mengangkat satu tangannya untuk mendiamkan MC acara sambil menatap wajah ayahnya yang terlihat menegang.
"Ayah!" Gertak Reza sambil memohon untuk ayahnya mengakui perbuatannya.
Para undangan yang hadir bertanya-tanya kepada keluarga pihak laki-laki yang sedang memiliki masalah internal dalam keluarga mereka.
"Ada apa dengan tuan Handoyo dan putranya Reza?" Tanya ibunya Monika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Sukliang
handoyo, entah hrs maki spa ya yg cocok tuk mu
2022-10-20
1
Sukliang
tanya kelakuan bejad putri mu
2022-10-19
1
pencinta_hotdaddy🔥😋😘🙌💋
oh. ternyata pria tukang celap celup..isss menjijikan.
tenang sekali orang tuanya anak seperti itu. selain keluarga toxic ternyata juga menjijikan🙄
2022-10-14
1