Nyonya Susan masih memikirkan kehamilan Andien saat sudah berada di Indonesia. Reza yang tidak mengetahui rencana jahat orangtuanya pada kekasihnya itu, mengira kedua orangtuanya baru pulang dari luar kota.
"Hallo mam!" Sapa Reza ketika duduk di meja makan.
"Bagaimana keadaan perusahaan saat ayah tinggalkan dua hari ini, nak?" Tanya tuan Handoyo.
"Semuanya terkendali tanpa masalah, ayah." Ucap Reza sambil tersenyum.
"Syukurlah, kamu sudah bisa menjalani roda perusahaan kita nak, ayah harap kamu juga siap untuk berumahtangga karena ayah sudah buat janji untuk acara perkenalan kalian berdua. Maksud ayah, kamu akan menikah dengan Monika, putrinya tuan Atalla." Ucap Tuan Handoyo.
Reza meletakkan sendok dan garpu miliknya dengan sedikit membanting di atas piringnya yang masih penuh dengan nasi dan lauk pauk.
"Maafkan Reza, ayah!" Reza tidak ingin dijodohkan dengan wanita manapun karena besok, Reza ingin menjemput Andien di Kolombia. Jika gadis itu tidak mau pulang karena ingin menempuh pendidikannya. Reza akan tetap menikahinya sebelum bayiku lahir di dunia ini." Ucap Reza membuat nyonya Susan seketika tersedak.
"Uhuk...uhuk!" Nyonya Susan buru-buru meneguk air putih untuk melancarkan pencernaannya.
"Reza!" Kamu tidak akan ke manapun karena ayah akan menghapuskan namamu dalam daftar warisan jika kamu nekat menjemput gadis itu.
Lagipula dia sudah menandatangani surat perjanjian antara ayah dan dirinya yang tidak akan saling menuntut satu sama lain jika anaknya itu lahir ke dunia ini." Ancam tuan Handoyo pada putranya.
Nyali Reza kembali menciut saat namanya bukan menjadi pewaris dari kekayaan orangtuanya.
"Suka atau tidak suka, kamu harus tetap menikahi Monika dalam waktu dekat ini. Lupakan gadis miskin itu, karena kehidupan keluarganya, tidak dapat dibanggakan jika masuk ke keluarga kita." Ucap ayahnya dengan angkuh.
Nyonya Susan terlihat diam seribu bahasa, karena hatinya mulai condong pada Andien yang saat ini sedang hamil kembar.
Niatnya untuk memisahkan putranya dengan Andien, kini berbalik seratus delapan puluh derajat, saat ini. Ia ingin melihat cucu-cucunya itu lahir ke dunia. Tapi ambisi suaminya akan harta dan reputasi membutakan mata batinnya yang tidak melihat lagi sisi kemanusiaan sebagai makhluk sosial.
"Ayah, mengapa kalian tega menyakiti hati Andien dengan membuat perjanjian konyol itu. Suatu saat nanti bayiku akan tumbuh besar dan dia akan mencari tahu ayah kandungnya." Ucap Reza.
"Mengapa harus wanita miskin yang kamu pilih, padahal masih banyak wanita kaya yang sangat cantik yang akan menjadi pendampingmu." Ucap tuan Handoyo makin geram dengan putranya.
"Ayah, hatiku lebih memilih dia bukan akal dan mataku yang aku jatuh cinta padanya. Apakah ayah menikahi ibu dengan penawaran materi yang dilakukan kakek untuk kebahagiaan ayah?"
Plakkk..!" Tuan Handoyo menampar putranya yang makin kurangajar kepada dirinya.
"Ayah!!" Pekik dua putrinya ketika melihat kakak mereka di tampar di depan mereka.
"Ini juga pelajaran untuk kalian agar memilih pasangan bukan berdasarkan hati tapi memikirkan lagi apa tujuan dari setiap ikatan. Jika tidak ada hubungannya dengan kekuasaan dan jabatan, jangan pernah memikirkan untuk melanjutkan cinta bodoh yang akan berakhir pada penderitaan." Ucap tuan Handoyo memberi nasehat untuk ketiga anaknya yang merupakan saudara kembar tiga.
"Ayah, setiap letak kebahagiaan tidak diukur berapa hebatnya pasangan kita, tapi berapa besar perhatian dan tanggung jawabnya dia dalam memerankan perannya berdasarkan statusnya, entah itu menjadi suami atau menjadi istri.
Jadi, apa yang ayah sebutkan tadi, itu hanya fasilitas pelengkap, bukan pendukung untuk rumah tangga itu bisa bahagia." Ucap Rika mengomentari ayahnya.
"Diam!" Tahu apa kamu tentang bahagia?" Kalian belum merasakan membina rumah tangga, jadi kalian hanya menebak jenis kebahagiaan hanya berdasarkan nalar semata bukan pengelaman yang ayah dan mami jalankan selama ini." Ucap tuan Handoyo.
Reza melirik kedua saudara kembarnya untuk tidak lagi menimpali perkataan ayah mereka. Rika dan Riska menghabiskan makan mereka secepatnya karena apa pun yang mereka katakan kepada ayah, tidak akan mengubah keputusan apapun berdasarkan pandangannya tentang kebahagiaan untuk anak-anaknya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Sementara itu, di Kolombia Andien menikmati hari-harinya di masa kehamilannya yang sudah memasuki usia tujuh bulan. Masa liburan kuliah bertepatan dengan liburan Natal, membuatnya punya banyak waktu memperhatikan perkembangan kehamilannya. Mulai dari melakukan USG, makan dan minum sesuai dengan kebutuhan gizi untuk keempat calon bayinya.
Sore itu, tuan Leonardo menemani Andien untuk melakukan USG karena mereka ingin mengetahui jenis kelamin sang bayi.
"Wah, dua diantara mereka mau memperlihatkan jenis kelaminnya, tapi dua lagi cukup sulit karena terhalang oleh kaki mereka. Tapi tidak apa, Tuan dan nyonya bisa menyiapkan nama untuk mereka, empat nama lelaki dan empat nama perempuan." Ucap dokter Gabriel.
"Terimakasih dokter!" Ucap keduanya lalu menanyakan beberapa hal penting lainnya yang berhubungan dengan kandungan Andien.
Ibu muda ini, sedikitpun tidak pernah mengeluh dengan kehamilannya yang dua kali lebih besar perutnya dengan kehamilan normal. Walaupun ia menjadi pusat perhatian orang-orang yang melihatnya sepanjang jalan ketika tuan Leonardo mengajak gadis ini jalan-jalan di pusat keramaian karena suasana kota yang cukup dingin menjelang hari Natal.
"Apakah kamu tidak ingin berlibur di Indonesia?" Tanya tuan Leo saat sedang duduk di bangku taman kota bersama Andien sambil menikmati makanan hangat milik mereka.
"Jika ini kehamilan yang diharapkan oleh kebanyakan orang, mungkin aku dengan senang hati mau berlibur dan melahirkan bayi kembar empat di tanah kelahiran ku, tapi aku tidak bisa merasakan itu adalah momen bahagia untuk keluarga besar ku, melainkan aib bagi mereka karena aku mengandung di luar nikah." Ucap Andien sambil berkaca-kaca.
"Aku mengerti Andien, hanya saja keempat calon bayimu itu adalah bayi spesial, mungkin saja orangtuamu mengesampingkan ego mereka dengan rasa malu yang berlebihan, jika mereka melihat keempat malaikat kecil ini hadir untuk memberikan warna baru dalam hidupmu, mungkin juga hidup keluargamu, Andien." Timpal tuan Leonardo.
"Bagi masyarakat di sini, kehamilan di luar nikah bukan hal yang tabu untuk ditutupi sebagian kalangan karena hubungan sosial kalian tidak begitu memperdulikan aib orang lain, tapi di Indonesia kehamilan di luar nikah adalah momok yang menakutkan bagi keluarga yang memiliki etika dan agama yang kuat dalam menjaga reputasi nama baik keluarga yang dibina secara turun temurun.
Sekalinya kamu melakukan kesalahan, bukan hanya namamu saja yang akan dihina, tapi kedua orangtuamu, saudara maupun kakek nenekmu akan di caci maki dan di hina setiap saat sampai mereka bosan membicarakan aibmu." Ucap Andien.
"Astaga!" Itu berarti keluarga pembawa aib itu bisa dikucilkan oleh masyarakat setempat?" Tanya Leonardo yang tidak begitu mengerti dengan budaya kehidupan Indonesia walaupun ia memiliki darah negara tersebut.
"Itulah sebabnya, di negara kami, banyak remaja yang nekat mengugurkan kandungannya hanya untuk menyelamatkan nama baiknya, walaupun tidak sedikit dari mereka ada yang ketahuan bahkan sampai meregang nyawa karena kehabisan darah.
Yang lebih menyedihkan ibu-ibu muda itu membuang bayinya di tong sampah bahkan meletakkan bayinya di tempat-tempat yang bisa di lihat orang lain, jika masih hidup agar bisa diadopsi." Ujar Andien.
"Itu berarti, hanya sebagian besar wanita hebat seperti dirimu, yang mau menyelamatkan bayimu ketimbang memikirkan reputasi keluarga." Ujar tuan Leonardo.
Andien hanya mengangguk sambil merapatkan lagi jaketnya karena terasa makin dingin.
"Ayo kita pulang Andien!" Aku tidak mau kamu terkena flu." Titah tuan Leo.
Keduanya berjalan menuju mobil dan Andien berhenti sesaat ketika mendengar ponselnya berdering. Gadis itu melihat siapa yang sedang menghubungi dirinya.
Tidak tanggung-tanggung, ibunya yang sangat merindukan putrinya itu malah melakukan panggilan video call dengan buah hatinya itu.
"Astagfirullah!" Ibu?" Bagaimana ini?" Ujar Andien sangat panik untuk menjawab panggilan video call dari keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
terlalu sombong ayahnya Reza nih sok punya duit banyak seolah" hanya duit yg bisa nolong dia bukan klg ato anaknya.jika udh renta dan sakit" an tinggal sendiri drmh apa duit bisa bonceng krmh sakitnya tuan songong..
2023-03-02
1
Sukliang
sedihhhh
2022-10-19
1
Samsuna
semangat Andien
2022-10-05
2