Reza baru menyadari atas kekhilafannya setelah menodai Andien, gadis yang selama ini ia impikan untuk menjadi kekasihnya. Apa lagi Andien begitu membencinya kerena Reza mengkhianati kepercayaan gadis itu kepadanya.
Reza menatap berkas seprei putih yang masih terdapat darah kesucian Andien yang semalam ia merenggutnya dengan paksa.
"Maafkan aku Andien!" Aku memang salah, aku tidak bisa mengendalikan perasaanku karena syahwatku sudah menutupi mata batinku." Ucap Reza dengan penuh penyesalan.
Ia mencoba menghubungi ponsel milik Andien, namun gadis itu tidak ingin mengangkatnya.
"Mau apa lagi kamu bajingan!" Ucap Andien dengan geram.
Reza mengetik sejumlah pesan untuk wanitanya itu dengan perkataan maaf yang begitu banyak dan berjanji untuk menikahi wanitanya.
"Andien, aku harap kamu bisa membaca pesan dariku dan aku mohon agar kamu mau memaafkan atas kekhilafan ku atas dirimu. Aku ingin bertanggungjawab atas perbuatanku setelah aku menjalani sidang skripsi.
Aku mohon kamu bisa menungguku. Jika kamu ingin melanjutkan kuliah di Jakarta, aku akan menjemputmu agar kamu tinggal di mansion milik orangtuaku karena sebentar lagi kita akan segera menikah sebelum kamu ketahuan hamil oleh keluargamu." Tulis Reza meyakinkan Andien atas ketulusan cintanya.
Andien membaca pesan dari Reza, namun tidak ingin membalasnya. Hatinya begitu sakit karena Reza mendapatkan dirinya dengan paksaan bukan dengan kerelaan hatinya.
"Aku tidak akan mempercayai tipu dayamu lagi Reza, aku bahkan sangat membencimu kini. Aku menyesal mengenalmu. Harusnya aku menutup hatiku untuk lelaki sepertimu dirimu.
Tapi, aku juga yang salah. Kenapa aku mau saja ikut dengannya ke hotel, harusnya aku tidak luluh begitu saja dengan ajakannya semalam.
"Aku pamit pulang ke Jakarta Andien, jaga dirimu sayang!" Aku mencintaimu." Pesan terakhir dari Reza untuk Andien.
Reza tidak berharap lagi mendapatkan balasan dari sang kekasih. Ia meninggalkan hotel itu menuju pintu tol dengan membawa mobil kesayangannya menuju tanah kelahirannya, Jakarta.
-----------------
Hari demi hari berlalu dengan cepat. Andien sudah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di bangku SMA dengan nilai yang sangat memuaskan. Ia harus segera berangkat ke Jakarta karena sudah mendapatkan kampus negeri yang sangat terkenal di Jakarta.
Gadis ini mengambil jurusan fisika dan matematika yang merupakan pelajaran kegemarannya. Sialnya lagi ia harus satu kampus dengan Reza walaupun berbeda jurusan.
Gadis kutu buku ini tidak peduli dengan lelaki itu lagi karena Reza sebentar lagi akan tamat dari kampus itu.
Reza yang belum mengetahui bahwa Andien akan masuk ke kampus yang sama dengannya saat ini. Lelaki tampan itu, nampak bercengkrama dengan teman-temannya sambil memperhatikan mahasiswa yang baru saja melakukan ospek.
"Ingin kali ku kerjain gadis-gadis cantik itu." Ucap Poltak Hutabarat ketika para gadis melewati mereka.
Semua temannya tertawa lepas mendengar candaan Poltak. Andien yang sempat melihat punggung Reza, begitu ketakutan hingga ia harus berbalik arah jalannya dan mencari jalan lain untuk menghindari Reza.
Jantungnya seketika mau berhenti ketika harus berhadapan dengan Wildan, teman kost Reza yang memanggil namanya.
"Andien!" Tegur Wildan saat melihat gadis itu berjalan terburu-buru.
"Hahhhh!" Aduh, mampus aku!" Mengapa harus bertemu dengan temannya juga." Ucap Andien lirih.
"Apakah kamu sedang mencari Reza?" Tanya Wildan.
Andien menarik tangan Wildan lalu bersembunyi di balik tembok untuk mengalihkan perhatian Reza.
"Apakah mas Wildan mau menolongku?" Tanya Andien dengan wajah memohon.
"Apakah ini mengenai Reza?" Apakah kamu tidak menyukainya?" Tanya Wildan lagi.
"Jangan memberitahu Reza, kalau aku kuliah disini, aku mohon kepadamu, aku ingin belajar dengan tenang tanpa ada gangguan dari lelaki itu." Ucap Andien sambil memelas.
Baru saja Andien mengucapkan kata-kata Permohonan pada Wildan, tiba-tiba saja, ia merasakan mual yang luar biasa dari dalam perutnya. Rasanya saat ini, ia ingin mengeluarkan semua isi perutnya.
Karena masih ada Wildan membuat ia menahan diri untuk tidak muntah di depan lelaki yang tidak kalah tampannya dengan Reza.
"Baiklah Andien, jika itu permintaanmu. Aku sangat kagum pada dirimu yang begitu menjaga kehormatanmu." Puji Wildan namun tidak digubris oleh Andien karena gadis itu sudah ngacir ke kamar mandi.
Wildan yang terlihat sangat dewasa pembawaannya, hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Andien yang dikiranya sedang bersembunyi dari Reza karena Reza sedang berjalan ke arahnya.
"Hai bro!" Apakah kamu sudah selesai sidang skripsi?" Tanya Reza sambil menepuk pundak Wildan.
Wildan memastikan dulu Andien yang masih berada di dalam toilet wanita. Ia pun mengajak Reza untuk ngobrol sambil berjalan menuju tempat parkir.
"Aku sudah menyelesaikan semuanya bro, aku hanya mau mengambil baju toga." Ucap Wildan seraya menunjukkan bungkusan yang dibawanya.
"Wah, keren!" Akhirnya kita bisa wisuda bareng tahun ini." Ucap Reza sambil terkekeh senang.
Saat keduanya berjalan menuju tempat parkir mobil, Andien keluar dari toilet wanita dengan wajah yang sangat pucat.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi pada diriku?" Tanya Andien dengan tubuh yang terasa sangat lemas.
"Andien, apakah kamu baik-baik saja?" Sapa Kinara yang merupakan teman sekelas Andien.
"Sepertinya aku kurang enak badan Kinara, aku mau pesan taksi dulu untuk pulang ke kost." Ucap Andien.
"Apakah perlu aku temani Andien? " Aku takut kamu bisa pingsan kalau berjalan sendirian.
Andien mengangguk karena dia ingin ditemani oleh Kinara sampai ia mendapatkan taksi.
"Cukup sampai taksi saja Kinara!" Ucap Andien saat melihat reaksinya sudah datang.
"Baiklah Andien!" Segera ke dokter agar penyakitmu bisa di ketahui. Semoga lekas sembuh!" Ucap Kinara sambil melambaikan tangannya pada Andien.
Taksi itu berjalan menuju kost milik Andien. Di tengah perjalanan, Andien meminta sopir taksi untuk berhenti sebentar karena ia ingin membeli sesuatu di toko obat.
"Maaf pak!" Tolong berhenti di depan toko obat itu. Aku ingin beli obat sebentar. Apakah bapak mau menunggu sebentar?" Tanya Andien.
"Silahkan nona!" Ucap sopir taksi itu.
Andien turun dari mobil taksi hendak membeli obat, namun pikirannya berubah setelah melihat alat tes kehamilan yang biasa dikenal dengan testpack.
Setelah mengantongi dua jenis testpack, Andien melanjutkan perjalanan menuju kost. Ia buru-buru membayar sopir taksi itu.
Setibanya di kamar Andien membaca petunjuk penggunaan alat tes kehamilan itu sebentar. Ia pun masuk ke kamar mandi dan melakukan sesuai instruksi alat test kehamilan itu.
Wajah Andien begitu pucat ketika melihat dua garis merah dan satu lagi tanda positif pada dua testpack itu.
Bulir bening itu mengalir begitu saja dari kelopak matanya yang sangat indah. Apa yang selama ini, ia takutkan malah terjadi juga.
Andien segera menyembunyikan kedua alat testpack itu ke dalam lemarinya. Ia berniat menemui Reza untuk meminta pertanggungjawaban lelaki bajingan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
pasti Hamidun la Andien nya mana Reza gak pkai pengaman gt.ternyata Andien baru lulus SMA ya Skull nya masih muda donk paling umur 18thn.gak ush ndien percuma minta tanggung jawab Reza pasti ngeles tuh bikin sakit hati aja.mendgn gak ush laki" spt Reza bukan laki" yg bertanggungjawab hanya manis omongan ja kenyataan nol gede..
2023-01-31
1
Mulianah Thalib
buat kisah nya hamil simpatik biar Reza sadar sendiri kalau benih yg di tanam tumbuh subur
2022-10-05
3
Sri Lestari
bikin reza yg ngidam thor biar kapok tuh
2022-09-03
4