Hot Duda Bagian 16
Oleh Sept
Lisa duduk di kursi belakang, ia terlihat kebingungan duduk sambil memangku baby Tiara. Tiara yang terlahir premature, tubuhnya sangat kecil, Lisa jadi takut. Lisa memang punya 3 adik. Yang dua tinggal bersama, yang satu ikut bibinya saat masih bayi. Seharusnya Lisa tidak asing dengan tata cara mengurus bayi, tapi ini bayi yang sedikit berbeda.
Tiara tubuhnya sangat mungil, ukuran kaki, tangan, sangat imut. Jujur, Lisa sedikit takut, takut kalau sedikit sentuhan akan melukai baby Tiara yang terlihat ringkih, kecil dan lemas tersebut. Lisa yang tidak memiliki background ilmu kesehatan, membuatnya ngeri saat harus menangani baby premature tersebut.
'Mengapa mereka tidak membayar baby sitter atau perawat? Aku kok takut sekali pegang bayi sekecil ini?' batin Lisa dengan wajah gelisah.
Sedangkan di kursi depan, ada Rio yang mengemudi, dan Anggara yang duduk di sebelahnya dengan tatapan kosong. Pria yang baru saja menyandang status sebagai duda karena ditinggal mati tersebut, terlihat kembali murung.
'Dinda ... aku bawa anak kita pulang, entah, aku tidak yakin bisa membesarkan dia sesuai harapanmu atau tidak. Kamu meninggalkan Tiara padaku, seperti sebuah hukuman,' batin Anggara dengan tatapan sendu. Anggara sepertinya masih terbelenggu akan sosok Adinda yang pergi tanpa sempat membuka mata dalam komanya.
Sedangkan Rio, sepanjang jalan dia sesekali mengintip kaca di depannya. Ia sedang memperhatikan Lisa.
Sesaat kemudian, baby Tiara tiba-tiba menangis kencang, satu mobil langsung dibuat panik olehnya.
"Kenapa dia tiba-tiba menangis?" tanya Anggara sembari menoleh ke belakang. Dilihatnya Lisa mencoba menenangkan bayi kecilnya.
"Lisa nggak tahu, Pak." Lisa buru-buru menjawab dengan wajah panik.
Sedangkan Rio, ia ikut menyela. "Botol sussunya ada di samping tas, dia mungkin haus."
Lisa menelan ludah, entah mengapa ia mendadak jadi telat mikir. Harusnya ia paham, bayi menangis kalau tidak lapar ya tidak nyaman. Gadis itu mungkin masih grogi, karena tiba-tiba harus mengurus bayi.
"Oh, iya."
Lisa kemudian meraih botol yang sudah ada isinya. Dengan hati-hati ia memberikan dot itu pada baby Tiara. Bukannya diam, baby Tiara malah menangis keras.
'Aduh, bagaimana ini?' batin Lisa yang kemudian semakin panik.
"Hentikan mobilnya!" titah Anggara.
Rio pun langsung menepi, mereka berhenti di tepi jalan. Dan Lisa kembali mencoba membuat baby Tiara meminum dotnya, tapi malah muntah. Seketika tiga orang dalam mobil semakin cemas.
"Kenapa Tiara? Jangan nangis ya. Jangan nangis. Jangan nangis ... jangan nangis," gumam Lisa sembari membersihkan muntahan baby Tiara.
Lisa yang semula bingung, panik, cemas, perlahan mulai belajar, ia mulai mengingat bagaimana dulu cara ibunya merawat Marwa, adiknya waktu kecil.
Sesaat kemudian, dengan lembut ia puk-puk punggung baby Tiara, sembari terus bicara, agar bayi itu tenang.
"Ssst ... cup, sayang ... anak pinter, ssst ... mau bobo ya ... ssttt ... bobo ya Sayang ... ssst."
Dua pria yang duduk di kursi depan hanya diam sambil mendengarkan cara Lisa yang membuat baby Tiara perlahan diam dan tidak menangis lagi. Ternyata, tidak sia-sia Anggara membayar mahal.
"Sudah, Pak. Bisa jalan lagi mobilnya," seru Lisa dengan suara pelan agar bayi kecil itu tidak terbangun.
Rio mengangguk, dan kembali menyalakan mesin. Mereka pun akhirnya masuk jalan utama, dan langsung menuju kediaman Anggara. Kali ini suasana dalam mobil tersebut sangat hening, tidak ada suara apapun. Hingga sampai mereka tiba, dan masuk kediaman pribadi Anggara.
***
Lisa sudah menidurkan Tiara di dalam box bayi, ia kemudian menatap kamar bayi tersebut. Kamarnya besar, tapi tidak seperti kamar bayi yang pernah ia lihat di TV, yang begitu banyak pernak pernik khas bayi yang mengemaskan. Ini seperti kamar biasa. Mata Lisa kemudian tertuju pada box bayi lagi, ia menjadi kasihan pada bayi kecil tersebut.
KLEK
Lisa menoleh saat pintu terbuka dari luar.
"Pak Rio," sapa Lisa.
Rio masuk, ia membawa sebuah map biru. Pria berpakaian rapi tersebut kemudian duduk di sofa yang ada di kamar tersebut.
"Ini surat perjanjian kerja, kamu bisa tanda tangan sekarang."
Lisa hanya melirik, kemudian perlahan melangkah dan duduk di sofa tapi di sisi yang lain.
"Pak Rio, apa ini tidak salah?" tanya Lisa saat membaca isi perjanjian. Lisa merasa aneh dengan isi perjanjian kerja tersebut. Ia pun mengulurkan kertas itu pada Rio kembali.
"Tidak, semua perjanjian itu pak Anggara yang membuatnya. Pasti sudah benar," ucap Rio tegas.
"Tapi ..." Lisa sejenak memikirkan sesuatu.
"Jika ada keberatan, sepertinya kamu harus bilang sendiri pada pak Anggara, kebetulan dia masih di ruang kerjanya. Sebentar lagi mungkin akan ke perusahaan."
Lisa paham, ia pun minta diantar ke ruang Anggara. Rumah itu terlalu luas dan besar, Lisa jelas tidak tahu di mana Anggara sekarang. Meski terkesan dingin, tapi Rio menunjukkan di mana Anggara sekarang, pria itu membawa Lisa melewati lorong dengan banyak pintu di samping kiri dan kanan.
Tok tok tok
"Masuk!"
Terdengar suara Anggara di balik pintu, Rio pun membuka pintu dan mempersilahkan Lisa masuk seorang diri.
"Pak Rio tidak ikut masuk?" Lisa kelihatan takut karena Rio malah menggeleng.
'Aduh.'
Dengan gelisah, Lisa melangkah masuk. Memasuki ruang kerja yang sudah mirip seperti perpustakaan karena banyak lemari dengan buku-buku di dalamnnya.
"Kenapa?" tanya Anggara tajam.
Lisa kemudian menyerahkan kertas yang ada padanya.
"Saya keberatan dengan isi perjanjian ini, Pak."
"Apa kurang?"
"Bukan! Bukan masalah uang!" sela Lisa cepat.
"Lalu?"
"Bisa tidak saya berangkat pagi-pagi, lalu pulang malam?"
Mata Anggara langsung melotot.
"Lalu siapa yang akan mengurus anak saya ketika malam?" sentaknya keras, membuat Rio yang ternyata masih menunggu di depan pintu langsung berbalik.
Gunung Krakatoa akan meletus, Rio seketika memilih kabur.
BERSAMBUNG.
Dasar Rio malah kabur.
Untuk info Give Away the Devil Husband cuss follow IG Sept_September2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Nhiena Ali
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-11-19
0
Dewi Zahra
sabar Lisa
2023-05-28
0
Tua Jemima
babu oon
2023-01-16
0