Hot Duda Bagian 2
Oleh Sept
Si Miskin dan Si Kaya
Presidential suit, Aljero International Hotel.
Malam ini akan menjadi malam yang tidak akan dilakukan oleh pria bernama Anggara. Sebab malam ini adalah malam pertamanya bersama gadis jelita yang hari ini ia nikahi, Adinda.
"Sudah!" ucap Anggara dengan suara serak. Jantungnya bergemuru tatkala menatap punggung muluss istri barunya.
Begitu juga dengan Adinda, ia pun merasakan kegugupan yang sama. Hanya saja, Adinda lebih pintar mengendalikan dan menyembunyikan perasaanya saat ini.
'Kenapa jadi malu begini?' batin Adinda yang kemudian melepaskan gaun cantik dan glamour yang tadi ia kenakan. Setelah gaun itu terlepas sempurna, Adinda meraih bathrobe, memakainya sambil membelakangi Anggara yang sejak tadi harus menelan ludah.
"Aku mandi dulu!" ucap Adinda lirih, mungkin karena nervous campur rasa malu yang ia rasakan saat ini, hingga ia tidak menatap mata suaminya saat mereka berbicara.
"Hemm," balas Anggara yang hanya bisa menatap punggung Adinda dengan tatapan ingin.
Beberapa waktu kemudian, Adinda muncul dengan wajah segar. Sisa make up yang tadi memenuhi wajahnya sudah bersih. Wajahnya sangat cantik natural meskipun tidak mengenakan riasan apapun.
'Kenapa kamu cantik sekali!' batin Anggara yang masih belum bisa melepaskan rasa terpesonanya pada Adinda.
"Gantian, aku yang mandi!" kata Anggara sambil melepaskan kancing kemejanya. Lama-lama terasa gerah, ingin langsung menerkam Adinda, tapi tubuhnya masih lengket. Sepertinya ia harus mandi dulu agar misi berjalan sukses.
***
Di tempat lain.
Sebuah rumah sederhana, malam ini Lisa baru pulang. Selain bekerja di Montana Group sebagai seorang office girls, Lisa setelah pulang bekerja juga memiliki pekerjaan sampingan. Ia membantu laundry yang ada di ujung jalan dekat rumahnya. Lumayan untuk jajan atau tambahan, hanya mengantar pakaian pelanggan yang sudah selesai ke rumah masing-masing. Sekaligus mengambil cucian kotor jika ada.
Hari-harinya ia jalani penuh rasa syukur, bekerja yang halal, sedikit asal berkah, sambil sedikit-sedikit menabung. Karena sebenarnya Lisa juga ingin meneruskan pendidikan. Meskipun itu seperti sebuah mimpi kosong, tapi ia tidak menyerah. Karena tidak ada yang tahu masa depan itu bagaimana.
Pulang kerja ia melihat kamar, adik-adiknya sudah tertidur pulas. Ia kemudian melihat jam, pantas saja. Sudah di atas jam sembilan malam. Sedangkan sang ayah, biasanya jam begini sang ayah pergi ke pasar. Mereka akan belanja ke pasar untuk jualan biasanya malam-malam seperti ini, banyak trucks sayuran segar uanh baru datang.
Sedangkan sang ibu, ibu Lisa tengah berkutat di dapur. Menyiapkan beberapa makanan untuk dibuat jualan besok di pasar. Begitulah rutinitas harian keluarga sederhana Lisa dan orang tuanya. Mereka semua bekerja keras untuk kelangsungan hidup. Sebab hidup di ibu kota itu keras. Mereka harus terus bekerja dan berusaha agar tidak kelaparan.
"Baru pulang?" sapa bu Siti yang melihat Lisa akan masuk kamar mandi.
"Iya, Bu."
"Sudah makan?"
Lisa mengangguk pelan.
"Ya sudah, mandi dulu lalu istirahat."
Mendengar seruan ibunya, Lisa pun masuk kamar mandi. Satu kamar mandi yang dipakai bersama. Karena rumah mereka yang memang sederhana jauh dari kata mewah. Selesai mandi, Lisa ke kamarnya. Ia sekamar dengan adik perempuannya yang masih SMP.
Dilihatnya Marwah sudah terlelap. Setelah melihat adiknya sudah tidur, ganti dia mengintip ke kamar sebelah. Adiknya yang masih SD juga sudah tidur. Lisa menatap adik laki-lakinya itu. Adik kesayangan ayah dan ibunya, karena anak laki-laki satu-satunya.
"Loh ... kok belum tidur? Besok masuk kerja, kan? Sudah, lebih baik segera tidur," titah bu Siti yang kebetulan lewat dan ingin mengambil sesuatu dari kamar.
"Ya, Bu. Ibu masih lama? Apa mau Lisa bantu?"
"Tidak usah, tinggal bikin tempe kering. Habis itu semuanya selesai. Kamu mending tidur saja."
Lisa kemudian mengangguk mengerti, ia pun berbalik menuju kamar kamarnya, tidur seranjang bersama Marwah, adiknya yang baru berusia 13 tahun. Lisa pikir akan bisa memejamkan mata setelah berbaring, ternyata ia malah tidak bisa tidur. Tidurnya terlihat gelisah, entah apa yang sedang dipikirkan oleh gadis belia tersebut. Sepanjang malam ia hanya menatap langit-langit kamar yang kadang bocor ketika hujan deras campur angin.
Ketika Lisa kesulitan untuk tidur, ada pengantin baru yang malah memutuskan bergadang malam ini. Di sebuah hotel berbintang yang cukup besar di kota itu. Di salah satu kamar terbaik, sepasang manusia sedang berjuang menabur bibit kehidupan.
Saat Anggara selesai mandi, pria itu kemudian duduk di tepi ranjang. Menatap Adinda yang kini memakai lotion di tangan dan kakinya. Aromanya yang wangi, membuat Anggara ingin mendekat.
"Harum sekali," ucap Anggara yang sudah berdiri di belakang kursi tempat Adinda duduk.
Adinda sendiri langsung bergidik. Masalahnya, sang suami berbicara telat di balik lehernya. Membuatnya bergidik, hingga bulunya merinding.
"Masih lama?" tanya Anggara yang sepertinya tidak sabar membelah buah duren untuk pertama kalinya.
Tiba-tiba saja Adinda menjadi gugup, ini karena kepala Anggara mulai mendesak di balik tubuhnya, hampir menyentuh daun telinga wanita tersebut. Geli campur deg-degan. Adinda mencoba menghindar dengan mengerakkan tubuhnya sedikit, tapi Anggara langsung mengecupp pipinya dari samping.
Pipi itu langsung bersemu merah muda, merasa malu, Adinda akhirnya bangun. Lagi-lagi Anggara langsung melakukan gerakan dengan gesit. Ia raih lengan Adinda, kemudian menariknya lembut. Hingga Dinda jatuh dalam pelukannya. Keduanya berpelukan beberapa detik, selanjutnya Adinda sudah dibopong menuju ranjang dengan seprai penuh taburan kelopak bunga mawar yang banyak.
Bukkkk ....
Adinda sudah jatuh di atas ranjang di bawah kuasa Anggara. Keduanya pun saling menatap lembut.
"Bagaimana? Sudah siap?" tanya Anggara. Tangannya kemudian menyentuh pipi Adinda dengan penuh kelembutan. Sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi dahi Adinda.
Dengan jantung yang terasa semakin memburu, Adinda hanya bisa mengangguk pelan. Apalagi suaminya itu mulai menarik tali bathrobe yang melingkar di pinggangnya. Pelan tapi pasti, Anggara melepaskan ikatan tali yang menjadi pelindung.
Jakun pria tersebut naik dan turun ketika ia mulai menyibak kain lembut yang menutupi tubuh putih Adinda. Ia sempat tertegun dan menelan ludah saat melihat pemandangan yang tidak biasa tersebut. Anggara harus menelan ludah dengan kasar, karena darahnya mulai bergejolak.
Tidak sabar, tidak tahan dengan suguhan halal di depannya. Dengan lembut ia pun menyesapp langsung bibir ranum Adinda. Sembari tangannya mencari sesuatu untuk dimainkan. Anggara semakin mengebu, tatkala tubuh di bawahnya mengeliat karena ulahnya. Dia benar-benar membuai Adinda sampai gadis itu terus bergerak dengan gelisah.
"Ish ...!"
BERSAMBUNG
Ikuti IG Sept, agar tahu judul-judul terbaru. Dan menangkan Give Away bagi para pembaca yang beruntung.
IG Sept_September2020
Fb Sept September
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
AsriMaesya
dag dug duk
2023-09-04
1
Dewi Zahra
lanjut kak
2023-05-26
0
M akhwan Firjatullah
kata" adiknya banyak terbayang di otak kecilku itu 4 atau 5 tau Thor....
2022-11-29
0