GENDONG

Hot Duda Bagian 15

Oleh Sept

"Ngapain sih, ditutup segala?" protes Jessica yang masuk dengan gaya anggun bak model papan atas. Dia memang cantik, meskipun bajunya selalu kurang bahan, tapi apa yang ia kenakan selalu terlihat cantik. Lisa yang melihatnya saja, sebagai seorang wanita pun mengakui kalau Jessica menawan dan menarik.

"Eh, You! Ngapain di sini?" Jessica kaget karena ada gadis udik di ruang VIP tersebut.

"Yang sopan, dia assisten pribadiku mulai sekarang," sela Anggara dengan nada datar.

"Assisten? Apa Rio saja tidak cukup? Mas Angga gak perlu repot-repot cari assisten, Jessi bisa bantu."

Anggara langsung melirik Lisa. Seakan sebagai tanda agar Lisa melakukan tugasnya.

'Kenapa pak Anggara melirik seperti itu?' batin Lisa. Apalagi ditambah Rio yang juga memberikan kode.

'Aduh! Gara-gara uang seratus juta. Tapi ... lumayan, bisa biaya sekolah Marwah, dan aku bisa daftar kuliah!' batin Lisa yang kemudian matanya berbinar.

"Maaf, Mbak. Pak Angga harus istirahat agar kesehatan beliau segera pulih. Kata dokter pasien harus tanpa beban, rileks, dan usahankan kondisi sekitar kodusif. Untuk itu, biarkan pak Anggara istirahat dulu," ucap Lisa dengan lancar ketika uang 100 juta menjadi motivasinya.

Mendengar Lisa berani bicara seperti itu padanya, jelas Jessica langsung bereaksi sangat marah. Ia murka karena berani sekali gadis udik itu mengantur dirinya.

"Hey ... You siapa? Berani sekali mengantur-ngatur I. You yang keluar, assisten aja belagu! Berani sekali kamu sama I!"

"Maaf, Mbak. Kalau Mbak memaksa, mungkin akan saya panggil pihak rumah sakit." Lisa mulai mengancam, demi uang ia akan melakukan yang terbaik untuk tugas pertamanya.

Sementara itu, Jessica jelas langsung dibuat jengkel, wanita cantik tersebut hampir saja menarik rambut Lisa. Tangannya akan menjambak Lisa tapi Rio dengan sigap mencegah.

"Nona, hentikan."

"Jangan ikut-ikut!" sentak Jessica marah.

Sedangkan Anggara, ia yang kemarin hatinya kacau, jiwanya remuk, tidak ada semangat hidup, kini sudut bibirnya tertarik sedikit, melihat aksi Jessica yang kesal karena Lisa. Sepertinya ia mendapat rival yang sepadan.

'Astaga. Dia mengerikan sekali!' batin Lisa yang melihat Jessica akan menyerangnya.

"Rio! Lepasin! Jangan kurang ajar!" teriak Jessica yang dibawa keluar oleh Rio.

"Awas kalian!" ancam Jessica marah. Karena pintunya dikunci lagi ia mengedor dengan kasar, sampai seorang perawat datang memperingati Jessica agar tidak membuat keributan. Semakin marah, kesal, jengkel, murka, akhirnya ia hanya bisa menendang tong sampah di sampingnya.

"Awas kalian!"

Wanita cantik dan fashionable itu akhirnya pergi dengan mencengkram tas mahalnya. Sambil berjalan, dengan kesal ia kemudian melapor pada ibunda ratu lewat telpon. Berharap mendapat dukungan untuknya. Gayung pun bersambut, dengan kata-kata manis, akhirnya ia mendapat kembali dukungan dari calon mertuanya. Setelah berhasil menghasut nyonya Claudia, ia langsung tersenyum puas.

"Kita lihat, apa yang bakal I lakukan pada you! Assisten pribadi? Yang benar saja ... ini gak boleh terjadi. Dinda mati masa ada jamur lagi, pokoknya gak bisa!"

***

Di ruang VIP

"Kamu boleh pergi sekarang, besok datang ke alamat ini!" ujar Anggara mengeluarkan kartu nama dari dompet.

"Besok saya kerja, Pak."

"Kamu sekarang kerja sama saya!" sela Anggara ketus.

"Tapi ...!"

"Kamu mau saya pecat?"

Lisa seketika diam, sedangkan Rio, dia hanya diam melihat bosnya yang marah-marah. Tapi bagi Rio, ini jauh lebih baik. Dari pada melihat Anggara terpukul, terpuruk, berdiam diri, melamun dan tatapan kosong. Akan lebih baik ia melampiaskan rasa hatinya yang kesal, meskipun harus ada yang jadi tumbal. Seperti samsak, Lisa harus menerima kemarahan Anggara.

"Mulai besok, kamu urus rumah saya!"

Lisa mendongak.

"Dan juga bayi!"

Lisa tambah shock.

"Jika kamu bisa melakukannya dengan baik, aku pastikan hidupku lebih terjamin."

Lisa langsung menelan ludah. Hanya melindungi pak Anggara dari wanita genit, hidupnya akan terjamin, adiknya bisa sekolah bagus, bisa kuliah ... ASTAGA, ini jackpot, pikir Lisa kemudian mengangguk.

'Tapi tunggu, bayi?' batin Lisa bergejolak. Ia pandai bersih-bersih, tapi kalau mengurus bayi? Aduh!

Saat Lisa bengong, bingung, banyak pikiran, ponselnya kembali berbunyi.

"Pak!" Ia mendongak menatap Anggara yang juga memegang ponsel.

"Rio akan menyiapkan kontrak kerja satu tahun. Ini gaji di muka, nanti kamu tinggal tanda tangan!" ujar Anggara tegas.

Lisa masih tertegun, ia kaget karena mendadak jadi jutawan. Dalam kepalanya sudah banyak nama-nama kampus yang bakal ia incar. Sesaat kemudian ia sadar, 'Kerja dulu Lisa!'

"Baik, Pak! Baik!" ucap Lisa gugup.

"Kau boleh pergi sekarang!"

"Terima kasih."

Rio pun mengantar Lisa keluar, kemudian menyuruh sopir untuk mengantar Lisa lagi.

***

Malam harinya, Lisa tidak berani cerita pada ibunya. Ibunya pasti mengira dia menjuall diri, karena mendapat uang sebanyak itu. Tidak mau salah paham, ia akhirnya memilih merahasiakan pekerjaan barunya pada sang ibu.

Pagi hari, ia sarapan dengan Marwah adiknya. Saat ibunya sudah berangkat ke pasar untuk jualan, ia pun mengeluarkan sesuatu dalam tas.

"Mar, nanti pulang sekolah beli sepatu sama tas baru ya?" kata Lisa sambil mengeluarkan uang 500 ribu.

Marwah langsung bengong, "Mbak menang arisan?" tanya Marwah polos.

Lisa pun garuk-garuk kepala lalu mengangguk saja.

"Beneran? Tapi ini banyak banget, Mbak. 300 saja, udah cukup."

"Udah, simpan saja, buat jajan!" ucap Lisa kemudian meninggalkan meja makan.

Marwah jelas sumringah, tidak ada angin atau hujan tiba-tiba dikasih setengah juta.

"Makasih ya, Mbak."

Lisa mengangguk, lalu berangkat kerja. Lisa berangkat kerja bukan ke Montana Group, tapi ke kediaman Anggara. Ia naik taksi, karena harus mencari alamat terlebih dahulu. Dan saat sudah ketemu, Lisa dibuat heran dengan rumah besar di depannya.

Lisa menoleh kanan kiri yang sangat sepi, dan dia melonjak kaget saat pintu pagar tiba-tiba terbuka. Sebuah mobil besar, seperti mobil mewah yang ada di TV, dan kaca belakangnya terbuka.

"Masuk!"

Lisa menelan ludah. Ia tidak tahu kalau Anggara sudah pulang. Lalu mereka akan ke mana?

"Maaf, Pak. Kita akan ke mana?"

"Tidak usah banyak tanya!" cetus Anggara dingin.

Sedangkan Rio yang kala itu menyetir, hanya bisa tersenyum tipis melihat Lisa yang selalu kena marah bosnya. Mereka bertiga akhirnya meninggal kediaman Anggara, sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil seperti kuburan, sangat sepi dan angker. Lisa sampai tidak nyaman. Hingga beberapa saat kemudian, setelah melewati kemacetan, mereka tiba di rumah sakit.

"Rumah sakit?" gumam Lisa bertanya-tanya.

Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam, Lisa yang paling belakang. Mereka terus berjalan, tidak peduli pada Lisa yang penasaran.

Sampai mereka masuk ke sebuah ruangan, dokter sudah mempersilahkan mereka masuk.

"Bagaimana, Dok? Apa sudah bisa dibawa pulang?"

Dokter mengangguk dan tersenyum pada Anggara. Hari itu, akhirnya Tiara bisa dibawa pulang. Bayi kecil itu untuk pertama kalinya akan pulang ke rumah.

Setelah Rio mengurus segala administrasi, akhirnya mereka bisa membawa putri kecil Adinda dan Anggara pulang.

"Kamu gendong dia!"

Lisa menatap Anggara dengan wajah penuh tanya.

'Aku? Aku yang gendong?' batin Lisa.

BERSAMBUNG

Lah lisss ... bayar-bayar mahal buat kamu gak cuma ngurus bayi gede, bayi kecil juga.... Lisa jangan oleng.

IG Sept_September2020

Fb Sept September

Terpopuler

Comments

Athallah Shahih

Athallah Shahih

wkwkwkk

2024-01-27

0

Linda

Linda

kak sept,. bikinin jg cerita tentang masak2 😁😍

2023-10-20

0

канف

канف

greget dengan karakter lisa

2023-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!