Ujian

Hot Duda Bagian 6

Oleh Sept

"Sayang!"

Adinda menoleh, ketika sang suami memanggilnya dengan lembut.

"Ya."

"Ambiln handuk."

"Ya."

Tanpa curiga, Adinda mengambil handuk bersih dalam rak kecil, kemudian mengetuk pintu kamar mandi.

"Mas! Ini handuknya."

KLEK

Pintu terbuka perlahan, dan tangan Adinda pun masuk sambil mengulurkan handuk.

"Mas ... ini!" ucap Adinda. "Eh!" pekiknya kaget karena tiba-tiba lengannya ditarik ke dalam. Dan hampir saja ia menjerit keras ketika sudah di dalam.

Anggara tersenyum nakall, kemudian merengkuh pinggang istrinya.

"Mas! Bajuku basah. Aku habis mandi."

"Mandi lagi ya."

Surrr ... Byurr ...

Tiba-tiba, air mengucur deras dari atas shower tepat di atas mereka. Alhasil, tubuh keduanya pun langsung basah. Mulanya Adinda merajuk, mau ngambek. Tapi karena Anggara sangat lihai mengambil hatinya, dan membuai dirinya, membuat ia pun tidak jadi merajuk. Mereka malah sama-sama terbawa arus saat Anggara mulai melabuhkan kapal pesiarnya, mulai berlayar menyelami lautan rasa. Mengarungi jiwa yang bergejolak, terbakar dan membara.

***

Hari terakhir di Bali. Hari ini mereka akan jalan-jalan. Keduanya sudah mandi, wangi, cantik dan tampan, pasangan yang sangat serasi.

"Mau cari apa?" tanya Anggara yang sudah keluar masuk toko.

"Aku mau cari pernak pernik khas Bali, Mas. Buat oleh-oleh juga."

"Repot bawanya. Beli onlinee saja, ya."

"Ish!"

"Mau beli apa, sih?" tanya Anggara yang mulai tidak sabar, karena dari tadi muter-muter terus.

"Ya lihat-lihat dulu, Mas. Kenapa sih!"

Anggara langsung merangkul Adinda, kemudian berbisik. "Ngapain lagi!" ucapnya kemudian mengerlingkan mata nakall.

Adinda hanya bisa menggeleng kepala. Dalam kepala suaminya itu hanya ranjang dan ranjang saja. Ckckck ... ia sampai heran.

"Ish ... dasar!"

"Dasar apa, memang kamu tahu yang aku pikirkan?"

Adinda terkekeh.

"Malah terbawa."

Keduanya pun berbicara sambil bercanda, Adinda mengejek suaminya yang sekarang sangat mesyumm. Tidak terima, Anggara balik meledek, toh mereka juga sama. Karena hampir bersamaan mencapai puncak.

Malu, karena Anggara malah membahas masalah ranjang mereka di tepi jalan, Dinda pun menutup mulut suaminya dengan tangan. Keduanya asik bercanda, hingga tidak hati-hati. Sebuah kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi di belakang mereka.

"Awas!"

....

BRUAKKK

......

......

LIU LIU LIU

Jalanan langsung macet, sebuah kecelakaan tunggal telah terjadi.

Rumah sakit.

“Bagaimana istri saya, Dokter?” tanya Anggara dengan wajah pucat dan kemeja bersimbah darah. Celana yang ia kenakan sedikit robek. Dan bau amis dari darah begitu kentara. Anggara Yudhistira, CEO di perusahaan terkemuka di negeri ini. Seorang pria berusia 35 tahun dan baru minggu kemarin ia menikah. Siapa yang akan mengira, bahwa perjalanan bulan madu ke pulau Dewata Bali menjadi awal mula bencana dalam pernikahan pria tersebut.

“Pasien kehabisan banyak darah, dan stok rumah sakit sedang kosong. Golongan darah pasien tergolong langka. Kami sedang konfirmasi dan berusaha mencari pasokan darah. Apa ada keluarga pasien yang memiliki golongan darah yang sama?” 

Pernyataan sekaligus pertanyaan dokter itu langsung membuat Anggara lemas, mereka sedang di Bali. Sedangkan keluarga Adinda, wanita 30 tahun yang baru menjadi istrinya, semuanya ada di ibu kota. Mereka ke Bali untuk bulan madu, tapi nasib tragis menimpa istrinya itu. Sebuah kecelakaan menimpa mereka.

Anggara hanya luka lecet, sedangkan Adinda mengalami luka parah karena sempat terlempar ke bahu jalan dan kepalanya membentur sesuatu hingga mengeluarkan banyak darah. Panik, gelisah, takut kehilangan itulah yang Anggara rasakan saat ini. Bulan madu yang harusnya manis nan indah, harus berakhir penuh tragis dan berdarah-darah.

Saat tim medis melakukan tindakan lanjutan, Anggara mulai menghubungi keluarga mereka. Terutama keluarga istrinya, Adinda. Ia harus meminta mereka datang tapi waktunya sangat terbatas. Sungguh pria itu ingin menjerit karena merasa tidak berdaya.

Beberapa jam kemudian, tim medis terlihat keluar masuk ruang di operasi. Anggara ikut panik. Ia memanggil salah satu suster, tapi suster malah meminta Anggara untuk tenang dan menunggu sambil berdoa. Pikiran pria itu pun langsung kalut, sudah memikirkan yang bukan-bukan. Apalagi tim medis terlihat sangat serius.

“Suster, bagaimana istri saya?”

Suster itu hanya menatap Anggara dan meminta Anggara menunggu, “Maaf, Pak. Kami belum bisa mengatakan apapun. Sebaiknya Bapak tetap tunggu di sini dan semoga pasien baik-baik saja.”

Bagaimana bisa tenang saat istrinya terbaring lemah antara hidup dan mati, bahkan bau darah yang menempel di kemejanya masih sangat terasa. Pria itu sampai tidak membersihkan dirinya dari darah yang masih menempel, bahkan goresan di lengan dan dahinya pun sama sekali tidak dipedulikan. Satu-satunya yang ada dalam kepala Anggara adalah Adinda. Wanita yang harusnya merengkuh bahagia bersama saat bulan madu mereka.

***

Tiga hari kemudian

Sudah tiga hari berlalu, tapi kondisi Adinda belum mengalami perkembangan. Adinda masih tidak sadarkan diri. Ya, istri baru Anggara itu dinyatakan koma. Tiga hari ini Adinda belum membuka mata dari tidur panjangnya. Semua keluarga sudah berada di rumah sakit, betapa kabar ini cukup mengejutkan. Sampai Lusy, mamanya Adinda harus pingsan berkali-kali karena shock melihat pengantin baru itu malah terbaring koma di ranjang rumah sakit.

***

Ruang dokter

Anggara menemui dokter yang menangani istrinya, ia hendak bertanya mengapa istrinya tidak bangun juga? Apa rumah sakit ini tidak bisa menyembuhkan Adinda? Mengapa dokter di sana tidak cepat membuat istrinya sadar?

“Kenapa sampai hari ini istri saya belum juga siuman, Dok?” tanya Anggara frustasi. Terlihat sekali Anggara menyimpan beban dalam wajahnya.

Dokter yang mengenakan jas putih itu terlihat ikut prihatin karena kondisi si pasien yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Adinda masih koma dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Dia hanya mengatakan pada Anggara untuk bersabar dan berdoa. Sebab dokter sudah melakukan upaya terbaik yang bisa mereka lakukan.

“Saya akan bawa istri saya ke Jerman!” ucap Anggara kemudian. Karena merasa rumah sakit di sana sama sekali tidak bisa menyembuhkan istrinya yang sedang koma itu. Anggara ingin istrinya cepat sadar, ia pun ingin membawa istrinya berobat ke luar negeri saja.

“Sangat beresiko, Pak. Lamanya penerbangan dan terlalu tinggi di permukaan, mungkin akan semakin bahaya bagi keselamatan istri Bapak.” Dokter memberi pertimbangan, karena dirasa sangat berbahaya jika membawa terbang pasien yang tengah koma.

“Lalu apa saya harus diam saja?” sentak Anggra yang sepertinya sudah stress berat. Dokter sepertinya mengerti, ia hanya menepuk pundak Anggara, seakan memberikan dukungan agar pria itu tidak putus asa.

“Lalu saya harus apa, Dok? Bagaimana agar istri saya cepat bangun?” Anggra mengusap wajahnya dengan kasar. Ia benar-benar sangat frustasi. Melihat istrinya tidak berdaya di depan mata, cukup membuatnya ikut tidak berdaya.

***

Beberapa hari kemudian, karena tidak mungkin membawa Adinda berobat ke luar negeri, sangat beresiko. Akhirnya mereka mendatangkan dokter ahli dari Jerman yang terkenal menangani kasus pasien koma. Selama seminggu dokter itu mengobservasi serta melakukan banyak tindakan medis pada diri Adinda, tapi wanita itu tidak kunjung bangun. Adinda sama sekali tidak merespon.

Putus asa, Anggara hanya bisa menangis sambil menggenggam tangan istrinya. “Sampai kapan kamu akan menutup mata seperti ini? Dinda ... apa kamu sangat membenciku? Hingga tidak mau lagi menatapku? Bangun Dinda, jangan membuatku menderita. Aku harus bagaimana agar kamu mau membuka mata? Aku harus bagaimana?” pria itu menatap sendu istrinya yang tengah koma. Sesekali ia mengusap wajahnya, menghapus jejak kesedihan yang tergambar jelas.

Hanya itu yang bisa Anggara lakukan, berbicara pada Adinda meskipun Dinda tidak pernah merespon sedikit pun. Sampai pada suatu pagi, ketika Anggara membasuh lengan Dinda dengan handuk hangat. Anggara kembali bicara sendiri.

“Besok dokter dari Jerman akan kembali, dan kenapa kamu tidak mau membuka mata? Tega sekali kamu padaku, Din? Sepertinya kamu mau aku nikahi hanya untuk membuatku menderita? Apa aku salah?” Anggara tersenyum miris. Kemudian mengusap pipi Dinda yang pucat.

“Bangun, Sayang ... hidupku terasa hampa,” bisik Anggara sambil membungkuk. Dinda tetap kukuh tidak mau membuka mata. Membuat Anggara mulai putus asa lagi.

“Baiklah, tidurlah yang lama. Aku akan menikah lagi!” sentak Anggara dengan nada mengancam. Ia ingin menggertak istrinya yang koma tersebut. Ingin melihat respon Dinda, sebab kata dokter meskipun Dinda tidak bisa membuka mata dan menggerakkan anggota badan, dokter mengatakan pasien yang koma sebenarnya mendengar apa yang ada di sekitarnya.

Anggara berharap istrinya marah dan membuka mata. Sayang, ancaman itu sama sekali tidak berhasil. Sampai suster datang untuk mengganti infus. Suster melirik Anggara sekilas, menatap iba. Sambil memperhatikan infus yang sudah terpasang, suster menatap wajah pasien sejenak, dan ia menjadi sangat terkejut.

“Pak ... Pak Anggara. Istri anda mengeluarkan air mata,” ucap suster yang kaget saat memperhatikan sudut mata Dinda yang basah.

BERSAMBUNG

Follow IG author

Sept_September2020

Fb Sept September

Judul TAMAT

Crazy Rich, Dinikahi Milyader, Kekasih Bayaran, Rahim Bayaran, The Devil Husband, Suami Satu Malam, dea I love you, dipaksa Menikah. dll. Klik profile Sept ya, ada 20 judul lebih.

Terpopuler

Comments

Dewi Zahra

Dewi Zahra

kasian adidanda

2023-05-26

1

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

kasihan dinda sedang manis" ny

2023-01-25

0

🌼 Pisces Boy's 🦋

🌼 Pisces Boy's 🦋

Dinda nangis karena dengar Anggara mau nikah lagi

2022-10-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!