Hot Duda Bagian 10
Oleh Sept
"Bagun!" seru Anggara. Ia menyentuh pundak Lisa dengan telunjuk seolah enggan kontak fisik dengan gadis office girls tersebut.
"BANGUN!"
Lisa tidur seperti pingsan, sampai Anggara harus sedikit berteriak kencang barulah dia terperajat. Gadis itu gelagapan ketika baru membuka mata, sang atasan sedang berdiri menatapnya dengan tatapan gusar.
"Untuk apa kamu tidur di sini?" sentak Anggara yang memang sedang banyak pikiran. Lagi-lagi Lisa yang harus jadi sasaran empuk kemarahan bos Montana Group itu.
"Itu ... em anuuu ... em." Lisa terbata, sebab nyawanya belum terkumpul sempurna. Fokusnya kini malah tertuju pada mata bulat hitam tajam yang mengarah padanya saat ini.
"Kamu digaji bukan untuk tidur!" cetus Anggara. Ia memindai Lisa yang kini berdiri gugup di depannya.
Anggra memperhatikan name tag milik Lisa, ia mengeja dalam hati. Kemudian meminta Lisa untuk meninggalkan tempat itu sekarang juga.
"Sudah malam! Jam kerjamu sudah habis. Jadi tolong segera tinggalkan tempat ini."
"Tapi ...," Lisa mendongak kemudian langsung menundukkan kepala dengan cepat.
Ia buru-buru meraih alat kebersihan yang ia bawa.
"Permisi, Pak!" ucapnya dengan hormat. Kemudian ia langsung bergegas pergi.
Ternyata semua teman-temannya sudah pulang. Lisa pun buru-buru ganti pakaian. Gadis itu kemudian menatap jam, dia sudah terlambat. Waktunya terbatas, karena Lisa harus mengambil beberapa cucian untuk pelangan laundry, kalau sampai telat, dia bisa kena omel lagi.
Sambil buru-buru memakai baju ganti, Lisa kemudian memakai jaket, topi hitam, masker, kemudian tas ransel. Tas saat ia beli waktu kelas 3 SMA tahun lalu. Dia memang punya uang, tapi memilih untuk ditabung. Setelah kini sudah siap untuk pulang, Lisa pun bergegas menuju lift. Dia menyusuri lorong perusahaan yang terlihat sepi. Sebagian lampu pun sudah dimatikan.
"Sepi banget!" ucapnya sambil menoleh ke belakang.
"Apa sudah pulang semuanya?" gumam Lisa lagi. Ini karena dia tadi ketiduran. Sekarang kantor sudah sangat sepi. Kalau tadi pak Anggara tidak membangunkan dirinya, pasti Lisa akan tidur sampai pagi. Ngeri. Tiba-tiba ia bergidik, bulu-bulu lembut dalam tubuhnya berdiri merinding disko.
"Kok baru pulang?"
Hampir saja ia berjingkat karena begitu kaget ketika suara berat menyapanya.
"Astaghfirullahaladzim, Pak. Ngagetin Lisa saja!" ucap Lisa sambil memegangi da danya.
Pak Yadi, salah satu tim security di sana hanya tersenyum jahil. Sepertinya ia sengaja tadi membuat Lisa terkejut.
"Langsung pulang, sudah malam. Perempuan gak bagus kerja sampai larut malam. Bapak lihat tadi teman-temanmu sudah pulang semua."
Lisa langsung tersenyum kecut, dia bukan lembur, dia ketiduran.
"Iya, Pak. Banyak pekerjaan," jawab Lisa yang malu.
"Ya sudah. Hati-hati di jalan. Apa perlu Bapak antar sampai bawah?" goda Pak Yadi yang memang tergolong pria yang humoris.
Bibir Lisa langsung mengerucut, ia kemudian pamit pada pak Yadi yang terbilang security paling humble tersebut. Meski tubuhnya tinggi besar, tapi kalau di depan karyawan, dia sangat ramah. Apalagi pada pegawai seperti Lisa. Sudah seperti anak sendiri.
***
Tempat laundry.
Benar apa yang Lisa takutkan, setelah buru-buru datang ke laundry, tempat itu sudah akan tutup. Pemiliknya bahkan sudah menurunkan rolling door.
"Maaf, Mbak."
"Ya ampun. Dari mana saja kamu. Kalau kamu memang gak bisa, ya sudah. Besok gak usah bantu saya lagi. Saya bisa cari orang lain."
Lisa merasa tidak enak. "Maaf, tadi saya harus lembur."
"Ya sudah! Gak usah kerja ikut saya. Gitu saja repot!" cetus Mbak Tari, pemilik tempat laundry.
"Besok kamu ambil bonus ke sini, dah ... gak usah lagi bantuin saya!" tambah mbak Tari yang malam itu juga memecat Lisa.
Lisa hanya diam, karena bosnya itu sepertinya marah. Mungkin sedang bad mood sampai ia jadi sasaran. Padahal selama ini mbk Tari itu sabar dan baik. Entah apes atau apa, seharian ini Lisa kena omel banyak orang. Sepertinya ia harus mandi kembang, biar tidak sial.
Akhirnya Lisa berjalan kaki pulang ke rumah. Di depan rumah ada motor ayahnya yang terparkir. Masih ada beberapa kantung sayur mayur yang belum diturunkan. Lisa yang baru datang pun membatu ayahnya mengangkat belanjaan. Sepertinya sang ayah habis dari pasar.
"Sudah, biar Ayah saja. Kamu kok tumben baru pulang?"
"Lembur, Yah." Lisa kemudian mengambil sekantung belanjaan besar yang berisi wortel, kentang dan kol.
"Eh, sudah. Letakkan di sana. Kamu mandi saja."
"Gak apa-apa, yah. Sekalian." Lisa pun membawa belanjaan itu ke dapur. Di sana sudah ada ibunya yang sedang memotong tempe untuk kering tempe besok. Sebuah rutinitas sehari-hari yang tidak pernah berubah.
"Baru pulang?"
"Iya."
"Sudah makan?"
Lisa menggeleng.
"Ya sudah. Mandi, ibu buatkan telur mata sapi atau orek telur mau?"
"Nggak usah, Bu. Lisa mau tidur saja," jawab Lisa lesu.
Bu Siti memperhatikan putrinya dengan aneh, Lisa terlihat tidak ceria seperti biasa biasanya.
Beberapa saat kemudian.
Lisa yang sudah mandi, kini membaringkan diri di samping Marwah. Adiknya itu sudah terlelap, sedangkan ia tidak bisa tidur. Lisa pun menatap langit-langit kamar, hingga lama-lama terlihat buram dan rasa kantuk langsung menyerang secara perlahan.
***
Pagi hari.
Montana Group.
Pagi ini ada meeting tertutup, rupanya paman Anggara mulai melobby beberapa dewan direksi untuk menjatuhkan Anggara. Ia sudah punya calon yang pantas memimpin perusahaan tersebut. Karena setahun ini, perusahaan dirasa merugi.
Sedangkan di sisi lain, nyonya Claudia sangat murka saat mendapat laporan tersebut. Pagi itu juga ia langsung ke Montana Group. Sepanjang perjalanan ia mencoba menghubungi Anggara, tapi tidak diangkat. Bagaimana mau diangkat, ponsel Anggara dibiarkan mati begitu saja. Pria itu kini malah tertidur dengan meletakkan kepalanya di tepi ranjang Adinda. Tangannya menggenggam jari-jari Adinda selama semalaman.
Perlahan kelopak matanya terbuka, Anggara mendadak terbangun, ia merasakan tangannya bergerak.
"Dinda!" ucapnya ketika ia melepaskan genggaman tangannya. Mata Anggara terus tertuju pada jari-jari Adinda yang mulai menunjukkan pergerakan.
"Dok! Dokter!" teriak Anggara keras.
BERSAMBUNG
IG Sept_September2020
Fb Sept September
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
komalia komalia
itu si tukang londry masa baru telat sekali udah main pecat aja kejam banget
2024-02-13
0
маяшан
ari lisa kunaon siga nu tenggar kalongen, ngalamun wae
2023-07-02
1
Dewi Zahra
lanjut
2023-05-26
0