" Kamu." Pekik Erald menunjuk wanita yang berdiri di depannya.
" Hai kakak ipar, gimana kabarnya? Baik kan?" Tanya Rena menatap Erald.
" Ngapain kamu ke sini?" Tanya Erald.
" Kekasihku memintaku ke sini untuk mengurusnya yang sedang sakit kakak ipar, apa dia tidak memberitahumu?" Sahut Rena.
" Kau tidak di perlukan di sini, ada Are yang akan merawat Alvin sebagai istrinya, dan aku mohon sekarang pergilah." Usir Erald.
" Aku ke sini bukan untuk berdebat denganmu kakak ipar, sekarang minggirlah! Beri aku jalan untuk masuk." Ujar Rena.
" Stop memanggilku dengan sebutan kakak ipar, aku bukan siapa siapamu dan asal kau tahu aku tidak sudi menjadi kakak iparmu." Ketus Erald.
" Terserah kau saja, yang jelas setelah aku menikah dengan Alvin mau tidak mau kau akan menjadi kakak iparku." Sahut Rena.
" Dan aku pastikan itu tidak akan pernah terjadi Rena, jadi jangan pernah bermimpi untuk menjadi bagian dari keluarga ini." Ucap Erald membuat Rena mengepalkan tangannya.
" Kau akan lihat bagaimana aku menjerat adikmu, setelah aku mendapatkan Alvin aku pastikan kalian semua akan kehilangan semua harta kalian dan kalian akan menjadi gembel jalanan." Gerutu Rena dalam hatinya.
" Honey." Ucap Rena membuat Erald menoleh ke belakang. Kesempatan itu di gunakan Rena untuk menyusup ke dalam rumah.
" Hei tunggu!" Ujar Erald mengejar Rena yang melenggang masuk.
" Rena tunggu!" Teriak Erald.
Rena tidak mempedulikan teriakan Erald. Ia segera naik ke atas menuju kamar Alvin. Are yang melihatnya langsung berlari mengejar Rena.
" Stop." Ucap Are di depan pintu kamarnya menghadang Rena.
" Hei minggir! Aku mau menemui kekasihku." Ucap Rena.
" Kekasihmu itu suamiku, dan aku tidak akan membiarkan wanita lain masuk ke dalam kamar suamiku." Sahut Are tegas.
" Heh suami." Sinis Rena.
" Dia bahkan tidak menganggapmu sebagai istrinya, dia hanya mencintaiku dan selamanya akan tetap mencintaiku, kau hanya wanita murahan yang mengincar hartanya saja." Cibir Rena memandang rendah Are.
" Tutup mulutmu." Bentak Are menunjuk Rena.
" Apa? Tidak terima? Memang itu kenyataannya kan? Kalau kau tidak percaya tanyakan pada pria yang kau anggap sebagai suamimu, siapa dirimu baginya." Sahut Rena berani.
" Kau tidak berhak menilaiku seperti apa, yang jelas wanita yang memanfaatkan suamiku itu dirimu." Sahut Are.
" Jaga bicaramu Aresha." Bentak Rena.
Ceklek....
Pintu terbuka dari dalam, Are segera membenarkan posisinya agar tidak terjungkal ke belakang.
" Honey kau sudah datang? Kenapa tidak langsung masuk ke dalam?" Tanya Alvin.
" Mau bagaimana lagi? Istrimu mencegahku untuk masuk ke dalam." Sahut Rena melirik Are.
Alvin menatap tajam ke arah Are tapi tidak membuat Are gentar.
" Kenapa kau melarangnya?" Tanya Alvin.
" Kenapa kamu bilang Mas? Aku tidak sudi kalau kamarmu di jamah oleh dia." Sahut Are menunjuk wajah Rena.
" Kenapa? Memang siapa dirimu hah? Beraninya kau melarang kekasihku masuk ke dalam kamarku, ini rumahku... Milikku.. Kau tidak berhak atas apa yang aku miliki, kau tidak punya apa apa di sini, bahkan untuk bernafas saja kau harus meminta ijinku, lagian ini bukan yang pertama kalinya Rena masuk ke dalam kamarku, dia sering ke sini dan kami sudah melakukan hal yang lebih dari ini." Ucap Alvin mendekati Rena lalu merangkulnya.
Jeduar....
Jantung Are terasa berhenti berdetak. Apa kata Alvin? Rena sering masuk ke kamarnya? Apa yang mereka lakukan di sana? Apakah benar mereka sudah melakukan hal yang lebih dari itu? Pikir Are.
" Be.... Benarkah?" Tanya Are memastikan.
" Ayo Honey kita masuk, jangan urusi wanita tidak berguna sepertinya." Ajak Alvin hendak masuk ke dalam.
" Aku akan mengadukan perlakuanmu kepada Mami." Ancam Are membuat langkah Alvin terhenti.
Alvin mendekati Are membuat Are sedikit ketakutan.
" Kalau kau berani mengadukan kepada Mami, aku tidak akan segan segan untuk membunuhmu." Ucap Alvin mencekik leher Are.
Rena tersenyum melihat sikap kasar yang Alvin tunjukkan.
" Kau akan menyadari tempatmu yang sebenarnya pelakor." Ujar Rena dakam hati.
" Alvin." Bentak Erlad mendorong Alvin hingga cekikannya terlepas.
" Apa yang kau lakukan Alvin?" Tanya Erald menarik tubuh Are ke dalam pelukannya dan tiba tiba....
" Are." Ucap Erald menepuk pipi Are saat menyadari Are tidak sadarkan diri.
" Are bangun Are." Ucap Erald.
Tanpa berpikir dua kali, Erald menggendong tubuh Are ala bridal style, Ia membawa Are ke dalam kamarnya.
" Ayo Honey." Ucap Alvin membawa masuk Rena ke dalam kamarnya tanpa mempedulikan Are.
Erald merebahkan tubuh Are dengan pelan di atas ranjangnya. Ia duduk.di tepi ranjang memijat telapak kaki Are berharap Are segera sadar.
" Kasihan sekali kamu Are, aku tidak menyangka kalau Alvin tega melakukan semua ini kepadamu, kenapa Alvin menjadi sekasar ini? Apakah hatinya hanya di penuhi dengan nama Rena saja hingga dia tidak bisa melihat kebaikanmu? Alvin tidak bisa membedakan mana yang tulus ingin hidup bersamanya dan mana yang hanya ingin memanfaatkannya saja, semoga kau bisa berubah Al." Gumam Erald.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Are mengerjapkan matanya. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar yang nampak asing baginya.
" Aku ada dimana?" Gumam Are duduk bersandar pada headboard.
Are menatap foto Erald yang tersenyum manis dalam figura yang terletak di atas nakas. Ia tahu kalau sekarang Ia berada di kamar Erald.
Are teringat apa yang Alvin lakukan kepadanya. Hatinya pedih... Sangat pedih dengan perlakuan kasar Alvin dan sikap Alvin yang merendahkannya di depan Rena.
" Hiks.... Hiks..... Kenapa hidupku menjadi seperti ini? Kenapa aku mengalami semua penderitaan ini? Suamiku tidak menginginkan aku, ibu tiriku juga tidak menginginkan aku... Tidak ada yang peduli dengan diriku..... Hiks..." Isak Are mengusap air matanya.
" Alvin." Gumam Are mengingat Alvin.
" Tadi Alvin mengajak Rena ke kamar? Apa yang sedang mereka lakukan di kamar kami saat ini? Apakah benar mereka sering melakukannya? Kenapa mendengar pengakuan Alvin rasanya sesakit ini? Bagaimana rasanya jika aku benar benar mencintai Alvin? Ya Tuhan rasanya aku ingin mundur saja, tapi bagaimana dengan surat perjanjian itu? Hiks..... Aku di hadapkan dengan kebingungan ini... Sampai kapan aku akan mengalami hal menyedihkan seperti ini Ya Tuha...." Isak Are memukul dadanya yang terasa sesak.
" Apa yang kamu lakukan Are?" Tanya Erald yang baru saja masuk menghampiri Are.
" Aku tidak tahan dengan rasa sakit ini Kak." Sahut Are.
" Are... Kakak mohon bersabarlah lebih lama lagi, buat Alvin menatapmu dengan pelan, jangan terburu buru, Kakak yakin Alvin pasti akan melabuhkan hatinya kepadamu suatu hari nanti, saat ini Alvin masih tersesat Are, dan kamu yang harus menunjukkan jalan kebenarannya." Ucap Erald menggenggam tangan Erald.
" Kenapa Kakak begitu baik kepadaku? Seandainya aku menikah denganmu pasti aku akan bahagia." Ujar Are membuat Erald menarik kembali tangannya.
" Are kamu adik iparku, kamu di pilih untuk menjadi jodoh adikku, jadi jangan pernah berpikir macam macam tentang hubungan kita." Ucap Erald.
" Ya aku mengerti Kak, maafkan aku." Sahut Are.
" Kakak maafkan." Sahut Erald.
" Are sepertinya Kakak harus mengadukan semua ini kepada Mami, Mami harus tahu perlakuan Alvin kepadamu, Kakak tidak tega melihatmu di sakiti Alvin terus menerus. seperti ini Are." Ujar Erald.
" Gawat." Batin Are.
" Jangan Kak! Jangan pernah memberitahu Mami soal perlakuan Mas Al kepadaku, aku tidak mau Mami khawatir, lagian jika Mami tahu pasti Mami akan menghukum Mas Al, aku tidak tega melihat Mas Al di hukum Kak." Ujar Are.
" Kenapa kau masih melindunginya? Dia sudah berbuat buruk kepadamu Re." Ucap Erald.
" Bagaimanapun dia suamiku Kak, cukup kita saja yang tahu, aku tidak mau Mas Al terlihat buruk di mata Mami, biarkan Mami tahu kalau kami baik baik saja Kak, aku yakin Mas Al akan berubah, dia hanya butuh waktu saja dan seberapa lama dia membutuhkan waktu itu aku akan tetap sabar menantinya." Ujar Are.
" Baiklah kalau itu keinginanmu, terima kasih tidak membenci adikku." Ucap Erald.
" Sudah menjadi tugasku Kak." Sahut Are.
" Istirahatlah di sini, Kakak akan istirahat di kamar tamu." Ucap Erald.
" Tidak perlu Kak, biar aku saja yang istirahat di kamar tamu, Kakak di sini saja dan maaf sudah mengganggu kenyamananmu." Ujar Are.
" Tidak pa pa, kau adikku jadi sudah menjadi tanggung jawabmu untuk menolongmu, kamu istirahat saja." Sahut Erald beranjak.
" Tidak Kak, aku tidak berhak ada di dalam kamarmu, biarkan aku keluar dari kamar ini." Ucap Are turun dari ranjang.
" Terima kasih Kak." Sambung Are berjalan keluar kamar Erald.
" Sama sama Are." Sahut Erald.
Erald menatap punggung Are hingga terhalang oleh pintu yang di tutup oleh Are.
" Kenapa rasanya aku ingin sekali melindungi dan menjagamu Are? Kenapa rasa keinginanku begitu kuat? Aku merasa tidak rela melihat kau menangis, ya Tuhan ada apa dengan hatiku?" Gumam Erald.
Sesampainya di depan kamar tamu, Are membuka pintunya. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, Ia menatap langit langit kamar.
" Apa ini hukuman untukku karena niat awalku untuk mendapatkan perusahaanku? Tapi sejak ijab qobul terucap dari bibir Mas Al aku benar benar ingin membina rumah tangga ini dengan bahagia, aku berniat menyerahkan hati, jiwa dan ragaku untukmu Mas, sepertinya aku harus sabar lebih lama lagi, semoga aku bisa meluluhkanmu Mas." Monolog Are memejamkan matanya.
TBC.....
jangan lupa like koment vote dan hadiahnya biar author tambah semangat....
Terima kasih untuk readers yang sudah memberikan doa dan dukungannya untuk author.... Semoga sehat selalu....
Miss u All....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments