Hari hari selanjutnya hilir mudik silih berganti orang orang datang menagih utang Gandi. Gandi kadang pergi untuk menghindari mereka atau pura pura tidur tidak mau menemui. Jika orang yang menagih tidak pulang terpaksa Savitri yang membayar karena anak anaknya ketakutan ada orang orang serem di rumahnya.
Di malam hari setelah pergulatannya, Savitri mencoba untuk menanyakan pada janji janji Gandi yang akan mengembalikan uangnya yang sudah dipakai. Melihat Gandi yang ekspresi wajahnya senang karena pelayanannya. Savitri berpikir ini adalah kesempatan bagus untuk menanyakan.
“Bang....” ucap Savitri dengan lembut sambil memeluk tubuh Gandi.
“Hmmm... mau lagi ya... nanti dulu ya... Aku mengumpulkan tenaga dulu.. kamu sangat hebat malam ini.” ucap Gandi sambil tersenyum. Savitri memang sengaja memberikan pelayanan super hotnya dan mengimbangi permainan kasar Gandi. Dan ternyata berhasil membuat Gandi dibekuk KO.
“Bang apa rumah Bang Gandi sudah dijual?” tanya Savitri dengan hati hati.
“Kenapa kamu tanya itu. Kamu pikir kalau sudah aku jual aku tidak mengembalikan uangmu. Kamu tenang saja nanti kalau sudah kujual semua uang hasil penjualan kuberikan ke kamu.” Jawab Gandi.
“Sudah jangan tanya masalah rumah itu lagi. Kamu pikir gampang jual rumah.”
“Tapi Bang uangku makin lama makin habis. Pemasukan bulanan cuma dari transferan dari Arya untuk kebutuhan bulanan aku dan anak anak. Pemberian keuntungan dari perusahaan setahun sekali Bang.”
“Aku sudah bilang diam, jangan omong masalah itu lagi masih saja cerewet.” bentak Gandi dengan lantang sambil bangkit berdiri. Dia lalu melemparkan bantal ke wajah Savitri. Setelah memakai baju lengkapnya Gandi berjalan meninggalkan Savitri yang masih menutup tubuh polosnya dengan selimut. Gandi berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu dengan keras. Savitri kaget lalu memegang dadanya erat erat. Dia lalu menutupi tubuh sekenanya dan berjalan menuju ke kamar anak anaknya. Sejak Reni mengalami iritasi kulit parah, Savitri setelah bergulat dengan Gandi meskipun kelelahan dan terkantuk kantuk dia mendatangi kamar anak anaknya.
Gandi sudah keluar dari rumah dengan membawa motor Savitri. Kunci mobil disembunyikan oleh Reno sejak dia dijemput pakai motor karena mobilnya dipakai Gandi dan tidak pulang pulang.
Savitri masuk ke kamar Reno, dilihatnya kedua anaknya terjaga mungkin karena mendengar suara pintu yang ditutup dengan keras dan suara motor yang digeber geber oleh Gandi.
“Kakak dan Adik tidur lagi.” ucap Savitri sambil mendekati mereka.
“Papa Gandi marah lagi ya Ma?” tanya Reno.
“Tidak hanya darah tingginya kambuh. Sudah tidur lagi besok kamu ngantuk di sekolah, Adik juga bobok lagi. Sudah pipis belum?”
“Beyum Ma, pengen pipis langsung di toiyet tayo pipis di sini datal.” jawab Reni sambil memegang pempers yang menempel di tubuhnya. Savitri lalu mengendong Reni dibawa ke kamar mandi, dan setelah Reni pipis dan mengembalikan Reni ke tempat tidur, Savitri lalu ke kamar mandi lagi untuk membersihkan tubuhnya.
Sementara itu Arya yang mendapat laporan dari Mbak Lastri, kalau di rumah Savitri sering datang orang orang menagih utang Gandi dan Savitri yang melunasi. Arya merasa kesal. Dia yang berpikir keras menjalankan perusahaan, malah Gandi menguras rekening Savitri.
“Padahal rekening Kak Ardi semua beralih ke tangan Kak Vitri, nominalnya banyak. Apa itu juga ikut terkuras. Mbak Lastri bilang katanya Gandi akan menjual rumah mewahnya untuk mengganti utangnya. Coba aku selidiki rumahnya itu.” gumam Arya dalam hati.
Arya lalu menanyakan pada Mbak Lastri dimana rumah mewah Gandi berada. Mbak Lastri menyebutkan daerahnya dan ciri ciri rumah mewah Gandi. Selesai kerja dari perusahaan Arya langsung menuju ke rumah mewah Gandi.
Beberapa menit kemudian Arya sudah memasuki komplek rumah mewah. Setelah sampai di depan rumah yang sesuai dengan ciri ciri yang disebutksn Mbak Lastri. Arya lalu memotret rumah tersebut dari dalam mobilnya lalu hasil jepretannya dikirim ke hape Mbak Lastri.
TING ..... Pesan terkirim
Tidak lama kemudian ada balasan dari Mbak Lastri di hape Arya.
“Sip benar tidak salah Bos.”
Arya tersenyum membaca pesan dari Mbak Lastri. Arya lalu turun dari mobil dan berjalan mendatangi Pak Satpam penjaga gerbang rumah mewah itu.
“Selamat sore Pak.” sapa Arya saat di dekat Pak Satpam.
“Selamat sore.” jawab Pak Satpam
“Maaf mau tanya apa rumah ini mau dijual?” tanya Arya dengan hati hati. Pak Satpam malah terlihat bingung.
“Apa Pak?” ucap Pak Satpam balik bertanya karena merasa kurang paham dengan pertanyaan Arya.
“Apa rumah ini mau dijual?” tanya Arya
“Siapa yang bilang Pak?” ucap Pak Satpam balik bertanya lagi.
“Bukannya ini rumah Pak Gandi?” ucap Arya meminta kejelasan.
“Bukan Pak, ini rumah Tuan Aiden.” jawab Pak Satpam
“Oooo maaf mungkin salah alamat. Apa Bapak tahu rumah Pak Gandi yang mana?” ucap Arya sambil bertanya letak rumah Gandi, dia berpikir mungkin Mbak Lastri salah memberikan informasi.
“Pak Gandi yang mana ya? Rumah ini habis dikontrak oleh Pak Gandi tapi hanya tiga bulan.” ucap Pak Satpam ganti bertanya. Arya lalu menyampaikan ciri ciri Gandi dan ternyata benar dengan Gandi yang dimaksud Arya adalah Gandi yang pernah mengontrak rumah mewah tersebut. Mendengar jawaban dari Pak Satpam, keringat Arya mulai bermunculan di dahinya dan juga di punggungnya.
“Apa Gandi sudah membuat tipuan agar Kak Vitri mau menikah. Apa yang dikuatirkan Mama benar, laki laki yang mendekati Kak Vitri demi hartanya.” gumam Arya dalam hati.
“Pak, apa Anda mencari Pak Gandi? Selama ini memang banyak yang mencarinya. Ini Pak Gandi meninggalkan rumah barunya.” ucap Pak Satpam sambil memberikan sehelai kartu nama. Arya mengambilnya dan membacanya.
“S*** alamat Kak Vitri yang dikasih, maka semua penagih datang ke Kak Vitri.” gumam Arya dalam hati. Lalu Arya pamit pada Pak Satpam dan tidak lupa mengucapkan terimakasih.
Arya lalu masuk ke dalam mobilnya. Dia berpikir pikir kepada siapa akan menyampaikan info yang baru saja didapat. Langsung ke Savitri, ke orang tuanya atau malah ke Mbak Lastri.
“Ah ke Mbak Lastri saja.” gumam Arya. Lalu dia menghubungi Mbak Lastri menyampaikan informasi yang baru saja didapat. Mbak Lastri yang sedang menemani Reno dan Reni bermain main sampai terlonjak kaget. Dia tidak menyangka jika Gandi hanya mengontrak sebab waktu dia ikut diajak ke sana, Gandi tahu banyak tentang rumah itu dan benar benar seperti pemiliknya. Mbak Lastri lalu punya ide agar Reno dan Reni mengajak lagi berkunjung ke rumah mewah Gandi untuk berenang.
“Iya Mbak, sudah lama ga diajak ke sana. Nanti kalau Papa Gandi pulang aku ajak ke sana lagi.” ucap Reno saat Mbak Lastri menyuruh dia mengajak renang ke rumah mewah Gandi.
Di malam harinya Gandi datang saat di jam makan malam. Dia langsung ikut duduk di meja makan. Savitri dan anak anak sudah malas kalau mau mengingatkan untuk cuci tangan dulu, sebab pasti akan marah marah dan membentak bentak. Saat Reno sudah selesai makan dia ingat pesan dari Mbak Lastri. Dia akan menyampaikan namun juga takut jika dibentak.
“Kak... stttts stttts.” Mbak Lastri yang kepo tiba tiba melongokkan kepalanya di balik pintu sambungan ruang makan menuju dapur untuk mengingatkan pada Reno.
“Kak.” ucap Reni sambil menatap Kakaknya karena dia juga ingin berenang lagi di rumah mewah Gandi.
“Ada apa sih?” tanya Savitri yang tidak tahu kenapa Mbak Lastri dan Reni memanggil Reno. Reno lalu mengambil nafas dalam dalam memgumpulkan keberaniannya.
“Pa....” panggil Reno pada Gandi sambil tersenyum memandang Gandi yang sedang mengambil nasi lagi karena mau nambah makannya.
“Hmmm.” jawab Gandi sambil mengambil lauk.
“Besok Sabtu kita nginap di rumah Papa Gandi ya.. Kan sudah lama ga ke sana lagi. Aku dan Adik pengen renang lagi....”
PRANK...
Gandi membanting piring nasinya.
“Tidak mengenak enaki orang makan saja.” bentak Gandi sambil berdiri dan dengan menoyor kepala Reno. Reno yang sudah takut takut dari awal langsung menggigil karena dia menahan agar tidak nangis. Sebab saat dia menangis waktu itu , lalu sering dipesan kalau anak anak laki laki tidak boleh nangis. Tetapi dia sangat ketakutan dan kaget dengan tingkah laku Gandi. Sedangkan Reni langsung menangis dengan histeris. Savitri langsung menaruh sendoknya dan menggendong Reni.
Mbak Lastri yang melihat Reno pucat dan menggigil langsung berlari menuju ke tempat duduk Reno. Mbak Lastri langsung mengendong Reno dan dibawa ke kamar Reno.
“Kak, maafin Mbak Lastri ya...” ucap Mbak Lastri sambil memeluk erat tubuh Reno. Mbak Lastri merasa bersalah karena sudah menyuruh Reno untuk mengajak ke rumah Gandi, karena Mbak Lastri ingin tahu kebenaran informasi dari Arya.
“Kakak apa kepalanya sakit?” tanya Mbak Lastri. Reno hanya diam saja.
“Kakak omong dong jangan diam saja.” ucap Mbak Lastri sambil menggoyang goyang tubuh Reno yang masih dingin. Mbak Lastri lalu membaringkan tubuh Reno dan melumuri tubuh Reno dengan minyak kayu putih sambil diusap usap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Azizah az
udahan aj vit kasian jg anak mu
2022-08-28
1
Nit_Nit
kasihan Reno
2022-08-19
0