Setelah acara pernikahan selesai, tamu tamu pulang. Demikian juga Ibu dan teman Gandi yang mengantar Gandi turut juga pulang dengan memakai mobil yang tadi dipakai untuk mengantar Gandi sang pengantin laki laki. Mobil yang biasanya dipakai Gandi.
Savitri masuk ke kamar ditemani Ibunya. Sedangkan Reno dan Reni yang sudah berganti baju sejak tadi dan sekarang di kamarnya Reno sambil membuka hadiah hadiah yang dikirimkan oleh Arya.
“Vit biar Ibu nanti tidur nemani Reni, kamu nemani nak Gandi di kamar tamu.” ucap Nenek
“Nanti gampang Bu.”
“Ibu tahu kamu masih belum bisa melupakan Ardi tapi bagaimanapun Gandi sekarang sudah menjadi suamimu yang sah secara agama.”
“Bang Gandi tidak tergesa gesa kok Bu.”
“Jangan begitu, namanya laki laki Vit, daripada nanti mencari di luar.”
Savitri hanya diam sambil membersihkan make upnya. Namun tiba tiba terdengar suara ketukan pintu yang sangat pelan berbeda dengan suara ketukan pintu biasanya.
“Buka pintu Vit!” perintah ibunya Savitri sambil tiduran di tempat tidur Savitri. Lalu Savitri berjalan menuju ke pintu dan membuka pelan pelan daun pintu.
“Vit, handukku ketinggalan. Di kamar tamu tidak ada handuk. Apa aku bisa pinjam.” ucap Gandi saat pintu sudah dibuka Savitri.
“O.. sebentar.” ucap Savitri lalu berjalan menuju lemari untuk mengambilkan handuk
“Vit.. sama lemarinya susah dibuka, kuncinya tidak bisa untuk membuka.” ucap Gandi saat Savitri mengulurkan handuk.
Savitri lalu berjalan keluar kamar menuju ke kamar tamu. Sedangkan Gandi mengikuti dari belakang sambil membawa sehelai handuk besar. Savitri membuka pintu kamar tamu dan masuk ke dalam. Di lihat baju pengantin Gandi berserakan di lantai. Savitri melihatnya sekilas sambil mengeryitkan dahi.
“Kenapa lebih rapi Reno yang setelah ganti baju, baju kotor segera di taruh di keranjang baju kotor. Apa aku harus memberi tahu, apa dia tidak tersinggung jika diberi tahu.” gumam Savitri, lalu Savitri mengambil baju yang berserakan di lantai dan dimasukkan di keranjang baju kotor.
“Ooo maaf, aku tadi mau langsung mandi cari handuk ga ada jadi langsung saja keluar kamar.” ucap Gandi saat melihat Savitri memunguti baju bajunya yang berserakan di lantai.
“Iya Bang, besok mbak Lastri ngambil baju baju kotor di keranjang di setiap kamar.”
Savitri lalu menuju ke lemari yang dilaporkan Gandi tidak bisa dibuka. Savitri lalu mencoba menggerakkan anak kunci dan menarik daun pintu lemari, memang agak berat namun akhirnya juga bisa.
“Karena lama ga dibuka mungkin Bang, jadi agak berat perlu ditarik agak kuat dikit. Mungkin tamu yang tidur di kamar ini tidak menggunakan lemari.”
“O ya.”
“Vit nanti makan di luar saja ya.”
“Baiklah, aku ke luar kamar.” Jawab Savitri.
“Kenapa terburu buru keluar hmmm kita ini pengantin baru” ucap Gandi sambil senyum menggoda.
“Ehmmm aku belum selesai beres beres Bang.”
“Okey okey... tenang saja Vit akan menunggumu sampai kamu siap.” ucap Gandi sambil mengerlingkan matanya. Savitri yang belum siap terburu buru keluar dari kamar tamu sambil memegang dadanya. Sedangkan Gandi tampak tersenyum puas.
“Aku tidak akan memaksamu Vit aku harus mendapatkan hatimu dulu sebelum aku mendapatkan tubuhmu dan segala milikmu.” gumam Gandi sambil memandang punggung Savitri yang berjalan meninggalkan kamar tamu.
“Langkah awal yang mulus mendapatkan Savitri.” ucap Gandi sambil tertawa lalu berjalan menuju ke kamar mandi.
Sehabis maghrib semua sudah siap akan makan malam di luar. Kakek dan Nenek tampak tersenyum bahagia. Reno dan Reni pun sudah kembali rIang gembira, kiriman mainan dari Arya mengobati rasa kecewa mereka karena ketidakhadiran Arya, Oma dan Opa. Mainan kiriman Arya bagai penganti kehadiran mereka.
“Bu, saya di rumah saja ya capek.” ucap Mbak Lastri saat mereka akan berangkat.
“Tidak jadi ikut Mbak?” tanya Savitri
“Mau tidur saja Bu, capek banget. Tapi nanti diolah oleh ya Bu, dan bangunkan saya he... he...” ucap Mbak Lastri sambil tertawa kecil. Lalu mengantarkan mereka di depan pintu pagar. Mobil dikemudikan Gandi dan Savitri duduk di sampingnya. Gandi berkali kali menoleh atau melirik ke arah Savitri sambil tersenyum penuh kemenangan.
Beberapa menit kemudian mobil sudah memasuki halaman rumah makan mewah dengan design yang romantis.
“Wah cocok untuk pengantin nih.” Gumam lirih Nenek.
“Lampunya redup ga terang Nek, jelek.” protes Reno.
“Tapi teyip teyip kok Ka yampuna.” ucap Reni yang melihat ada lampu berkelip kelip.
“Di situ ada es krim enak Kak.” ucap Savitri menghibur Reno
“Horeeeeeee.” teriak Reno dan Reni bersemangat mendengar kata es krim.
Setelah turun dari mobil, mereka berjalan menuju ke dalam restoran tersebut. Mereka mengambil meja VIP ukuran big family. Tidak lama kemudian jamuan makan malam mewah terhidang di meja makan yang lumayan besar. Reno dan Reni terlihat matanya berbinar binar melihat banyak menu kesukaannya. Apalagi mereka menunggu es krim makanan penutup yang dijanjikan Mamanya.
“Ma, aku sudah makan banyak sekarang boleh makan es krim nya?” tanya Reno karena selalu dipesan oleh Savitri harus makan yang banyak dulu baru boleh makan es krim.
“Iya, tunggu ya... baru dipesan.” jawab Savitri. Dan tidak lama pesanan makanan penutup datang. Reno dan Reni sudah mupeng berat melihat es krim yang dibawa pelayan.
Setelah semua selesai makan....
“Vit, maaf pakai uangmu dulu ya. Uang cash ku habis, dan rekeningku terblokir tadi salah pencet pin.” bisik Gandi.
“Semua terblokir Bang?” tanya Savitri yang berharap ada dompet digital Gandi lainnya. Tampak Gandi menganggukkan kepalanya. Savitri tak mau banyak berdebat malu ribut di tempat umum. Padahal di dalam hati dia mengerutu, orang mengajak makan di luar tapi tidak menyiapkan alat pembayarannya. Savitri lalu berjalan menuju ke kasir dan membayar semua tagihan. Lalu dia berjalan menuju ke meja lagi untuk mengajak semuanya pulang.
“Nanti aku ganti.” bisik Gandi sambil berjalan di samping Savitri.
“Tidak diganti juga tidak apa apa, yang makan juga anak dan orang tuaku.” ucap Savitri bicara apa adanya baginya jika anak anak dan orang tuanya senang dia ikut senang.
“Dan suamimu ya.” ucap Gandi sambil tersenyum. Benar benar tidak tahu diri.
“Dan Mbak Lastri juga.” ucap Savitri sambil membawa bungkusan makanan pesenan Mbak Lastri.
“Apa aku kamu samakan dengan Mbak Lastri.” ucap Gandi dengan nada suara meninggi sebab dia merasa tersinggung. Savitri tidak menanggapi terus berjalan sambil menggandeng Reni sedangkan Reno digandeng oleh Kakek sudah berjalan paling depan.
“Ada apa Vit?” tanya Nenek yang berjalan di depan Gandi mendengar suara Gandi yang meninggi.
“Tidak apa apa Nek, biasa canda suami istri.” Gandi yang menjawab pertanyaan Nenek sambil mengusap usap pundak Nenek. Nenek menoleh sambil tersenyum.
Mereka semua lalu masuk ke dalam mobil. Mobil berjalan pelan pelan meninggalkan rumah makan. Mobil berjalan menuju ke arah lain bukan ke arah jalan pulang ke rumah Savitri.
“Reno dan Reni kita lihat rumah Papa Gandi sebentar ya.” ucap Gandi yang akan memamerkan rumah mewahnya pada mertua dan anak anak tirinya.
“Siap Om.” jawab Reno.
“Kok panggilnya masih Om, papa dong.” ucap Gandi protes karena masih dipanggil Om. Reno dan Reni tersenyum saling pandang.
Tidak lama kemudian mobil memasuki halaman rumah mewah Gandi, setelah penjaga pintu gerbang membukakan pintu untuk mereka. Mobil melewati halaman yang luas dihiasi taman yang indah disinari lampu lampu taman.
“Wow.” teriak Reno dan Reni bersamaan saat melihat rumah Gandi. Nenek dan Kakek juga terlihat kagum mereka tersenyum dan mengangguk anggukkan kepalanya. Kemudian Nenek dan Kakek saling pandang dan masih tersenyum.
“Tidak salah pilih Nek.” ucap Kakek sambil menepuk pelan pundak Nenek.
Gandi memarkir mobilnya. Lalu dia mengajak semua turun dan masuk ke dalam rumahnya. Mereka melihat lihat isi rumah Gandi Gandi menunjukkan semua bagian di rumah tersebut ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, kamar kamar tidur yang luas luas, balkon, dapur,....
“Ma... ada kolam renangnya, kita bobok di sini ya.” ucap Reno saat melihat ada kolam renang di bagian rumah tersebut.
“Lain kali sayang.” jawab Savitri.
“Nak Gandi sendirian selama ini?” ucap Nenek yang tadi sempat membuka kulkas tidak ada isinya. Reni yang melihat kulkas kosong tersenyum sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan mungilnya.
“Iya Bu, semua kebutuhan saya pakai jasa di aplikasi. Hanya ada bapak penjaga depan, jaga rumah dsn bersihkan halaman.” jawab Gandi sambil tersenyum nyengir.
“Kata Savitri, kamu bisnis bintang dan tanaman hias mahal mahal, dimana daganganmu. Aku mau minta ayam jago yang jenisnya langka.” ucap Kakek yang sejak tadi matanya melihat lihat mencari binatang dagangan Gandi.
“Ooo di tempat khusus Pak, kapan kapan Bapak saya ajak. Ada burung elang langka juga Kek.” jawab Gandi
“Ayo kita balik ke rumah Mama.” ucap Gandi kemudian sambil menatap Savitri. Terlihat Savitri menganggukkan kepalanya, dia ingat pesanan Mbak Lastri, kasihan Mbak Lastri kalau kemalaman makannya.
Mobil sudah sampai di depan rumah Savitri, Reno dan Reni sudah tertidur di dalam pangkuan Kakek dan Nenek. Setelah turun dari mobil Savitri mengambil Reni dari pangkuan Nenek dan mengendongnya. Sedangkan Reno digendong oleh Kakek. Gandi masih duduk di kursi kemudi. Savitri berjalan menuju ke pintu pagar dengan susah payah dia membuka pintu sebab sambil mengendong Reni.
“Mbak Lastri sudah tidur ya Vit?” tanya Nenek sambil membawa bungkusan makanan untuk Mbak Lastri.
“Kemungkinan iya Bu, maka saya bawa kunci sendiri.” ucap Savitri lalu terus berjalan menuju ke kamar untuk menidurkan Reni.
Setelah menidurkan Reni, Savitri berjalan menuju ke kamar Mbak Lastri dengan maksud untuk membangunkan agar memakan pesanannya. Namun saat di depan pintu ada tulisan pesan dari Mbak Lastri ...
“Bu, pesanan ditaruh kulkas saja, saya ngantuk dan diet tidak makan malam. Terimakasih Bu Fitri yang baik hati...” emoji ciuman.
Savitri tersenyum membaca pesan Mbak Lastri lalu dia berjalan ke ruang makan mengambil bungkusan makanan Mbak Lastri akan menaruhnya ke dalam kulkas. Namun tiba tiba ada Gandi di dekatnya.
“Vit... lampu kamar mati.” ucap Gandi memberikan laporan kalau lampu di kamar tidurnya mati. Savitri lalu berjalan menuju ke tempat penyimpanan lampu dan tongkat alat untuk mengganti. Sekalian menaruh makan Mbak Lastri ke dalam kulkas. Namun saat akan diberikan pada Gandi sang suami barunya. Gandi sudah tidak terlihat di ruang makan. Savitri lalu berjalan menuju ke kamar tamu. Kamar tamu memang terlihat gelap. Savitri sedikit kuatir ini apa akal akalan Gandi. Savitri akan meminta tolong Kakek tidak tega sebab sudah masuk ke kamar bersama Reno. Savitri mengetuk pintu pelan pelan.
“Buka saja Vit tidak aku kunci.” ucap Gandi. Savitri lalu membuka pintu. Terlihat Gandi sudah terbaring di tempat tidur terlihat dari cahaya lampu luar kamar yang masuk lewat pjntu. Savitri membuka lebar pintu agar semakin banyak cahaya masuk. Savitri mencoba menekan saklar memang lampu mati.
“Ini Bang, lampu penggantinya.” ucap Savitri.
“Aku tidak bisa pasang Vit.” jawab Gandi
“Ini ada tongkat alat buat gantinya.”
“Kamu saja Vit, aku takut kesetrum.” ucap Gandi lagi. Savitri hanya bisa tepuk jidat, lalu mengganti lampu itu dan segera pergi setelah selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Sarita
jangan" nanti Gandhi juga ga bisa bikin anak ya 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-12-05
1
Azizah az
ya ampyun ad y suami modelan begini maksud loh klo ganti lampu kesetrum biar koid gitu bini Lo terus Lo dpt hartany gtu isss picik amat bang
2022-08-28
1
Nit_Nit
haissss mulai tampak aslina sudah ga bayarin, masang lampu aja istrinya alesan aja
2022-08-13
0