Sudah lebih dari tiga bulan pernikahan Gandi dan Savitri. Sikap Gandi sudah tidak seperti pada saat pendekatan dulu yang begitu perhatian pada Reno dan Reni. Jangankan mengantar jemput Reno atau mengajak jalan jalan, untuk menyapa kedua anak itupun Gandi tidak berniat. Gandi terlihat sibuk dengan dirinya sendiri dan kesenangannya bergulat dengan Savitri tanpa melihat waktu. Untung masih melihat tempat jadi tidak mengotori penglihatan Reno, Reni dan mbak Lastri yang masih perawan ting ting.
Siang hari Gandi masih tertidur. Sedangkan Savitri dan Reni akan berangkat menjemput Reno.
“Bang katanya mau kerja kok masih tidur. Aku mau jemput Reno.” ucap Savitri saat masuk ke kamar tamu dimana Gandi tidur.
“Papa Gandi kok tidul teyus cih... pagi tidul ciang tidul sole tidul mayam juda tidul...” ucap Reni yang berjalan di belakang Savitri.
“Cerewet.” ucap Gandi sambil menutup telinganya dengan bantal. Savitri tidak mau jika Reni dibentak lagi lalu cepat cepat dia mengajak Reni keluar dari kamar tamu meninggalkan Gandi yang melanjutkan tidurnya. Mereka berjalan ke depan akan menjemput Reno.
Saat Savitri dan Reni keluar dari pintu rumah utama, terlihat dua laki laki dengan jaket hitam bermuka seram datang dan mencari Gandi. Reni tampak takut lalu minta gendong pada Savitri dan menyembunyikan wajahnya di pundak Savitri.
“Silahkan duduk dulu.” ucap Savitri mempersilahkan tamu tersebut untuk duduk di teras. Savitri lalu masuk lagi ke dalam kamar untuk membangunkan Gandi namun Gandi tidak mau membukakan matanya apalagi beranjak.
“Sudah kamu temui saja kamu turuti apa maunya. Bilang aku masih tidur.” ucap Gandi.
“Ayo Ma cepat kasihan Kaka menyunggu di cetoyah.” ucap Reni ingin segera menjemput Kakaknya dan meninggalkan Gandi takut kalau dibentak lagi. Savitri yang juga ingin segera menjemput Reno langsung kembali berjalan menemui tamu Gandi.
“Maaf Pak, bang Gandi masih tidur ada perlu apa?” tanya Savitri saat sudah kembali di teras.
“Nih tagihan Gandi, kalau tidak segera dibayar akan semakin membengkak jumlahnya.” ucap tamu itu sambil menyodorkan tagihan utang Gandi. Savitri melotot matanya saat melihat nominal tagihan utang Gandi. Tidak menyangka Gandi punya utang.
“Sudah lihatnya Bu, segera dibayar saja.”
“Sebentar Pak, saya tanya dulu mungkin ini salah.” ucap Savitri lalu kembali ke kamar tamu. Dan memberi tahu pada Gandi kalau tamunya menunjukkan tagihan atas nama dirinya dengan nominal yang besar.
“Sudah aku bilang turuti apa mau mereka.” ucap Gandi dengan nada tinggi yang masih dengan posisi meringkuk di tempat tidur.
“Berarti benar itu utang bang Gandi?” tanya Savitri yang tidak menyangka Gandi mempunyai banyak utang.
“Iya itu juga untuk keperluan kalian jalan jalan dan beli mainan anak anakmu, juga membelikan barang barang orang tuamu.” jawab Gandi.
“Sudah cepat sana.” bentak Gandi karena melihat Savitri masih berdiri mematung karena tidak menyangka dengan jawaban Gandi.
“Mama.... hua....hua.....hua....” tangis Reni pecah karena suara bentakan Gandi.
“Cepat keluar berisik.” bentak Gandi lebih keras.
“Tapi Bang aku ga bawa cash sebanyak itu.” ucap Savitri.
“Transfer juga bisa. Besok aku ganti. Cepat sana! Berisik itu anakmu nangis.” teriak Gandi sambil menutup kupingnya dengan bantal.
“Bang Gandi selalu bilang mau ganti, tapi yang kemarin kemarin juga belum diganti selalu pakai uangku kalau beli beli.” ucap Savitri dengan suara agak meninggi agar terdengar oleh Gandi yang kupingnya ditutupi bantal. Namun sepertinya omongan Savitri tidak berpengaruh pada Gandi.
Savitri tidak bisa berpikir lagi lalu berjalan ke depan sambil mengendong Reni yang masih terus saja menangis karena dibentak Gandi dan juga takut ada tamu tamu serem ditambah Mamanya juga bicara dengan nada tinggi.
“Pak mana nomor rekeningnya saya transfer tagihan Pak Gandi.” ucap Savitri setelah sampai di teras. Salah satu tamu tersebut lalu menunjukkan sederet nomor rekening. Dan dengan segera Savitri melunasi tagihan Gandi.
“Sudah terkirim ya Pak, dan lunas. Minta bukti lunasnya.” ucap Savitri setelah berhasil mengirim uang ke nomor rekening tujuan. Salah satu orang itu memberi bukti lunas pada Savitri lalu mereka berdua pamit pulang. Savitripun dengan segera menuju ke mobilnya untuk menjemput Reno. Setelah menjemput Reno, mereka langsung kembali ke rumah.
“Mbak, apa Bang Gandi pergi kok motor tidak ada?” tanya Savitri saat sudah masuk ke dalam rumah.
“Iya Bu, tadi bangun tidur terus makan lalu pergi tidak pamit.” jawab Mbak Lastri sambil menyiapkan makan siang.
Savitri lalu mengajak Reno ke dalam kamar untuk berganti pakaian dan membersihkan diri. Reni mengikuti langkah Savitri dan Reno yang masuk ke dalam kamar. Savitri duduk di sofa di dalam kamar tersebut. Dia mengecek rekeningnya yang terus berkurang. Sedangkan pemasukan mengandalkan transferan dari Arya. Sedangkan Gandi belum pernah memberikan uang sepeser pun pada dirinya. Malah sekarang dia harus membayari utang utangnya. Kalau Savitri bertanya selalu jawabannya utangnya untuk kebutuhan anak anak dan dirinya.
“Ma.. Kakak sudah lapar nih.” ucap Reno mengagetkan Savitri yang masih memandangi nominal di rekeningnya.
“Ooo iya... iya ayo kita makan.”
“Mama meyamun, Mama cedih ya...?” tanya Reni sambil menatap wajah Mamanya.
“Tidak sayang....” jawab Savitri sambil tersenyum agar anak anaknya tidak kuatir. Mereka bertiga lalu berjalan menuju ke ruang makan.
Setelah makan siang, ada suara bel tamu. Mbak Lastri lalu berlari ke depan untuk membuka pintu. Saat pintu dibuka ada empat laki laki mencari Gandi katanya teman teman Gandi. Mbak Lastri mempersilahkan mereka untuk duduk di teras, dia tidak berani mempersilahkan mereka ke ruang tamu sebab belum pernah melihat orang orang tersebut.
“Bu, di depan ada teman temannya Pak Gandi, serem serem.” ucap Mbak Lastri setelah masuk ke dalam menemui Savitri yang masih membantu Mbak Lastri membereskan meja makan.
“Mbak Lastri temani aku ya.” ucap Savitri lalu berjalan meninggalkan ruang makan dan Mbak Lastri mengikuti di belakangnya.
“Kakak dan Adik main di kamar saja.” ucap Savitri saat berjalan menuju ke depan melewati Reno dan Reni yang sedang bermain di ruang keluarga. Kedua anak itu nurut dan tidak banyak bertanya langsung berlari menuju ke kamar. Savitri dan Mbak Lastri lalu berjalan menuju ke teras.
“Selamat siang Pak, mencari siapa?” tanya Savitri hati hati karena merasa seram melihat tampang tampang orang orang yang berada di depannya.
“Gandi, dimana dia?” jawab salah satu dari mereka.
“Sedang pergi Pak.” jawab Savitri
“Pergi apa sembunyi?” tanya salah satu lainnya lagi dengan pandangan mata tertuju ke mobil Savitri.
“Benar pergi Pak, dia pakai motor.” jawab Savitri.
“Kami akan menunggu sampai dia datang.”
Savitri lalu mempersilahkan mereka menunggu, namun tetap tidak mempersilahkan masuk ke dalam rumah. Mbak Lastri memberikan minuman kepada mereka. Savitri berkali kali menghubungi Gandi namun tidak diangkat. Savitri mengirimkan banyak pesan baik pesan teks maupun pesan suara juga tidak dibuka.
“Mbak, tadi dia tidak bicara apa apa?” tanya Savitri yang mulai gelisah sebab sudah sore Gandi belum juga pulang dan teman temannya masih menunggu di depan.
“Tidak Bu. Itu mereka juga tidak pulang pulang. Kita jadi tidak nyaman di rumah kita sendiri. Kakak dan Adik juga takut keluar.” ucap Mbak Lastri sambil bersungut sungut.
“Coba aku tanya ada perlu apa mereka.” gumam Savitri lalu dia berjalan menuju ke teras. Setelah sampai di teras Savitei menanyakan apa keperluan mereka. Saat mendapatkan jawaban keperluan mereka, Savitri terlihat kaget sebab mereka datang untuk menagih utang Gandi yang sudah dijanjikan akan dibayar hari ini. Maka mereka akan menunggu sampai Gandi pulang. Savitri mendadak merasakan pusing di kepalanya. Baru siang tahu ada orang datang menagih utang, sekarang datang lagi orang menagih utang.
“Ooo tunggu saja ya Pak, mungkin orangnya sedang mengambil uang.” ucap Savitri lalu Savitri masuk lagi ke dalam. Dia terduduk lemas di sofa, kuatir jika nanti Gandi menyuruhnya lagi yang membayar utangnya.
Menjelang magrib terdengar suara motor berhenti di depan rumah Savitri. Suara motor yang sudah familiar di telinga Savitri. Savitri yang berada di dalam kamar terlihat tenang karena itu Gandi yang datang. Dia berharap Gandi datang membawa uang untuk membayar utangnya, dan tamu tamu yang menunggu sejak tadi segera pulang. Sungguh hatinya tidak tenang di depan rumah ada beberapa laki laki yang tidak dia kenal.
Namun tidak lama kemudian pintu kamar Savitri diketuk ketuk dengan suara yang sangat keras. Reno dan Reni yang sejak tadi ketakutan langsung berlari mendekat ke arah Savitri dan memeluk Savitri dengan sangat erat.
“Maaaaa takut..” ucap Reno. Sedangkan Reni langsung menangis dan meminta gendong Savitri. Sejak Reni ditinggal sendirian di dalam kamar dan sejak Gandi sering membentak, Reni menjadi anak yang mudah menangis.
“Vit... cepat buka pintu.” teriak Gandi sambil menggerak gerakkan handel pintu, karena tadi pintu dikunci oleh Reno. Savitri dengan susah payah berjalan menuju ke pintu sebab Reno menahannya agar tidak berjalan untuk membukakan pintu.
“Sayang dibuka ya tidak apa apa.” ucap Savitri. Reno akhirnya melonggarkan eratan tangannya yang memeluk Savitri, namun dia masih memegang baju Savitri. Mereka bertiga lalu menuju ke pintu kamar, dan membuka pintu kamar.
“Vit, aku pinjam uangmu lagi. Itu kamu bayar tagihanku atau kamu mau aku babak belur mau dipukuli mereka.” ucap Gandi saat Savitri sudah membukakan pintu. Wajah Gandi tampak memerah.
“Bang, baru saja tadi aku bayar tagihan Bang Gandi. Saldoku sudah berkurang banyak.”
“Aku tahu uangmu banyak, depositomu juga masih banyak. Sudah kamu bayar dulu. Besok aku ganti semua, kalau daganganku sudah laku. Kalau perlu aku jual rumahku untuk mengganti uangmu.” ucap Gandi.
“Ma.. bayar saja biar mereka segera pergi. Aku takut Ma.” ucap Reno sambil memeluk tubuh Savitri. Savitri berpikir sejenak, kalau Gandi menjual rumahnya bisa melunasi semua utang utangnya dan pasti masih sisa banyak. Kasihan juga anak anaknya ketakutan karena ada orang asing serem serem.
“Baiklah mana nomor rekeningnya.” ucap Savitri. Terlihat Gandi tersenyum puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Azizah az
wes lah dikeruk semua itu duit polos amat vit kagak punya pikiran gimana gitu, klo cinta iya nah ini nikah aj terpaksa biar dx JD bahan gunjingan
2022-08-28
2