Pada suatu hari di suatu tempat, waktu menunjukkan pukul 12.00 siang. Di sebuah kamar laki laki yang bernama Gandi baru membukakan matanya. Dia membuka pintu kamar lalu berjalan ke kamar mandi mencuci muka dan berkumur kumur. Setelahnya dia langsung berjalan meninggalkan rumah tujuannya tidak lain adalah warung kopi tempat dimana dia biasa nongkrong bersama teman temannya.
Di warung kopi tersebut sudah nongkrong teman teman Gandi dan beberapa teman kecil Ardi . Mereka masih menceritakan tentang kematian Ardi yang mendadak.
“Ga nyangka ya Ardi saat di puncak bisnisnya malah meninggal. Gandi yang bisnisnya amburadul malah gak mampus mampus.” ucap salah satu orang di antara mereka. Saat melihat Gandi mulai duduk di sampingnya.
“Sialan kamu, bisnisku amburadul kan dalam sudut pandangmu.” ucap Gandi sambil menerima satu gelas kopi dari pelayan warung.
“Terus dalam sudut pandangmu gimana?” tanya teman yang lain pada Gandi.
“Berantakan ha....ha.... ha...” ucap dari beberapa orang secara bersamaan sambil tertawa. Terlihat Gandi hanya tersenyum kecut.
“Sudah ga usah bicarakan bisnis, bicara jandanya Ardi aja.” ucap Gandi kemudian
“Aku sudah mengikuti akun instagramnya , ngelike semua postingan, komen banyak, tapi ga direspon.” ucap Gandi lagi lalu menyeruput kopi hitamnya.
“Ada yang punya nomor hapenya ga?” tanya Gandi sambil menatap teman temannya.
“Ga punya, punya nomornya Ardi, aku waktu ngucapkan turut berduka cita di nomor Ardi dijawab tuh..” jawab salah satu dari mereka. Tampak Gandi tidak menjawab namun bibirnya tersenyum menyeringai. Lalu terlihat jari jarinya sibuk mengetik ngetik layar hapenya.
“Kamu jangan macam macam sama dia Gan, ga level kamu sama almarhum Ardi.” ucap salah satu di antara mereka.
“Ga usah banyak omong kalian. Aku benar benar terpesona saat lihat dia. Gila tambah cantik saja dia, saat berduka saja mempesona.” jawab Gandi
“Dulu Ardi nemu dia dimana sih?” tanya salah satu orang di antara mereka.
“Waktu Ardi masih SMA sudah pacaran, Vitri saat itu masih SMP. Selisih usia mereka lima tahun.” jawab yang lain.
“Oooo gedung SMA dan SMP mereka sebelahan ya...” gumam orang yang tanya tadi.
“Iya kayaknya ban sepeda Vitri bocor atau rantai lepas.. terus ditolong Ardi. Lalu mereka dekat terus jadian.” ucap yang lain.
“Kasihan ya... kisah cinta yang manis berakhir tragis dengan kematian Ardi yang mendadak.” ucap salah satu di antara mereka.
“Untung Ardi sudah sukses bisnisnya, jadi meninggalkan banyak warisan buat anak istrinya.” ucap yang lain, dan terlihat Gandi tersenyum sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
“Aku harus bisa mendapatkan dia.” gumam Gandi dalam hati.
Sudah beberapa hari pesan text Gandi untuk Savitri yang dikirim ke nomor Ardi, belum juga mendapat balasan. Gandi tidak putus asa dia masih terus memgirim pesan text yang berisi ucapan turut berduka cita dan kata kata untuk memotivasi Savitri.
“Hanya dibaca tidak dibalas.” gumam Gandi lalu meletakkan hapenya di meja.
Namun tiba tiba terdengar suara notifikasi dari hape Gandi, dia lalu buru buru mengambil hapenya, dan saat terlihat ada nama Savitri mengirim balasan Gandi cepat cepat membukanya. Dia sudah merubah nama kontak Ardi diganti dengan nama Savitri. Setelah membuka pesan balasan dari Savitri, Gandi tersenyum. Savitri hanya membalas ucapan terimakasih, sama seperti yang dikirim pada teman teman Ardi yang lain yang mengirim ucapan turut berduka. Namun Gandi sangat bahagia. Gandi lalu menulis pesan text lagi, dia menanyakan kapan acara doa buat almarhum Ardi. Pesan terkirim namun hanya dibaca oleh Savitri. Gandipun dengan sabar menunggu balasan.
Hingga tiba pada saatnya malam hari acara doa empat puluh hari meninggalnya Ardi yang diadakan di rumah Ardi. Keluarga, tetangga dan kerabat yang akan melaksanakan doa sudah datang.
Gandi dan teman temannya pun juga datang.
“Vit ada teman teman Ardi datang.” ucap ibunya Savitri.
“Ayo Ya, temeni aku.” Savitri mengajak pada Arya yang sedang berdiri di dekat mereka.
“Mama aku ikut.” ucap Reno lalu ikut berjalan menggandeng Arya.
“Atu juda.” ucap Reni sambil berlari menuju Arya.
“Papa Aya dendong atu......” teriak Reni kemudian sambil kedua tangannya diangkat ke atas. Arya lalu menangkap tubuh mungil Reni.
Mereka berempat lalu menuju ke depan. Tampak Gandi berada di barisan paling depan dengan membawa tiga kardus besar makanan. Satu kardus donat kesukaan Reni, satu kardus pizza kesukaan Reno dan satu kardus berisi cake buah kesukaan Savitri. Gandi mengetahui kesukaan mereka dari hasil stalking akun media sosial milik Savitri.
Gandi terlihat kaget saat melihat Arya mendampingi Savitri dan anak anaknya. Namun dia cepat cepat menormalkan ekspresi wajahnya.
“Hallo ganteng dan cantik... ini oleh oleh dari Om.” ucap Gandi sambil memberi salam pada mereka. Lalu menyerahkan oleh olehnya pada Savitri dan tidak lupa disertai senyum termanisnya.
“Telimakacih Om.” jawab Reni sambil tersenyum senang karena melihat kardus makanan kesukaannnya.
“Sama sama cantik.” ucap Gandi sambil menoleh menatap Reni sambil tersenyum.
“Terimakasih. Kok repot repot bawa oleh oleh segala, yang penting doanya buat bang Ardi.” ucap Savitri sambil menerima kardus kardus makanan tersebut.
“Tidak repot kok.” ucap Gandi sambil tersenyum
Setelah menyilahkan pada mereka Savitri lalu masuk ke dalam. Sedangkan Arya akan duduk di depan menemani teman teman Ardi. Reno selalu berada di dekat Arya, tangan mungilnya kadang memegang celana Arya kadang memegang kaki Reni yang digendong Arya.
“Papa Aya atu tuyun.” ucap Reni sambil berusaha melorotkan tubuh mungilnya. Arya lalu menurunkan Reni dengan pelan pelan. Sedangkan Gandi yang mendengar Reni memanggil Arya dengan sebutan papa, terlihat menoleh dan mengeryitkan dahinya.
“Mama atu batuin bawa Ma...” teriak Reni setelah turun dari gendongan Arya.
“Ma... atu batuin... Ma....” teriak Reni berlari di belakang Savitri.
“Reni jangan lari lari.” ucap Savitri sambil menoleh ke arah Reni lalu berhenti menunggu Reni.
Acara doa dilakukan dengan khusuk, para perempuan duduk di ruang tengah. Sedangkan kaum laki laki di ruang tamu dan teras. Setelah acara doa selesai. Seluruh keluarga berada di depan untuk mengucapkan terimakasih kepada para tamu. Para tamu bergilir pamit kepada keluarga almarhum Ardi. Dan tiba saatnya teman teman Ardipun pamit. Kini Gandi pamit di giliran terakhir. Gandi menyalami Opa, kakek, Arya, Reno.. dan sekarang dia berada di depan Savitri.
“Terimakasih untuk doa buat bang Ardi.” ucap Savitri.
“Sama sama. chat ku kok kadang tidak dibalas.” ucap Gandi lirih
“Becok atu balat Om denit” ucap Reni yang berada di gendongan Reni.
Teman teman Ardi yang mendengar ucapan Reni menoleh ke arah Gandi sambil tersenyum, sedangkan Gandi hanya bisa nyengir. Mereka terus berjalan menuju ke tempat mobil terparkir.
“Kamu itu keterlaluan Gan, sampai anaknya Ardi panggil kamu Om genit ha... ha....ha...” ucap salah satu dari mereka saat sudah di dekat mobil mereka yang terparkir.
“Masih juga empat puluh hari Ardi meninggal kamu sudah melakukan serangan.” ucap yang lain sambil membuka pintu mobil.
“Biarin sebelum kedahuluan yang lain.” jawab Gandi sambil masuk ke dalam mobil.
“Kok mereka panggil Arya dengan sebutan papa ya...” gumam Gandi saat sudah duduk di jok.
“Ya biasalah keponakan panggil Om nya dengan sebutan papa, bapak atau ayah. Keponakanku juga panggil aku ayah. Tapi by the way, tidak apa apa juga kalau Arya gantiin Ardi, usia Arya juga masih lebih tua dari Vitri, mungkin selisih dua tahun.” ucap salah satu dari mereka.
“Tampang Arya juga mirIp mirip Ardi.” saut yang lain.
"Rejekinya juga." tambah yang laiin. Gandi yang mendengar komentar teman temannya tentang Arya terlihat semakin jengkel.
“Aku akan buat perhitungan dengan Arya kalau itu sampai terjadi.” gumam Gandi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nit_Nit
ih gandi langsung gas ga liat waktu
2022-07-20
1