Selama tujuh hari berturut turut dilakukan doa untuk almarhum Ardi. Orang tua dan kerabat juga menemani Savitri dan kedua anaknya.
Setelah tujuh hari orang tua dan kerabat dekat sudah kembali ke rumahnya masing masing. Savitri dan kedua anaknya merasakan kesepian. Sekarang mereka bertiga kalau tidur di dalam satu kamar yang sama dan di dalam satu tempat tidur yang sama.
“Kakak cekalan bobok di cini.” ucap Reni di atas tempat tidur berukuran besar.
“Temayin Oma dan Nene yan temenin Mama dan atu.” ucap Reni lagi sambil memeluk Savitri.
“Iya aku kemarin ditemani Opa dan Kakek.” ucap Reno
“Sekarang kakak yang jagain Adik dan Mama. Kakak anak laki laki yang akan gantiin Papa.” ucap Reno sambil tatapan matanya menerawang ke atas.
“Tapi Kakak ndak bica dendong atu, ga puya duit bayak.” ucap Reni sambil mengerucutkan bibirnya.
“Besok kakak akan makan yang banyak biar cepat besar.” ucap Reno
“Iya kan Ma?” ucap Reno lagi meminta keyakinan dari mamanya.
“Iya sayang...” jawab Savitri lalu memeluk kedua anaknya secara bergantian.
Waktu terus berlalu mereka harus kembali pada aktivitasnya. Reno sudah harus kembali ke sekolah. Savitri juga harus mengurus bisnis suaminya.
Pagi hari Arya sudah datang ke rumah Savitri.
“Sudah sarapan belum Ya?” tanya Savitri saat membereskan meja makan.
“Kalau belum sarapan dulu.” ucap Savitri selanjutnya
“Om Aya... “ teriak Reni dari dalam kamar dan berlari menuju ke ruang makan.
“Hati hati sayang.... “ ucap Arya sambil menangkap tubuh Reni lalu menghujani ciuman di kedua pipi gembul Reni.
“Reni sudah cantik, mau kemana?” tanya Arya kemudian.
“Mau itut te pelucahahahaha....” jawab Reni menggemaskan.
“Ha....ha... mau ikut meeting?” ucap Arya sambil tertawa kecil gemas melihat dan mendengar suara Reni. Sedangkan Reni menganggukkan kepalanya dengan mantap.
“Om Arya, antar Reno dulu ya.” ucap Reno yang sudah siap rapi dengan tas punggung menempel di tubuhnya.
“Siap Bos.” jawab Arya sambil tersenyum menatap Reno.
Setelah semua siap, mereka berempat masuk ke dalam mobil. Tujuan pertama mengantar sekolah Reno. Setelah mengantar sekolah Reno mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perusahaan almarhum Ardi.
“Ya....” ucap Savitri saat di dalam perjalanan menuju ke perusahaan.
“Iya Kak.” jawab Arya sambil fokus pada kemudinya.
“Jujur aku ga pede ikut datang di acara meeting, rapat penting perusahaan.” ucap Savitri sambil membelai rambut Reni yang duduk di sampingnya.
“Kamu tahu kan, aku lulus SMA langsung dilamar bang Ardi, terus nikah punya anak anak... Aku hanya di rumah saja ngurus anak anak dan rumah.” ucap Savitri lagi.
“Aku dulu datang ke acara perusahaan hanya di acara gala dinner atau acara acara seremonial. Bukan yang acara rapat rapat.” ucap Savitri selanjutnya.
“Tenang saja Kak, kalau kak Vitri sudah mempercayakan pada aku. Ya nanti di forum kak Vitri sampaikan saja semua tugas dan wewenang dikuasakan ke aku.” ucap Arya sambil fokus pada kemudinya.
“Jadi semua lewat prosedur resmi, aku juga enak jalaninya tidak dianggap menyerobot, sebab di akta yang sudah ada kan wewenang dan kuasa jatuh ke kak Vitri selaku ahli waris.” ucap Arya lagi sambil menoleh sekejap ke Savitri.
“Ada hitam di atas putihnya Kak, nanti kalau kak Vitri di forum sudah menyerahkan ke aku, nanti notaris buat akta kuasa.” ucap Arya lagi.
“Aku pasrah semua urusan perusahaan ke kamu Ya, aku ga bisa mikir.” ucap Savitri.
“Terima kasih ya... kamu jadi repot ngurusin keluargaku.” ucap Savitri selanjutnya.
“Tidak perlu terimakasih Kak, keluarga Kakak keluargaku juga.” jawab Arya.
“Atu tayang Om Aya...” ucap Reni yang tadi duduk di jok belakang kini berdiri dan memeluk Arya dengan tangan mungilnya lalu mencium pipi Arya dari belakang.
“Atu juda tayang Reni....” ucap Arya pura pura celat sambil sejenak menoleh lalu mencium singkat Reni.
“Arya, Reni di dalam mobil jangan cium cium dulu... bahaya...” ucap Savitri sambil menarik tubuh Reni lalu didudukkan lagi di jok.
“Atu demes Ma.. om Aya kayak Papa.” ucap Reni sambil menatap Savitri.
“Atu tanen Papa.” ucap Reni dengan suara pelan, sambil menundukkan kepalanya.
“Jalan tidak ramai Kak, sudah masuk kawasan Perusahaan.” ucap Arya.
“Tetap bahaya, aku tidak ingin lagi kehilangan orang orang dekat karena kecelakaan.” ucap Savitri sambil mengelus ngelus kepala Reni.
Akhirnya mobil sampai di perusahaan. Acara meetingpun berjalan dengan lancar. Secara resmi Arya mengambil alih kendali perusahaan Ardi namun kepemilikan masih berada pada Savitri dan anak anaknya.
Pada suatu malam hari Reno tubuhnya panas. Sudah dikasih sirup anti demam masih saja panas sampai mengigau memanggil manggil papanya.
“Ren... “ ucap Savitri sambil membetulkan letak kompres di dahi Reno.
“Kak...” ucap Reni sambil mengusap usap pipi Reno dengan ujung jari mungilnya.
“Reno pengen apa?” tanya Savitri sambil menatap sendu Reno.
“Papa.. Papa..... Papa....” gumam Reno dalam igauannya. Mata Reno masih terpejam rapat.
Savitri kemudian mengambil hapenya dan menghubungi Arya menyampaikan berita kalau Reno demam tinggi.
Tidak lama kemudian Arya datang bersama kedua orang tuanya. Terlihat Oma membawa dua kotak makanan satu kotak besar berisi donat kesukaan Reni dan satu kotak besar berisi piza kesukaan Reno.
“Hallo sayangnya Oma.” ucap Oma di depan pintu kamar. Mbak Lastri sudah membukakan pintu depan buat mereka saat mendengar ada suara mobil berhenti.
“Omaaaaaa... Kaka catit.” teriak Reni masih duduk di tempat tidur menunggui kakaknya.
“Opaaaaaa.... Kaka catit.” ucap Reni lagi saat Oma dan Opanya sudah berjalan mendekat.
“Om Aya mana?” tanya Reni sambil pandangan matanya mencari sosok Arya.
“Masih markir mobil mungkin.” jawab Opa.
“Oma bawa donat dan pizza kesukaan kalian.” ucap Oma sambil menunjukkan kardus makanan yang dibawa.
“Atu mau Om Aya....” ucap Reni lalu lari keluar kamar dan mencari Arya.
“Sini Ma... nanti juga mereka mau.” ucap Reni sambil mengambil kardus makanan dari tangan Oma.
“Reno mau pizza ga?” tanya Savitri, tampak Reno hanya menggelengkan kepala. Savitri lalu berjalan meninggalkan kamar untuk menaruh oleh oleh Oma di ruang makan.
Tidak lama kemudian Arya masuk ke dalam kamar sambil mengendong Reni. Lalu duduk di dekat pembaringan Reno sambil mengusap usap kepala Reno.
“Ya...” ucap Oma sangat pelan.
“Kalau sudah tiga tahun meninggalnya abangmu, kamu nikahi saja Savitri.” ucap Oma lagi dengan nada suara hati hati.
“Kamu kan tidak punya pacar.” ucap Opa yang juga menyetujui permintaan Oma.
“Apa kamu masih berharap pada gadismu yang pergi ke luar negeri itu?” tanya Oma.
“Om Arya suka pada tante Nisa.” ucap Reno pelan sambil mata masih terpejam.
“What?” tanya Oma dan Opa bersamaan.
“Tidak boleh Arya... Tidak boleh menginginkan istri orang, Anisa sudah punya suami.” ucap Oma kemudian.
“Siapa yang menginginkan istri orang.” jawab Arya santai.
“Siapa sih Ma yang tidak suka dengan Anisa, cantik baik pinter, sederhana tidak banyak menuntut suami. Reni aja suka.” ucap Arya selanjutnya sambil tersenyum menatap Reni.
“Iya atu cuta tate Nica.” ucap Reni.
“Tuh kan.. Kak Vitri juga suka, bang Ardi dulu jugs suka, Mama dan Papa pasti juga suka dia.” ucap Arya
“Iya suka karena dia memang sangat baik hati. Savitri juga cantik dan baik... dia tidak sempat kuliah karena Ardi sudah keburu melamarnya.. Ardi hanya ingin dia ngurus anak anak.” ucap Oma.
“Makanya kamu gantiin Ardi, kasihan dia.” ucap Opa
“Aku ngikut aja Ma, aku juga kasihan anak anak kalau dapat papa tiri ga benar.” jawab Arya membuat lega Oma dan Opa.
“Baguslah... besok kalau orang tua Savitri berkunjung ke sini sekalian kita bicarakan.” ucap Oma.
“Aku berharap Savitri menyetujui, cinta nanti bisa tumbuh dengan berjalannya waktu kalau selalu bersama.” ucap Oma lagi.
“Reno sama Reni mau tidak punya papa Arya?” tanya Oma.
“Mauuuuu...” jawab Reno dan Reni bersamaan. Kini Reno terlihat tersenyum dan sudah terbuka matanya tampak bersinar bola matanya.
“Papa....” ucap Reno dan Reni secara bersamaan.
“Belum ... belum jadi papa sayang...” ucap Arya sambil mengacak acak puncak kepala Reno dan Reni secara bergantian.
“Tidak apa apa.. mulai sekarang panggil papa Arya.” ucap Reno.
“Iya papa Aya.” Ucap Reni mengikuti kakaknya.
“Aku besok bilang ke teman teman, kalau aku sudah punya papa lagi aku bukan anak yatim.” ucap Reno sambil tersenyum senang.
“Reno, kalau teman teman ngatain kamu anak yatim, kamu tidak usah sedih. Anak yatim itu disayang Allah, doa anak yatim diperhatikan Allah.” ucap Oma sambil membelai lembut kepala Reno.
“Nanti aku bobo dengan papa Arya.” ucap Reno kemudian
“Atu juda.” ucap Reni
“Tapi di kamar Reno ya.” ucap Arya
“Teyus Mama cama ciapa?” tanya Reni
Sementara itu Savitri yang mau masuk ke dalam kamar dan masih berada dibalik pintu mendengarkan pembicaraan mereka. Savitri lalu menghentikan langkahnya. Air mata Savitri menetes di kedua pipi mulusnya.
“Arya kamu sudah memikirkan perusahaan dan ikut menjaga anak anak itu sudah lebih dari cukup. Tidak perlu kamu mengorbankan hatimu kamu bebas memilih tambatan hatimu.” gumam Savitri dalam hati sambil menghapus air matanya...
“Reno anak yatim bukan aib sayang kamu jangan sedih ya...” gumam Savitri masih menghapus air mata yang masih terus meleleh. Setelah air matanya tidak meleleh lagi, Savitri baru melangkah masuk ke dalam kamar pura pura tidak mendengar percakapan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nit_Nit
Aku sayang reno..🧑. atu demes ama reni 👧
2022-07-20
2