20

Erland pikir Eliana hanya bercanda saat bilang akan selalu mengawasinya, ternyata benar, selama dua hari ini Eliana terus berada dimana pun dia berada.

Contohnya kemarin di tempat pertarungan bebas. Erland tidak bisa konstrasi karena melihat Eliana yang terus memperhatikannya sampai akhirnya dia kalah.

Rasanya Eliana seperti ada di mana-mana. Seperti sore ini dia melihat Eliana sedang berada di cafe yng dekat sekali dengan kantor biro jasanya. Erland menghampiri Eliana kesana dengan perasaan kesal.

"Sampai kapan kamu akan mengawasiku?" tanya Erland dengan nada kesal pada Eliana.

"Apa salahnya aku mengawasi calon suami aku?"

"Bagaimana aku mendapatkan uang kalau kamu mengganggu aku seperti ini?"

"Aku tidak mengganggu, beraktivitas saja seperti biasanya, aku hanya memperhatikan kamu dari kejauhan. Atau jangan-jangan kamu merasa grogi karena diawasi olehku?" Eliana mengatakannya dengan begitu percaya diri.

"Hari ini aku ada kerjaan penting, jangan mengikutiku lagi!" Erland memperingatinya.

Erland segera pergi meninggalkan Eliana, dan masuk ke dalam mobil, dia harus pergi ke luar kota untuk menjadi kurir dalam pertukaran senjata secara ilegal. Sementara senjata yang ada dalam koper sudah berada di dalam bagasi mobil.

Tanpa di duga tiba-tiba Eliana masuk ke dalam mobilnya, dia duduk di samping Erland, "Aku ikut."

Erland menghela nafas, "Apa aku harus bekerja dengan para bodyguard kamu itu?" Erland menunjuk ada tiga bodyguard di belakang mobilnya.

"Kamu tenang saja, aku sudah menyuruh mereka untuk tidak mengikuti kita."

Erland menatap Eliana dengan tatapan tajam, "Mengapa kamu terobsesi sekali padaku?"

Eliana tersenyum sinis, "Jangan geer, aku hanya ingin tau apa saja pekerjaan calon suami aku dan berusaha membangun kemistri dengan kamu agar tidak terlihat canggung jika aku mengenalkanmu pada seseorang yang aku benci, aku harus tau semua tentang kamu."

Erland menggaruk kepalanya yang gak gatal karena Eliana terus saja menyebutkan dirinya calon suaminya. Sebenarnya dia penasaran siapa orang yang Eliana benci tapi dia rasa dia tidak ingin ikut campur dengan Eliana.

"Jangan menyesal kamu telah ikut denganku." Erland memperingati Eliana, lalu menjalankan mobilnya.

Di sepanjang perjalanan tidak ada satupun yang bersuara, Eliana sibuk dengan ponselnya memastikan kepada Miss Bona bahwa tidak ada urusan penting hari ini, sementara Erland begitu fokus menyetir mobil.

Eliana baru menyadari sudah tiga jam lebih perjalanan mereka, tapi tidak ada tanda-tanda Erland akan menghentikan mobilnya.

Eliana memperhatikan jalan yang begitu sepi menelusuri hutan, hanya terlihat satu atau dua buah mobil yang melintas.

"Apa masih jauh?" Eliana celingak cekinguk memperhatikan suasana jalan disana.

"Ya masih jauh."

"Mengapa kamu tidak bilang mau ke luar kota?" Tanya Eliana dengan nada membentak.

"Salahkan diri kamu sendiri kenapa harus ikut dengan aku. Padahal aku sudah memperingatimu!"

Karena hari sudah mulai gelap, Erland menepikan mobilnya di depan motel.

"Kenapa kita berhenti disini?" protes Eliana.

"Aku tidak bisa melanjutkan perjalanan di malam hari di kota ini, terlalu beresiko." Erland mengatakan itu sambil keluar dari mobil.

Eliana keluar juga dari mobil, mengikuti Erland "Hmm... ya sudah kita pulang lagi aja bagaimana?"

"Gak mungkin juga, kamu tau kan jalan yang kita lewati sangat sepi. Konon katanya di daerah sini banyak sekali begal, badan aku belum fit akibat kalah di pertandingan kemarin gara-gara kamu."

"Kenapa jadi menyalahkan aku? Aku hanya memperhatikan kamu dari jauh saja."

Erland tidak menanggapi ucapan Eliana, dia berjalan menuju resepsionis motel. "Saya pesan kamar dua mbak."

Namun sayangnya jawaban dari resepsionis itu membuat mereka kecewa, "Oh maaf mas, kebetulan hanya tersisa satu kamar lagi."

Eliana terbelalak mendengarnya, "Kita cari..."

"Baiklah saya ambil kamar itu."

Erland menerima kunci dari resepsionis motel itu, yang bernomorkan kamar 18.

Eliana mengikuti Erland yang berjalan menuju kamar yang mereka jadikan tempat peristirahatan, "Kita cari hotel lain saja."

"Disini tidak ada hotel, cuma ada motel, dan juga hanya ada satu motel disini." jawab Erland dengan santai.

Begitu menemukan kamar nomor 18, Erland membuka kunci kamar dan masuk ke dalam, dia menatap Eliana yang enggan masuk ke dalam, "Kamu tidak akan masuk?"

Eliana sangat kebingungan sekali, bagaimana kalau terjadi hal-hal tidak diinginkan di dalam sana, dia mencoba untuk menghubungi nomor Miss Bona, sialnya tidak ada sinyal sama sekali.

"Kenapa? Kamu takut padaku?" tanya Erland sambil menyeringai, akhirnya dia bisa membuat Eliana takut padanya.

Eliana paling tidak suka dianggap lemah, "Siapa bilang aku takut padamu," sewotnya.

"Oke, aku akan masuk." Eliana terpaksa masuk ke dalam, dia mengigit bibir bawahnya untuk menahan rasa gugupnya, jantungnya terus berdetak begitu kencang, untuk pertama kalinya dia harus berada di dalam kamar bersama seorang pria.

...****************...

...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...

...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...

...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....

...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya....

Terpopuler

Comments

Griselda Nirbita

Griselda Nirbita

wah wah.. apik sekali alur ceritanya...

2024-05-15

0

kaname senpai

kaname senpai

gitu ko ngajak nikah,mana maksa pula😄

2024-03-06

0

Eva Rubani

Eva Rubani

ayooo satu kamar ya mbakk

2023-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!