Episode 15

Usai makan siang, kami menuju belakang rumah untuk mencari udara segar di sana, dan di belakang tampak asri dengan cuaca panas seperti ini duduk santai di sana memandang kebun belakang Ibu yang subur di tanami sayuran beraneka macam, dari bayam, kacang panjang , daun kenikir, ada juga cabai yang ditanam di dalam pot.

Semua itu ibu yang mengelola dan di bantu saudara ibu yang tak lain adalah ayahnya Fatimah yang membantu mengolah kebun sepetak ini, kesibukan ibu dikala senggang.

" Nih ibu buat cemilan buat kalian" ujar ibu yang keluar dengan membawa cemilan dan minuman segar untuk kami.

" Masih kenyang Bu, kan habis makan" ucap Karin yang duduk di sampingku dengan menyandarkan kepalanya di bahuku dengan mengelus dada ku dengan santainya, walaupun kami berada di depan ibu.

Ibu menatap kami dengan penuh tanda tanya, aku yang mengerti maksud ibu kontan saja aku paham, maksud aku dan Karin ke sini ada sebuah misi yang mungkin membuat ibu marah, sebab aku tak meminta ijin dulu sama Ibu.

" Ibu , sebuah Pram minta maaf ya Bu, kedatangan kami ke sini sebenarnya mau mengatakan sesuatu pada Ibu, tapi Pram mohon ibu jangan marah ya?" tuturku dengan lembut.

Ibu hanya menganggukan kepalanya saja mendengar pernyataan ku ini.

" Ibu akan dengarkan kamu nak, asal bukan hal buruk saja, InshAllah ibu terima." Tutur ibu bijak.

" Maaf Bu, sebenarnya Pram dan Karin sudah nikah," Ucapku sembari aku beranjak berdiri dari tempat aku duduk, ku raih tangan ibu dan sungkem di atas lututnya dan tangan halus itu mengelus kepalaku dengan lembut.

" Maafkan Pram Bu semua terjadi begitu saja, Ayah karin sakit dan akan di operasi di Singapura, makanya tanpa menunggu lama saya memutuskan menikah tanpa ijin dulu sama ibu," jawabku tegas.

" Ayah Karina, menitipkan Karina pada Pram Bu, sebab beliau tak mau terjadi sesuatu sama anaknya nanti, agar bisa jaga Karin." ucapku panjang lebar pada ibuku.

" Tidak apa Pram Ibu mengerti, tapi ini tugas berat buat kamu Nak, jangan pernah menyakiti Karina, menduakan dia juga jangan, sebagai seorang pria kamu juga patut jaga diri dari godaan apapun, Ibu juga sudah menerima Karina sebagai anak ibu sendiri, sejak pertama kali melihat Karina ibu suka sama dia dan kami cocok." ucapnya sembari menasehati kami.

" Makasih Bu " ujarku sembari mencium tangannya berkali-kali.

Setelah itu aku bangkit dan duduk lagi di sebelah Karin, Karin gantian mendekat sama ibu dan memeluknya.

" Karin juga makasih ya Bu semoga ibu menerima Karin dengan tangan terbuka dan menerima Karin apa adanya" ucap Karin meminta restu pada ibu juga.

" Karina Ibu sayang sama kalau dari awal kamu anak yang sopan dan tak sombong walaupun kamu anak orang kaya, dan kamu mau berkerja keras, tak mengharap orang lain, ibu salut itu apalagi kamu mau menerima Pramudya apa adanya, dia hanya orang yang sederhana, dan Ibu yakin banyak yang lebih dari Pram, tetapi kamu berbeda Karin, ibu patut bersyukur mempunyai mantu seperti kamu Nak" ujar ibu menasehati pula pada Karina

" Apa kita perlu syukuran Pram?" tanya ibu usai Karin duduk di sebelahku.

" Ga perlu Bu, nanti kita sudah siapkan semu jadi ibu tinggal duduk manis saja dan ga perlu pusing mikirin dana, semua sudah di siapkan Ayah Karin, ibu tinggal ukur baju, paman dan Fatimah dan adik-adiknya juga Bu" ucap Karin panjang lebar menjelaskan.

" Aduh, Ibu jadi ga enak, kalau gitu ijinkan Ibu ketemu sama Ayahmu Nak, biar ibu berterima kasih sama beliau." ucap ibu seraya memohon pada ku.

" Maaf Ibu, Ayah sudah pergi ke Singapura bila ibu mau ketemu sama Ayah biar Minggu depan saya antar ke sana, sebab Ayah masih dalam proses penyembuhan dan kami di sini selain ketemu meminta restu sama ibu kami juga ada mengerjakan Proyek di sini Bu, jadi Kemungkinan kami di sini semingguan Bu" ucap Karin menjelaskan.

" Oh baik, kalau begitu setelah selesai proyek Ibu minta ijin ikut kalian ke kota ya?" mohon ibu pada kami.

" Tentu saja Ibu, dengan senang hati" balas Karin dengan mata yang berbinar, aku mengerti Karina yang ingin bermanja-manja sama Ibuku sebab sudah lama dia tak mendapatkan kasih sayang dari ibunya yang sudah lama tiada.

Senja telah datang dan langit pun berganti dengan malam, usai pulang dari masjid aku langsung ke dapur tentu saja makan malam yang ramai hari ini karena kehadiran aku dan Karina, ibu memasak makanan sederhana seperti yang di pinta Karina, sebab Karina amat suka dengan makanan kampung.

Sayur asem, ikan asin, tempe dan tahu yang utama adalah sambalnya yaitu sambal tomat, nikmat sekali rasanya.

" Ayo kita makan sekarang keburu dingin ga enak," suruh ibu yang sudah melihat aku pulang dari masjid.

" Fatimah ga ke sini Bu?" tanyaku pada ibu sambil ku tarik kursi meja makan yang ada di depanku, sementara Karina membantu ibu menyiapkan piring dan minuman.

" Ndak Pram, tadi minta ijin untuk foto copy beberapa berkas yang kamu minta kemaren biar besuk pagi-pagi, dia tinggal berangkat sama temennya untuk daftar ke kampus" ujar ibu menjelaskan.

" Oh, gitu ya sudah Ibu, santai saja mulai sekarang ga usah mikirin aneh-aneh, anak ibu sudah nikah dan ibu ga perlu jualan sayur ke pasar, biar paman yang mengelolanya, Pram akan carikan orang untuk membantu ibu beres-beres rumah" ucapku memberitahu.

" Ga usah Pram Ibu masih kuat beresin rumah, tak perlu kamu cari orang." sela ibu.

" Ya sudah kamu gitu Ibu ikut kami saja ke kota biar kami ga kepikiran sama Ibu " ujar Karin memberi pendapat.

" Aduh Ibu mau ke rumah kalian sesekali saja Nak, Ibu kan masih ada rumah masih kuat mengurus semuanya jadi jangan kalian pikirkan Ibu," ujar ibu menolaknya.

" Ya sudah ibu, tapi kalau ada apa-apa ibu bilang sama paman ya, soalnya Fatimah nanti kan kuliah dan dia biar tinggal bersama kami" balasku.

Fatimah memang aku suruh meneruskan kuliah, aku dan Karin sudah berunding akan membiayai anak itu, sebab Fatimah adalah keluarga dekatku satu-satunya.

Usai makan malam dengan sedikit diskusi aku dan Karina lanjut pergi ke kamar, di mana aku selama ini aku tempati.

Udah kangen banget rasanya, padahal tiap hari ketemu, ga tahu mungkin karena pengantin baru jadinya bawaannya mau deket-deket terus, apalagi Karina itu badannya wangi banget, berkeringat pun tetap saja wangi.

aku rasanya Kangen bila tak deket dan bauin keringat dia.

" Mas kangen dek" ujarku ketika kami sudah ada di dalam kamar.

" Ssstt... jangan seru-seru mas entar ada yang dengar, trus gimana dong? masak diam-diaman terus." ujarku merasa geli sendiri, mau main sama Karin takut di dengar Ibu, tak enak lah, apalagi kalau Karin keenakan dia seeing menjerit-jerit nanti Ibu kaget dan jitak aku kan ga lucu.

Duh gimana dong.

" Gimana Dek?" ucapku di dekatnya.

Karina tak menjawab dia malah membuka kancing bajuku satu persatu, 'eh... nih anak malah nantang ya?' seruku dalam hati.

Tiba-tiba dia sudah menyerang b*b*rku, dan m*l*mat habis aku di tantangan ga tinggal diam, aku ladeni kamu Karina .

Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 43
43 Episode 42
44 Episode Baru Penyesalan Mantan (PM 2) Bab 1
45 (PM 2) Bab 2
46 (PM 2) Bab 3
47 (PM 2) Bab 4
48 (PM 2) Bab 5
49 (PM 2) Bab 6
50 ( PM 2 ) Bab 7
51 (PM 2) Bab 8
52 (PM 2) Bab 9
53 (PM 2) Bab 10
54 (PM 2) Bab 11
55 (PM 2) Bab 12
56 (PM 2) Bab 13
57 (PM 2) Bab 14
58 ( PM 2) Bab 15
59 (PM 2) Bab 16
60 (PM 2) Bab 17
61 ( PM 2) Bab 18
62 ( PM 2 ) Bab 19
63 ( PM 2) Bab 20
64 ( PM 2) Bab 21
65 ( PM 2) Bab 22
66 ( PM 2) Bab 23
67 ( PM 2) Bab 24
68 ( PM 2) Bab 25
69 ( PM 2) Bab 26
70 ( PM 2) Bab 27
71 ( PM 2) Bab 28
72 ( PM 2) Bab 29
73 Draft( PM 2) Bab 30
74 ( PM 2) Bab 31
75 ( PM 2) Bab 32
76 ( PM 2) Bab 33
77 ( PM 2) Bab 34
78 ( PM 2) Bab 35
79 ( PM 2) Bab 36
80 ( PM 2) Bab 37
81 ( PM 2) Bab 38
82 ( PM 2) Bab 39
83 ( PM 2) Bab 40
84 ( PM 2) Bab 41
85 ( PM 2) Bab 42
86 ( PM 2) Bab 43
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 43
43
Episode 42
44
Episode Baru Penyesalan Mantan (PM 2) Bab 1
45
(PM 2) Bab 2
46
(PM 2) Bab 3
47
(PM 2) Bab 4
48
(PM 2) Bab 5
49
(PM 2) Bab 6
50
( PM 2 ) Bab 7
51
(PM 2) Bab 8
52
(PM 2) Bab 9
53
(PM 2) Bab 10
54
(PM 2) Bab 11
55
(PM 2) Bab 12
56
(PM 2) Bab 13
57
(PM 2) Bab 14
58
( PM 2) Bab 15
59
(PM 2) Bab 16
60
(PM 2) Bab 17
61
( PM 2) Bab 18
62
( PM 2 ) Bab 19
63
( PM 2) Bab 20
64
( PM 2) Bab 21
65
( PM 2) Bab 22
66
( PM 2) Bab 23
67
( PM 2) Bab 24
68
( PM 2) Bab 25
69
( PM 2) Bab 26
70
( PM 2) Bab 27
71
( PM 2) Bab 28
72
( PM 2) Bab 29
73
Draft( PM 2) Bab 30
74
( PM 2) Bab 31
75
( PM 2) Bab 32
76
( PM 2) Bab 33
77
( PM 2) Bab 34
78
( PM 2) Bab 35
79
( PM 2) Bab 36
80
( PM 2) Bab 37
81
( PM 2) Bab 38
82
( PM 2) Bab 39
83
( PM 2) Bab 40
84
( PM 2) Bab 41
85
( PM 2) Bab 42
86
( PM 2) Bab 43

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!