Aku rasa dia tertidur di punggungku, aku berhenti sejenak di tepian jalan, aku rasa aku ga bisa melanjutkan perjalanan saat ini kondisi dia tak memungkinkan.
Akhirnya aku putuskan mencari hotel di sepanjang jalan yang aku lalui, dan syukur tak jauh dari tempatku jalan ada sebuah hotel, lalu aku membangunkan dia perlahan-lahan.
" Karin kita istirahat di sini saja dulu Yuk," sembari berbicara aku tepuk pahanya dia perlahan-lahan, karena aku kesulitan turun karena posisinya dia menyadari punggungku, jadi membuat aku ga bisa bergerak.
" Oh ... maaf Mas, aku tertidur tadi habisnya aku ngantuk banget dan soalnya dari siang aku belum istirahat sama sekali" jawabnya yang kelihatan ga enak sama aku.
" Ya sudah kita turun dulu yuk, kita istirahat dulu saja, besuk baru kita lanjutkan perjalan pulang " ucapku
" Tapi Mas aku takut nanti kalau ketahuan orang yang mengejar aku gimana? " katanya beralasan.
" Semoga saja tidak Karin,kita hanya semalam saja kok, besuk kita langsung pulang ke rumahku sementara waktu" ujarku menerangkan dia.
" Ya sudah kalau gitu Mas." Ucapnya pasrah
Lalu Mas Pram memarkirkan motornya dan setelah motor terparkir aku turun dari motornya menunggui Mas Pram yang masih sibuk menata helmnya.
" Ayo, Rin" ajaknya padaku dan aku mengekorinya dari belakang.
Begitu sampai Resepsionis, Mas Pram memesan dua kamar untuk kami, saat aku mendengar dia pesan dua kamar, aku tampak protes padanya.
" Mas Kok pesen dua kamar sih?" ucapku protes padanya.
" Ya kan kita berdua Karin" ujarku dengan nada lembut.
" Satu saja Mas, aku ga mau di tinggal sendiri, aku takut Mas" ucapnya dengan memegangi lenganku, nampak terlihat dengan jelas sorot matanya yang sayu dan berkaca-kaca.
" Baiklah kalau gitu" Balasku mengalah apa mau Karin.
" Mbak pesannya ada dua bad nya ya?" ujarku kepada Resepsionis tersebut.
Setelah mendapatkan sebuah kamar dengan dua bed, aku ajak Karin masuk ke dalam kamar.
" Mas, aku mau langsung tidur ya? aku capek banget Mas, dan tolong jangan tinggalkan aku ya Mas, aku takut banget Mas." Ucapnya dengan nada was-was.
" Mas ga akan ninggalin kamu Karin." balasku dengan mantap.
" Sekarang tidurlah," suruhku padanya.
Di hanya menganggukkan kepalanya saja dan berjalan ke arah bed kecil kamar hotel tersebut dan mulai berbaring di sana tak menunggu lama matanya mulai terpejam.
Sementara aku sendiri menghempaskan pantatku di atas sofa yang ada di pinggir bed tersebut, ku pandangi wajah lelah itu dengan sejuta pertanyaan yang bercokol dalam hatiku ini.
tak berapa lama akupun menyusul ke tempat tidur di sebelahnya dan terlelap begitu saja.
Mentari pagi masuk ke sela-sela jendela kamar ini, memancarkan sinar yang menembus jendela kaca yang ada di kamar ini.
Aku terperanjat karena kesiangan dan aku belum menunaikan kewajiban aku sebagai seorang muslimah, seumur-umur baru kali ini aku telat sholat subuh, ' haduh ' keluhku dalam hati.
Selesai sholat ponsel yang ku letakkan di atas nakas menjerit-jerit dari tadi, ternyata ada panggilan beberapa nomor diantaranya dari Zaenab, Ibu dan Fatimah.
Aduh ada apa ini tiga wanita ini menelpon aku secara random, pastinya ada hal penting yang terjadi. Hingga tak sabaran akupun menelpon balik pada mereka.
Kemudian nomor Ibu yang aku deal
"Assalamu'alaikum ibu" sapaku di ujung telpon.
" Waalaikum salam Pram, kamu di mana? Ibu cari di kos kok ga ada sepi, kata temen sebelah kamar kamu, kamar kamu kosong beberapa hari yang lalu?" tutur ibu menjelaskan
" Bentar lagi tak ke sana Ibu, Ibu tunggu di warung sebelah dulu ya cari minuman anget, Ibu sama Fatimah?" suruhku pada Ibu dan Fatimah.
" Ia, Ibu bersama Fatimah dan juga Zaenab" jawabnya. Aku kaget juga ketika ibu menyebut nama Zaenab.
" Ya sudah tunggu sampai Pram sampai rumah ya Bu?" Imbuhku memberitahu
Aku buru-buru membangunkan Karina pelan-pelan, duh sepertinya aku ini harus cari tempat yang lebih besar untuk tempat yang tinggal sementara.
" Karina bangun yuk, kita harus segera pergi dari sini, " ujarku seraya mengguncangkan tubuhnya yang masih terkulai lemas, ketika aku menyentuh tubuhnya, aku merasa suhu tubuhnya di atas normal, aduh jangan-jangan.
" Karin, kamu sakit?" tanyaku sembari mengguncang dan membangunkannya.
" Mas pesankan taksi online ya? kita pulang ke kos aku dulu sementara soalnya Mas ga bisa mengawasi Karin" dia hanya mengangguk saja mendengar keputusanku.
Setelah pesan taksi online aku bergegas ke mengajaknya keluar hotel dan memapahnya menuju taksi tersebut dan setelah aku bayar aku segera menuju motor dan aku berharap lebih cepat dari taksi yang di tumpangi Karin soalnya aku harus mampir apotik untuk membeli obat buat dia.
Setelah sampai di kos, aku lihat ibu, Fatimah dan juga Zaenab sudah menunggu aku di loby kos ku.
" Maaf Bu, saya lagi ada kerjaan " ucapku sembari aku mencium tangannya dengan takzim.
" Ga apa-apa Pram, Ibu yang minta maaf karena ke sini ga bilang kamu dulu." Balas ibu
Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan dan Karina pun turun dari mobil tersebut. Dia melangkah dan menghampiri kami.
" Ibunya, Mas Pram?" seru Karina yang langsung berdiri di depan Ibuku, senyumnya mengembang dengan tulus.
" Ia saya Ibunya Pram" balas ibu dan menerima uluran tangan dari Karina.
" Maaf ya Bu, saya merepotkan Mas Pram, soalnya saya ada perlu sama Mas Pram" ucapnya seraya meminta maaf pada Ibu.
" Oh ia tidak apa-apa kok Nak-" ucapan ibu menggantung karena ia belum kenalan sama Karin
" Nama saya Karina Bu" balasnya tersenyum.
" Ibu, Karin agak demam baiknya kita masuk saja dulu yuk biar dia minum obatnya dulu, tadi Pram sudah belikan dia Parasetamol sementara biar setelah itu istirahat dulu" selaku di tengah perbincangan mereka.
" Ya Allah, maaf ibu ga tahu pantas saja tadi waktu salaman kok agak anget badannya, ya sudah kalau begitu masuk dulu gih," ajak Ibu pada kami semua.
Setelah aku membuka anak pintu itu, aku mengajak semua tamuku masuk ke dalam, dan di dalam agak luas sih, tetapi ranjangnya cuma satu, jadi ya semuanya lesehan duduk di tikar jadinya, aku menyuruh Karin untuk minum obatnya dulu, sebelum dia istirahat.
" Obatnya di minum dulu Karin tapi ini makan dulu rotinya tadi Mas beli roti di jalan" ucapku pada Karin.
" Ia Mas, makasih" ucapnya sambil menerima sepotong roti, dan selesai makan roti, diminumnya obat yang aku belikan tadi.
" Tidurlah di sini Karin, ga apa-apa kamu kan lagi sakit," aku menyuruhnya tidur di dipan setelah minum obat tadi.
" Aku ga enak Mas, semua pada di bawah masak aku tidur di atas, apalagi ada Ibu Mas Pram" balasnya seraya tak enak.
Aku tersenyum mendengar alasannya itu, aku ga nyangka Karin mempunyai adab yang baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Devi Lusi
saran aja tor..minding autor yg cerita lbih seru klo mnceritakan diri sendiri krang nyaman bacanya
2022-12-13
0
Devi Lusi
boleh Satan
2022-12-13
0