Nafasku terengah-engah ketika menyelesaikan permainan malam pertama kami, sungguh ini pengalaman pertama kali buat aku, di kala usiaku sudah menginjak kepala tiga lebih.
" Mas, capek" keluh Karina yang habis aku gempur habis-habisan, untung dia tak mengeluh tadi aku begitu menikmati permainan pertama kami, walaupun dari awal dia sudah merasa kesakitan karena dia baru pertama buat dia juga, tetapi ketika di tengah-tengah permainan aku bujuk lagi, akhirnya dia mau juga melanjutkan permainan yang sudah nanggung ini.
N*kmat benar perc*ntaan kami, malam pertama buat kami berdua.
Aku takut juga membuat aku ketagihan dengan istriku, sebab semua adalah yang pertama bagi kami
" Maaf ya sayang, membuat kamu sakit" ujarku jujur.
" Mas, aku mau bobok dulu ya, nanti Mas bisa lanjutkan lagi bila Mas mau," tawarnya dengan suara terengah-engah, sambil menyeka peluh di wajahnya dengan tisu yang ada di atas nakas.
Tentu saja aku mau bila nanti mengulang hal yang sama, sebab kami baru pertama kali merasakannya, jadi rasanya memang sama-sama ketagihan.
" Terimakasih sayangnya kamu sudah menjaganya untuk aku" balasku lirih di dekat telinganya
" Iya mas, aku istirahat dulu ya" serunya sambil bicara dengan mata terpejam.
Ku lihat dia hanya tersenyum manis mendengar ucapan ku itu, aku tahu dia juga sangat menyukainya dan dia juga sama kaya aku baru pertama.
Aku berjanji akan melakukannya lagi nanti, sebelum sholat subuh kamu akan aku h*bisin istri kecilku, lalu aku kecup dia lagi dengan sayang, lalu aku baru bisa memejamkan mata.
Aku lihat istriku tak bisa berjalan, dengan bibir bengkak, dan sewaktu mandi pun sampai aku mandikan karena dia tak bisa jalan dengan benar Karena badannya begitu lemas tak bertenaga.
" Maaf ya Dek, Mas khilaf," ucapku padanya.
" Udah ah... Mas aku malu ah, tapi Karin juga suka kok, tapi aku mau bobok lagi tolong jangan di ganggu ya bangunin aku bila suara adzan Dzuhur" ucapnya, dengan memohon.
Flashback on
Setelah sampai di rumah sakit ternyata sudah ada persiapan ada beberapa orang di dalam ruangan ayahnya Karin, aku juga kaget dengan rencana pernikahan mendadak ini aku tak menyangka bila Bapak Adi menodong aku untuk segera menghalalkan Karina anak semata wayangnya.
" Tolong penuhi permintaan saya Pram, kalian nikah dulu secara agama, untuk perkara pesta itu bisa kalian pikirkan nanti setelah ayah sembuh. Untuk kali ini penuhi permintaan saya " ucap pak Adi padaku.
Sementara aku yang memang menjalin hubungan dengan Karina tak bisa berkutik untuk menolaknya, sebab tak mungkin juga aku menolak bahwa kami juga serius menjalin hubungan dengan anaknya.
" Tolong jaga Karin, Pram dia adalah anakku satu-satunya, sayangi dia dan perlakuan dia dengan baik, kamulah orang yang bisa aku percaya dan beri tanggung jawab saat ini, karena saya percaya sama kamu, agar aku tenang bila aku sudah tak ada nanti, " ucapnya panjang lebar menasehati kami, yang tengah berada di sampingnya.
" Ayah jangan ngomong kaya gitu" ujar Karin yang tidak terima dengan ucapan Ayahnya, wajah Karina seketika menjadi sedih.
" Ayah hanya berjaga-jaga saja Karin, Ayah hanya ingin melihat bahagia bersama pria yang kamu cintai" pinta Pak Adi seraya memohon pada putrinya itu.
" Tapi Karin ga mau ayah tinggalin Karin, Ayah pasti akan sembuh, jangan menyerah Ayah, Ayah akan melihat cucu Ayah, dan menggendongnya nanti mengajak bermain juga." ucap Karin dengan derai air mata yang meluncur begitu deras.
Akhirnya di tempat yang tak seharusnya terjadilah pernikahan serba mendadak ini, dan di saksikan oleh beberapa saksi yang tak lain adalah Pak Hamdan dan pengacara keluarga ikut serta dalam pernikahan ini.
Dan petugas KUA yang di siapkan pak Adi sudah menunggu kami di ruang VVIP rumah sakit ini, aku tercengang dengan semuanya, kapan semua ini di rencanakan sama pak Adi, mungkin beliau sudah memerintahkan bodyguardnya untuk mengurusi semua persiapan ini.
Akhirnya Sah... sah ... dan aku hampir tak percaya bila aku sekarang sudah berganti status sebagai seorang suami dari seorang anak pemilik perusahaan yang bernama Adi group.
Setelah semua selesai aku dan Karin berdiri di sanding ranjang Pak Adi yang sekarang status sudah berubah menjadi Mertua aku itu.
Beliau memberikan wejangan untuk kami berdua, dan Pak Adi memberikan kami kado berupa sebuah rumah mewah di kawasan elit di menteng, sebenarnya aku ga mau menerimanya tetapi Pak Adi memaksa karena itu sebagai kado.
Dan mau ga mau aku menerimanya, sebab itu jauh dari prinsip aku waktu ini, menghidupi istriku dari jerih payah aku sendiri, pantang untuk meminta kepada orang tua.
Flashback off
Dan sekarang kami di sini di rumah mewah kami yang baru, setelah pulang dari rumah sakit kami di suruh untuk bulan madu ke Bali sebab Ayah mertuaku sudah menyiapkan villa di sana, tetapi aku menolaknya dengan halus sebab aku ingin pulang dulu untuk memberi kabar kepada ibuku tentang pernikahan mendadak ini, aku ingin menjelaskan semuanya pada ibuku, dan Ayah mertua mengijinkan aku ke sana.
Tentunya Karin pasti ikut juga, ga mungkin ga ikut sebab, maklum pengantin baru ga boleh jauh-jauh kata orang, dan memang benar itulah kenyataanya.
" Dek kamu mau ikut Mas pulang?" tanyaku sembari ku suapi dia untuk makan siang.
Dan kali ini aku menyiapkan Sup daging dan jamur serta jagung manis, dan tempe goreng dan bakwan jagung kesukaannya, kelihatanya dia sangat menyukainya atau lapar, gumamku dalam hati.
" Ya ikutlah Mas, bagaimana kalau aku kangen nanti gimana," ujarnya dengan bibirnya yang monyong kedepan.
" Pas tadi mas ga ada aku bingung nyarinya, tak kira Mas tinggalin aku sendiri di sini" ucapnya dengan cemberut sambil menelan makanannya.
Aku yang melihat dia menggerutu aja terkekeh sendiri, seperti anak kecil yang tak di kasih kembang gula, bibirnya selalu di monyongin, jadi pingin nyosor saja kalau kaya gitu.
Duh belum apa-apa sudah bucin kaya gini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments