Episode 2

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, mungkin karena banyak pekerjaan yang menumpuk akhir-akhir ini, menjadikan aku lupa menghubungi Ibuku dan tunangan ku Zaenab.

Harusnya aku tiap Minggu pulang kampung, tetapi sebulan lebih ini aku tak kunjung pulang juga, aku harap mereka mengerti.

Telpon pada Ibu dan Zaenab saja aku hanya beberapa kali saja, sebab selama sebulan lebih itu aku juga tak libur. Mengingat kondisi perusahaan belum pulih, dan saat ini butuh tenagaku, dan para staf dan pejabat yang masih loyal pada perusahaan bahu membahu memulihkan kondisi perusahaan yang saat ini, hingga membawa perubahan yang signifikan bagi perusahaan pulih lebih cepat lagi.

Ketika masalah di Perusahaan berangsur-angsur membaik, akupun lega itu berarti kami semua karyawan terhindar dari phk, namun hanya pihak-pihak tertentu yang secara tegas di pecat, karena mereka terkait atau ikut andil dalam permasalahan ini.

Usai permasalahan Perusahaan selesai, aku mengajukan cuti selama seminggu untuk menengok Ibuku dan tunanganku di kampung.

" Kenapa lama ga pulang kamu Nak?" tanya Ibu yang sudah menyapa aku ketika di ambang pintu rumah. Aku yang selalu pulang mengendarai sepeda motor.

" Maaf Bu, banyak masalah di Perusahaan jadi harus fokus ke sana dulu, demi menyelamatkan perusahaan, supaya kami para pekerja bisa tetap bisa mencari nafkah di sana," ujarku menjelaskan.

" Gimana kabar Ibu? maafkan Pram ya Bu?" ucapku dengan mencium takzim tangannya.

" Alhamdulillah Baik, ayo buruan masuk ga enak di lihat orang" seru ibu yang sudah menarik aku masuk ke dalam rumah.

" Pram kangen masakan Ibu lho" ujarku sembari membuka tudung saji yang ada di atas meja.

Kulihat ikan asin, sayur asem dan sambal tomat kesukaan aku, menu yang sederhana tetapi ngangenin, membuat aku menelan air liurku melihat sajian di atas meja itu.

" Mandi dulu gih, habis itu baru makan, bau asem tahu" suruh Ibu.

" Siap Bu" balasku dengan mode hormat pada Ibuku, lalu akupun dengan langkah gontai berlalu menuju kamar yang dari dulu aku tempati dari kecil hingga sekarang, tak ada yang berubah, hanya saja ranjangnya saja yang di ganti agak besar, mengingat aku sebentar lagi mau menikah dengan Zaenab jadi ibu berinisiatif untuk mengganti ranjang yang lebih besar. Katanya Ibu biar ga usuk-usukan nantinya.

Setelah membersihkan badanku dan berganti baju aku keluar langsung menuju meja makan, di sana ibu sudah menunggu aku dengan duduk manis.

" Nah sekarang kita makan dulu habis itu kita ngobrol -ngobrol ya?"

" Iya Bu," ucapku patuh.

" Kamu sudah transfer buat Zaenab,Pram untuk bayar kuliah dan kebutuhan sehari-hari Bapak dan Ibunya?" tanya ibu

" Sudah Bu sehabis gajian saya langsung transfer ke semuanya Bu " ucapku menjelaskan.

" Ya sudah kalau gitu, Ibu pikir kamu lupa Nak, soalnya bulan lalu itu Ibunya Zaenab mengeluh pada Ibu lagi, kalau ga ada uang buat makan, uang yang kamu transfer habis buat beli obat saja" ujar ibu menjelaskan.

Semenjak aku kerja, aku yang menjadi tulang punggung keluarga Zaenab, karena mereka butuh bantuanku kata Ibu, dan ketika Zaenab menginjak kelas Tiga SMA kamipun bertunangan, supaya mengikat antara aku dan Zaenab, karena posisi Zaenab yang masih menimba ilmu, makanya kami di suruh tunangan dulu saja.

Dari gajiku yang aku peroleh aku hanya bisa buat bayar kos, makan dan buat beli bensin, karena sudah habis di bagi-bagi.

Aku harus menghidupi dua keluarga, itu juga sebabnya aku mencari sampingan di tempat lain di waktu luang ku, yang aku lakukan sepulang dari kantor lebih tepatnya tengah malam aku kerjanya, aku di percaya temanku sebagai IT di perusahaan kecil milik temanku, ya hasilnya lumayan bisa aku tabung sendiri dan itu tanpa sepengetahuan Ibuku.

Lumayan uang tabungan itu bisa buat beli rumah walaupun hanya sederhana di kota, kalau aku mau, tetapi aku belum berminat, aku akan membelinya yang agak besar bila nanti kami sudah menikah dengan Zaenab, sebab aku pingin memboyong Ibuku juga untuk tinggal bersama kami di kota.

Aku dan Ibuku memang dekat dengan keluarga Zaenab, walaupun hidup aku pas-pasan tetapi aku sama ibu sebisa mungkin memenuhi kebutuhan Keluarga Zaenab dan untuk sekolah dia, bahkan keluarga kami membantu menyekolahkan Zaenab dari awal dia masuk SMP, sebab dari situlah Bapaknya Zaenab sudah tidak memiliki pekerjaan lagi.

" Zaenab kayaknya pergi sama Ibunya, Pram" seru Ibu memberi tahu.

" Pantas saja Bu, rumahnya sepi padahal aku sudah hubungi dia kalau aku pulang hari ini" balasku.

" Ibu juga heran sehabis sembuh kok tak lihat Zaenab sama Ibunya malah sering pergi Pram, dan pas pulangnya ibu lihat mereka naik mobil, sepertinya taksi online, dan mereka itu banyak banget membawa belanjaan ya entahlah isinya apa Ibu ga tahu, padahal lusa dia merengek kekurangan uang pada Ibu" keluh Ibu padaku.

Aku ga bisa menjawab apa-apa mengenai masalah ini, memang selama ini Ibu selalu bercerita lewat telepon melihat Zaenab nampak berbeda, banyak membeli baju-baju yang modis dan tampilannya berbeda dari biasanya.

Trus kita harus gimana Ibu, dari dulu Ibunya Zaenab selalu begitu, bila sudah di kasih jatah masih suka pinjam uang terus ke Ibu, dan jangan di tanya pasti uangnya tak akan kembali, sebab Bapak dan Ibunya tak ada penghasilan sama sekali.

" Apa kamu mencintai dia Pram?" tanya Ibu

" Iya Bu saya mencintai Zaenab dari dulu" ucapku jujur.

" Karena Zaenab gadis yang polos dan penurut, dia tidak neko-neko Bu" imbuhku lagi.

" Bila demikian, segera halalkan dia saja, dan boyong dia segera ke kota untuk menemani kamu di sana nanti, dan kamu bisa ada yang merawat, usia kamu sudah kepala tiga, sudah saatnya kamu berumah tangga Pram." Tutur Ibu menasehati.

" Tapi Zaenab masih mau kuliah Bu?" Sanggah ku pada Ibu.

" Kita coba bicarakan pada mereka gimana? siapa tahu Bapak dan Ibu Zaenab mau mengerti ?" kata Ibu menimpali.

" Ya sudah Bu, habis Isyak kita ke sana ya? lagian sekarang mereka juga belum pulang kayanya." ujarku pada Ibu.

" Ya Sudah Pram, kamu istirahat dulu sana gih" suruh Ibu, sambil mengemasi piring kotor yang ada di meja makan.

POV Author

Sementara di tempat lain seorang ibu dan anaknya sibuk memilih baju-baju baru dan mereka Napak memborong banyak sekali belanjaan yang ada di mall.

" Udah beli satu saja Bu? uangnya nanti habis kan kita harus hemat Bu" ujar Zaenab yang menegur ibunya yang masih memilih beberapa baju lagi.

" Mumpung diskon Nap, nanti kalau habis gampang tinggal minta Pram beres kan?" ujar Bu Marni enteng

" Sudahlah Nap, habis ini kita ke toko perhiasan ya? Ibu mau membeli kalung yang Ibu incar kemaren, bagus lho" ucap Bu Marni.

"Bu ga enak kalau ibu beli perhiasan, Ibunya Mas Pram saja ga pakai perhiasan sama sekali kok, e...malah Ibu yang memakai perhiasan, apa lagi tiap bulan kita di jatah sama Mas Pram lebih banyak dari Ibunya, ga enak Bu, kita selama ini merepotkan terus Mas Pram" tegur Zaenab pada Ibunya.

" E...Nap, bentar lagi kalian kan akan nikah, apa salahnya bila nyenengin camer? " balas Bu Marni sewot tak peduli.

" Terserah Ibu lah yang penting Zaenab sudah mengingatkan pada Ibu, paling tidak kita harus menghargai dong semua bantuan Mas Pram, dari zaman Zaenab SMP keluarga Mas Pram terus yang mencukupi kebutuhan kita, tak pantas lah Bu kalau kita yang bermewah-mewah, sementara Ibu Nani malah tampil sederhana dan bersahaja." Tutur Zaenab panjang lebar menasehati Ibunya yang selalu memanfaatkan kebaikan keluarga Pram itu.

Terpopuler

Comments

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Lanjut

2023-02-28

0

andina

andina

belum nikah sudah biayai hidup tunangan. ntar di tinggal nyesel sudah banyak keluar biaya

2022-11-03

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 43
43 Episode 42
44 Episode Baru Penyesalan Mantan (PM 2) Bab 1
45 (PM 2) Bab 2
46 (PM 2) Bab 3
47 (PM 2) Bab 4
48 (PM 2) Bab 5
49 (PM 2) Bab 6
50 ( PM 2 ) Bab 7
51 (PM 2) Bab 8
52 (PM 2) Bab 9
53 (PM 2) Bab 10
54 (PM 2) Bab 11
55 (PM 2) Bab 12
56 (PM 2) Bab 13
57 (PM 2) Bab 14
58 ( PM 2) Bab 15
59 (PM 2) Bab 16
60 (PM 2) Bab 17
61 ( PM 2) Bab 18
62 ( PM 2 ) Bab 19
63 ( PM 2) Bab 20
64 ( PM 2) Bab 21
65 ( PM 2) Bab 22
66 ( PM 2) Bab 23
67 ( PM 2) Bab 24
68 ( PM 2) Bab 25
69 ( PM 2) Bab 26
70 ( PM 2) Bab 27
71 ( PM 2) Bab 28
72 ( PM 2) Bab 29
73 Draft( PM 2) Bab 30
74 ( PM 2) Bab 31
75 ( PM 2) Bab 32
76 ( PM 2) Bab 33
77 ( PM 2) Bab 34
78 ( PM 2) Bab 35
79 ( PM 2) Bab 36
80 ( PM 2) Bab 37
81 ( PM 2) Bab 38
82 ( PM 2) Bab 39
83 ( PM 2) Bab 40
84 ( PM 2) Bab 41
85 ( PM 2) Bab 42
86 ( PM 2) Bab 43
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 43
43
Episode 42
44
Episode Baru Penyesalan Mantan (PM 2) Bab 1
45
(PM 2) Bab 2
46
(PM 2) Bab 3
47
(PM 2) Bab 4
48
(PM 2) Bab 5
49
(PM 2) Bab 6
50
( PM 2 ) Bab 7
51
(PM 2) Bab 8
52
(PM 2) Bab 9
53
(PM 2) Bab 10
54
(PM 2) Bab 11
55
(PM 2) Bab 12
56
(PM 2) Bab 13
57
(PM 2) Bab 14
58
( PM 2) Bab 15
59
(PM 2) Bab 16
60
(PM 2) Bab 17
61
( PM 2) Bab 18
62
( PM 2 ) Bab 19
63
( PM 2) Bab 20
64
( PM 2) Bab 21
65
( PM 2) Bab 22
66
( PM 2) Bab 23
67
( PM 2) Bab 24
68
( PM 2) Bab 25
69
( PM 2) Bab 26
70
( PM 2) Bab 27
71
( PM 2) Bab 28
72
( PM 2) Bab 29
73
Draft( PM 2) Bab 30
74
( PM 2) Bab 31
75
( PM 2) Bab 32
76
( PM 2) Bab 33
77
( PM 2) Bab 34
78
( PM 2) Bab 35
79
( PM 2) Bab 36
80
( PM 2) Bab 37
81
( PM 2) Bab 38
82
( PM 2) Bab 39
83
( PM 2) Bab 40
84
( PM 2) Bab 41
85
( PM 2) Bab 42
86
( PM 2) Bab 43

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!