Di tengah pembicaraan serius kami akan pernikahan aku dan Zaenab, ponselku berbunyi tertera nama di layar gawaiku siapa gerangan yang telpon.
' Bu Karin' Ujarku lirih.
" Maaf saya terima telpon dulu ini dari Bos saya" pamit ku meminta ijin, sembari ku langkahkan kakiku keluar dari rumah Zaenab.
" Ya, Bu Karin, bisa saya bantu?" jawabku menerima panggilan itu.
" P-Pak Pram d-di mana sekarang?" terdengar suara di ujung telepon itu terdengar terbata-bata dan suara bising kendaraan membuat aku sulit mendengarkan dengan jelas, sepertinya di jalan raya posisi Bu Karina saat ini.
" Maaf Bu Karin saya sedang cuti, dan sudah dua hari ini saya pulang kampung untuk menengok Ibu saya, Bu," Balasku sedikit berteriak, karena suara bising di ujung sana.
" Aduh Giman ya Pak Pram saya butuh bantuannya, tolong jemput saya karena saya hanya percaya sama Pak Pram saja." Ujarnya yang sepertinya dia lagi ada kesulitan, entahlah apa yang terjadi sama Bos ku itu.
"Coba Share lokasi Bu, saya usahakan akan ke sana segera, soalnya jarak kampung ke kota dua jam-an" ucapku asal saja padahal entah berapa lama saya bisa menjemput dia, posisinya persis saja aku ga tahu.
" Iya, Ga apa-apa Pak Pram saya akan menunggu Bapak sampai datang pokoknya, dan jangan bilang siapa-siapa ya kalau saya hubungi Pak Pram?" ujarnya terdengar gugup suaranya.
" Baik Bu Karin, sabar ya saya siap-siap dulu, kalau Ibu merasa terancam carilah tempat sembunyi yang aman Bu." Ucapku memberi saran
Setelah ku matikan gawaiku aku pun mulai membuka aplikasi warna hijau itu dan terlihat share lokasi sudah di kirim, sekitar dua jam sampai ke sana, di sebuah Hotel berbintang, oke lebih baik aku samperin saja Bu Karina, seperti dia benar-benar membutuhkan bantuan aku.
Dari pada aku pusing menerima kenyataan ini, bawa keluarga Zaenab tiba-tiba saja memutus pertunangan aku dengan Zaenab dengan alasan yang ga masuk akal, aku jadi sakit hati karena itu, lebih baik aku balik saja ke kota dan bekerja lagi lebih giat lagi, biar ga di banding-bandingkan dengan orang yang memang sudah kaya.
" Maaf Pak Udin dan Bu Marni, saya sama Ibu pamit dulu, hari sudah malam dan terimakasih sudah menerima silaturahmi kami dan saya pribadi sebenarnya kecewa karena putusnya tunangan ini, tetapi saya akan legowo menerima semuanya ini, dan untuk selanjutnya mohon maaf saya lepas tangan untuk membiayai Zaenab" ujarku yang menunjukkan rasa kecewaku.
" Lho kok gitu Nak Pram? kami nanti makan apa kalau Nak Pram lepas tangan pada kami,?" protes Bu Marni.
" Maaf Bu saya akan tetap memberikan uang kalian sebesar satu juta dan uang untuk kuliah Zaenab satu juta tidak lebih dan saya tidak akan menanggung kekurangannya, karena saya juga harus memikirkan masa depan saya sendiri juga Bu Marni, karena sebentar lagi saya juga akan menikah Bu, walaupun calonnya belum ada tetapi saya juga harus mempersiapkan semuanya Bu Marni." ujarku beralasan.
Aku benar-benar kecewa akan keputusan keluarga ini, tak ada angin dan tak ada hujan tiba-tiba main putus saja, alasan mereka sungguh klasik katanya biar Zaenab berkonsentrasi dengan kuliahnya.
Kalau begitu kenapa tidak dari dulu saja bilang begitu, jadi kami ga perlu tunangan segala sedari awal, sungutku penuh dengan kecewa. Selama ini pengorbanan aku sudah terlalu jauh dan aku-, ah sudah lah aku sudah ikhlaskan semuanya walaupun itu sulit bagi kami.
" Maaf Pak, Ibu saya pamit karena saya harus balik ke kota malam ini juga," seruku sambil aku berdiri meraih tangan Ibuku yang masih Shock dengan keputusan keluarga Zaenab ini.
" Ayo Bu kita pulang," ajak ku pada Ibuku yang masih terpaku, mendengar sendiri kenyataan ini.
" Pram tidak apa-apa kok Bu, Ibu tenang aja ya?" bisikku di dekat telinganya. Sambil ku elus-elus punggungnya.
" Mas pamit dulu Nap, jaga dirimu baik-baik ya?" pamit ku kepada Zaenab, dia hanya menunduk tak berani menatap aku.
" Iya Mas, maafkan kami Mas," ujarnya dengan air mata beruraian, entahlah bagaimana perasaan dia dengan keputusan keluarganya ini.
Aku tuntun Ibuku untuk meninggalkan rumah Zaenab itu setelah pamitan, ada perasaan campur aduk melanda di dalam dada ini.
" Pram, kamu mau balik ke kota malam ini? kenapa tidak besuk pagi saja, Nak?" tanya ibu sambil berjalan pulang ke rumah kami. Kelihatan dia begitu cemas akan keadaanku karena pembatalan pertunangan kami ini.
" Pram baik-baik saja kok Bu, sekarang Ibu istirahat dulu ya, dan saya panggilkan Fatimah untuk menemani Ibu ya?" bujukku padanya. Fatimah adalah kerabat jauh kami dia yang selalu aku suruh untuk menjaga ibu bila aku tak ada di rumah.
Fatimah adalah salah satu gadis yang tak mampu, aku juga yang membiayai sekolahnya juga.
" Tadi Pram ada panggilan telepon dari kantor Bu, dan Pram harus balik ke kota jadi Ibu jangan khawatir, Pram tak apa-apa kok Bu, Pram tak ambil pusing dengan masalah ini, anggap saja Pram belum jodoh dengan Zaenab."
" Ya sudah hati-hati ya Pram." Nasehat Ibu padaku.
Setelah aku berkemas-kemas sambil menunggu Fatimah datang untuk menemani Ibuku malam ini, akhirnya akupun berangkat dengan mengendarai sepeda motor ke kota, aku berpacu dengan waktu dengan pikiran aku sungguh kalut, antara masalahku sendiri dan tentang Bu Karin yang tiba-tiba minta tolong, entahlah aku juga sangat mengkhawatirkan dia juga.
Ponselku di dalam tas ranselku terus saja menjerit-jerit tak ku hiraukan, aku terus memacu motorku seperti orang kesetanan, suara permintaan tolong Bu Karin terngiang-ngiang di telingaku, agar segera sampai di mana Bu Karin berada.
Setelah sampai di lokasi kuambil ponselku di dalam tas ranselku, setelah ku amati ternyata posisi lokasinya dia ada di belakang hotel berbintang ini persisnya, aku akan telusurinya. Ketika ku amati aku harus masuk kedalam Gang sebelah Hotel ini, lalu akupun masuk ke gang sempit itu dengan mengendarai motor H*nda cbr 250.
Gang ini hanya cukup untuk simpangan motor saja, aduh kenapa Bu Karin bisa tersesat di tempat seperti ini keluhku dalam hati.
Dimana dia berada ku buka kembali ponselku, dengan menelusuri jalan kecil ini suasana gang ini sungguh sepi, hanya ada beberapa rumah itupun jarang dan lebih banyak semak-semak tumbuh di sana.
Tempat ini begitu sepi, dan rumah di sekitar tempat ini sudah menutup pintunya rapat-rapat, dan di mana Bu Karin, ponselnya terdengar sibuk terus.
Aku semakin was-was saja. Aduh dengan kondisinya yang tidak bisa di hubungi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Jangan" Pram mau dijebak ma si Karin
2023-02-28
1