Usai sarapan aku dan Karina meminta ijin sama Ibu untuk pergi ke lokasi Proyek dimana kami akan mengawasi sementara proyek tersebut selama di sini.
Dengan baju kerja yang sudah rapi dan wangi begitu juga dengan Karina dia tampil dengan memakai celana panjang dan kemeja warna biru laut sebab kali ini lokasinya di lapangan jadi Karina tak memakai rok untuk kerja kali ini.
Setelah semuanya selesai aku bergegas memanaskan mobilku di halaman rumah kami yang terlihat cukup luas. di depan rumah yang luas ini banyak di tanami pohon mangga dan jambu biji, serta ada banyak tanaman hias lainnya.
Aku memanasi mobil sengaja duduk di balik kemudi sambil menunggu Karina yang belum selesai mengemas diri, maklum wanita bawaannya rempok kalau mau pergi.
Iseng aku mendengar musik dengan pelan tiba-tiba malah di kagetkan seseorang yang mengetuk kaca jendela mobil, wanita paruh baya dengan dandanan yang cetar membahana, Aduh Bu Marni ada apa ini, lirihku dalam hati.
" Pagi Pram," sapa Bu Marni ketika aku membuka jendela kaca mobil.
" Oh, Bu Marni kaget saya kirain siapa" ujarku yang berpura-pura kaget.
" Wah mobil baru ya Pram, wah boleh dong kapan-kapan di ajak jalan-jalan keliling naik mobilnya?" ucapnya seperti biasa luwes tak ada ja'im-ja'imnya. Dia seperti tak punya dosa sama siapapun di muka bumi ini, aduh bak mahluk langka aja dia itu.
Aku hanya tersenyum kecut mendengar ucapannya.
" Sudah sembuh Bu Marni" seru ibu yang tiba-tiba muncul di depan pintu keluar, ibu dan Karina berjalan beriringan mendekati kami.
" E... Bu Nani, sudah nih Bu, Alhamdulillah. Ini Bu, kayaknya nanti malam kami mau mengundang Bu Nani sekeluarga mau makan malam bisa kan?" seru Bu Marni pada kami, dengan lagaknya yang tak ada yang menandingi.
" Insyallah Bu Marni, tapi ada acara apa nih, kok tumben?" tanya ibu.
" Ga apa-apa, cuma mau membicarakan kesalahan pahaman saja kok" balasnya dengan santai.
" E... tunggu dulu ini siapa gadis cantik ini, kok aku baru lihat sih, apa ini saudara Bu Nani yang tinggal di Jogja itu?" sela Bu Marni bertanya.
" Ini Istrinya Pram Bu Marni" jelas Ibu dengan senyum yang lebar dan merangkul Karina dengan sayang.
" HAH APA!!!" entah kenapa Bu Marni memekik kaget, ketika ibu memperkenalkan istriku Karina.
" Tak mungkin itu" pekiknya sambil melotot matanya.
" Apa yang tak Mungin Bu Marni?" tanya ibu kaget dan yang tak mengerti.
" Masak secepat itu Pram sudah ada gantinya sih? pasti ada yang tak beres di sini." seru Bu Marni yang tak terima.
" Aduh kok saya jadi bingung sama sampean Bu Marni, tak ada yang tak mungkin di dunia ini, Allah itu maha adil.
Bu Marni menyesal ya membuang sebongkah berlian, trus di ambil deh sama orang lain?" ejek Ibuku menimpali perkataan Bu Marni tadi.
" Enak saja bu Nani menghina saya ya?" seru Bu Marni tak terima.
" Siapa yang menghina Bu Marni, kenyataan begitu kok, tapi anak saya kan sudah movie on dari anak situ, trus situ ga terima ya kalau anak saya mendapatkan lebih dari nak situ yang sukanya- ah sudahlah" seru ibu panjang lebar aku hampir tak percaya jika ibuku mampu mengucapkan perkataan yang sensitif itu pada orang lain, sebab selam ini ibuku tipe orang yang pendiam, tetapi kali ini Mungin ibuku sudah habis kesabarannya.
ibuku biasanya lemah lembut kini berubah menjadi emosi dengan kelakuan Bu Marni yang terbilang aneh itu, bukannya terbilang aneh tapi memang aneh orangnya, apalagi sejak Zaenab sudah memutuskan tunangan dengan aku tingkah Bu Marni makin menjadi-jadi.
Banyak tetangga yang mengucapkan Syukur Alhamdulillah bila aku lepas tunangan dari Zaenab, sebab mereka melihat kelakuan ibunya Zaenab, jadi eneg sendiri.
Dan satu lagi yang membuat jengkel kata ibu, aku sering di gosipkan kalau aku tak memperhatikan Zaenab, dan aku lah yang selingkuh dari Zaenab, aduh padahal dirinya sendiri yang memutuskan pertunangan tersebut.
Kok malah semua berubah jadi begini dia memutar balikkan fakta yang ada.
Kalau gini masihkah aku membatu orang yang tak tahu terimakasih itu.
" Bu maaf Bu... kalau ibu ga terima silahkan Bu pulang saja sana, itu pintu gerbang sudah terbuka kok Bu" sela Karina dengan senyum kecut ikut-ikutan mengusir Bu Marni secara halus.
" Eh... kamu pelakor jangan macam-macam ya kamu sama aku, kamu tahu calon mantu aku itu seorang anggota dewan, kalau kalian macam-macam bisa di tuntut kamu nanti ya" seru Bu Marni yang keceplosan bahwa dia punya calon mantu.
" Oh jadi setelah memutuskan tunangan dengan Mas Pramudya ibu mendapatkan mantu anggota Dewan Bu, yakin Bu anggota dewan itu masih bujang,?" seru Karina yang tersenyum kecut sama Bu Marni.
Aku yang mendengar saja juga kaget, apalagi di tambah lagi Karina bilang begitu, ah sok tahu sekali kamu istriku. Seruku dalam hati.
" Awas ya aku ga kasih kamu ampun ya akan aku adukan sama mantuku yang baru," Bu Marni mencak-mencak bagai cacing kepanasan dia menuding-nuding ke arah Karina, aku yang tahu gelagat Bu Marni, kontan saja aku pasang badan untuk istriku ini, untuk melindunginya dari serangan Bu Marni yang bar-bar itu.
" Huh takut" ejek Karina yang pura-pura beracting ketakutan.
" E... kurang ajar berani ya meledek aku" seru Bu Marni dengan mata yang melotot.
" Sudah Bu, lebih baik ibu pulang pagi-pagi gini sudah ngajak ribut di rumah kami, malu Bu sama tetangga, tu lihat semua tetangga pada melihat ibu kaya orang kesurupan." ujarku berusaha menenangkan Bu Marni.
" Aduh Bu ada apa ini, kok pagi-pagi ribut sih, malu tahu Bu" seru Pak Udin dan Zaenab yang datang tergopoh-gopoh menuju rumahku mendekati istrinya.
" Sudah Bu ayo pulang, " bujuk Zaenab pada ibunya.
" Awas ya aku tak main-main aku akan laporkan kalian" seru Bu Marni yang tak terima, kakinya di hentak-hentakkan kaya anak kecil yang minta permen tak di turuti.
" Maaf ibu saya ya Bu, Mas. " Ujar Zaenab yang tak enak hati, sebelum pergi meninggalkan halaman rumahku dia mengekori ibunya yang masih ngomel sendiri, sesekali Zaenab menengok ke arahku dengan tatapan sayu.
Aku dan ibu hanya mengangguk saja menjawabnya.
Dan setelah pamit sama ibu, aku dan Karina bergegas masuk mobil untuk meninjau proyek perusahaan yang baru di bangun, perjalanan tak memakan waktu yang lama, hanya satu jam kami sampai di lokasi.
Sebenarnya ada perasaan yang mengganjal di benakku dengan sejuta pertanyaan yang ingin kau tanyakan langsung pada Zaenab, tetapi aku terlalu malas untuk mengetahuinya. Ah sudahlah jodohku bukan Zaenab tetapi Karina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments